Untukmu yang hatinya hancur |
Mafaza Online | Suatu hari, seorang raja yang zalim, berjalan bersama ajudan yang juga memiliki perangai zalim. Di tengah jalan, raja itu melihat seorang nelayan yang sedang memancing dan mendapatkan ikan besar.
Hanya dengan Rp 50.000 Anda sudah ikut berdakwah
Baca Juga
-------------------------------------------------------------------------------
Tren Hemodialisa di Kalangan Anak Muda Meningkat, Ini Penyebabnya
PBNU Minta Organisasi RAHIM Copot Logo NU
Enam Pertanyaan Rabiah Al Adawiyah yang Membuat Tiga Pria yang Melamarnya Mundur Teratur
Tiga Syarat Menjadi Umat Terbaik
Raja tertarik ingin memiliki ikan besar itu. Dengan pongahnya, dia meminta paksa ikan tersebut dari sang nelayan.
"Berikan ikan itu padaku!" kata sang raja.
"Jangan Tuan, ikan ini untuk anak-anak saya makan. Mereka menunggu di rumah," jawab sang nelayan, ketakutan.
Sang raja kemudian merampas ikan itu dan memukul sang nelayan secara keji. Tanpa belas kasih, Raja itu lalu pergi bersama ajudannya meninggalkan sang nelayan yang malang.
Dalam perjalanan, ikan itu menggigit jari sang raja. Ia berdarah dan mengerang kesakitan. Keesokan harinya ia pergi ke dokter dan menceritakan tentang jarinya yang digigit ikan.
Dokter memutuskan untuk mengamputasi jari itu, karena khawatir luka akibat dari gigitan ikan itu akan menyebar.
Raja zalim itu bingung mengambil keputusan. Esoknya ia kembali ke dokter untuk mengamputasi jarinya. Terlambat, luka itu sudah menyebar dan dia harus diamputasi sampai ke bahu.
Lukanya semakin menjalar. Orang-orang yang melihat kondisinya bertanya, "Apa sebab tangan Tuan seperti itu?" Ia lalu menceritakan perbuatan zalimnya terhadap seorang nelayan.
Seorang ulama kemudian menasihati, "Seandainya engkau meminta baik-baik, dan si nelayan ikhlas memberi ikannya, kondisimu tidak akan seperti ini."
"Lalu apa yang harus saya lakukan?" Tanya sang raja.
"Engkau cari nelayan itu, mintalah maaf dan keikhlasannya terhadap apa yang telah kamu lakukan."
Singkat cerita, raja itu menemui sang nelayan dan meminta maaf. Ia menangis dan bersimpuh di hadapan sang nelayan. Kepada nelayan itu, raja bertanya, "Apakah kamu berdoa kepada Allah ketika ikanmu dirampas olehku?"
Sang nelayan menjawab, "Ya, saat itu aku memang berdoa: _Ya Allah, Engkau telah memperlihatkan kekuatan orang itu kepadaku, maka tunjukkanlah kekuatan Engkau kepadanya."
Saudaraku, kezaliman itu hukumannya berat. Azabnya pun bisa kontan di dunia, dan bisa membangkrutkanmu di akhirat. Jangan berlaku zalim terhadap orang lemah yang hanya memiliki Allah, karena doanya akan menembus sekuat apapun benteng yang menjaga dirimu.
Kamu mungkin merasa menang dengan kezalimanmu, merasa berkuasa dan gagah. Tetapi percayalah, semua kekuatanmu tak akan ada gunanya di hadapan orang yang merintih memohon keadilan kepada Rabb-Nya atas kezalimanmu.
Orang-orang yang menangadahkan tangan, sebagaimana doa Nabi Nuh Alaihissalam, "Anni maghlubun fan tashir (Ya Rabb) Sesungguhnya aku telah dikalahkan, maka tolonglah aku").
Karena itu, kalau saat ini hidupmu selalu diliputi kesulitan, kegelisahan, kesengsaraan, sakit, dll, maka ingat-ingatlah:
Adakah orang yang pernah engkau sakiti?
Adakah orang yang pernah engkau zalimi?
Adakah orang yang hidupnya pernah engkau hinakan dan remehkan, sehingga hatinya hancur berkeping-keping?
Adakah orang yang air matanya tumpah karena perlakuanmu kepadanya?
Jika ada, temui mereka, minta keikhlasannya untuk memaafkan. Selagi kita masih di dunia dan sebelum mereka menuntutnya di akhirat.
Aku nukilkan kisah ini, untukmu yang pernah berbuat zalim, agar engkau sadar, bahwa kezalimanmu pasti akan membinasakanmu.
Juga aku nukilkan kisah ini kepada mereka yang hatinya hancur, agar engkau wahai orang-orang yang terzalimi, tetap mempunyai harapan, bahwa engkau pasti akan mendapatkan keadilan, dari doa-doa yang menembus langit tanpa hijab yang engkau panjatkan. | Arta Abu Azzam
Sebelumnya :
Magelang Tempo Doeloe Sukses Ajak Warga Magelang Bernostalgia
Posting Komentar