Senin, 12 Juni 2023

Home » » Kisah Tukang Sol Sepatu, Meraih Pahala Haji Mabrur Padahal Tidak Berhaji ke Makkah

Kisah Tukang Sol Sepatu, Meraih Pahala Haji Mabrur Padahal Tidak Berhaji ke Makkah

Kisah Tukang Sol Sepatu, Meraih Pahala Haji Mabrur Padahal Tidak Berhaji ke Makkah | Ilustrasi

 Selain adanya amal unggulan, Kisah ini mengingatkan kita, ibadah bukan hanya urusan pribadi, tapi sudah selayaknya kita juga peduli pada lingkungan sekitar


Mafaza-Online | Setiap umat Islam tentunya memiliki keinginan untuk bisa menunaikan ibadah haji dan mendapat predikat haji mabrur. 


Namun, ada kisah seorang tTukan Sol Sepatu yang meraih pahala haji mabrur, padahal dia tidak berangkat ke Baitullah di Makkah. Seperti apa kisahnya?


MafazaTV




Kisah Tukang Sol Sepatu, Meraih Pahala Haji Mabrur Padahal Tidak Berhaji ke Makkah


Kisah ini dikutip dari Buku Koleksi Hadits dan Kisah Teladan Muslim tulisan Ahmad Saifudin dan tulisan Mahdi berjudul Kisah Diterimanya Ibadah Haji Seorang Hamba Meski Tidak Berangkat ke Tanah Suci dalam situs resmi Kemenag.


Kisah ini diriwayatkan oleh Abdullah bin Al Mubarak, bahwa pada suatu masa setelah menyelesaikan ritual ibadah haji, Abdurrahman Abdullah bin Al Mubarak beristirahat dan tidur. Saat tidur, dia bermimpi melihat dua Malaikat turun dari langit dan mendengar percakapan mereka.


Sebelumnya:

'Children of The Jungle' Empat Bocah Selamat di Amazon


Salah satu Malaikat bertanya kepada yang lain, "Berapa banyak orang yang datang untuk berhaji tahun ini?".


“Enam ratus ribu jamaah!" jawab Malaikat yang ditanya.


Lalu, Malaikat pertama bertanya lagi, "Berapa banyak dari mereka yang haji mereka diterima?".


"Tidak ada satupun!” jawab Malaikat yang pertama.


Baca juga:

EKSPERIMEN MARSHMALLOW Sabar itu Kepuasan yang Tertunda


Percakapan itu membuat Abdullah Al Mubarak merasa gemetar.


"Dalam mimpiku," dia menangis, “Bukankah semua orang ini datang dari tempat-tempat jauh dengan perjuangan dan kelelahan, melewati gurun pasir yang luas, hanya untuk semua usahanya menjadi sia-sia?"


Sambil gemetar, dia terus mendengarkan percakapan kedua malaikat itu.


"Namun ada seseorang yang meskipun tidak berhaji, amal perbuatan hajinya diterima oleh Allah dan semua dosanya diampuni. Berkat dia, seluruh jamaah haji diterima oleh Allah."


“Kok bisa?" tanya Malaikat pertama.


"Itu kehendak Allah."


"Siapa orang itu?" tanya Malaikat pertama lagi.


“Dia, Ali bin Al Muwaffaq, tukang sol sepatu di Kota Damaskus."


Baca juga:

LAGI VIRAL Soto Djadoel H Yanto Jombang Ciputat


Setelah mendengar ucapan itu, Abdullah Al Mubarak terbangun dari tidurnya. Setelah pulang dari ibadah haji, dia tidak langsung kembali ke rumahnya, tetapi pergi langsung ke Damaskus, Syria. Hatinya masih gemetar dan penuh pertanyaan.


Ketika dia sampai di sana, dia mencari tukang sol sepatu yang disebutkan oleh Malaikat dalam mimpinya. Dia bertanya kepada hampir semua tukang sol sepatu apakah ada seorang tukang sol sepatu bernama Ali bin Al Muwaffaq.


"Ada, di tepi kota," jawab salah seorang tukang sol sepatu sambil menunjukkan arahnya.


Baca Juga:

Delapan Khidmah Professional


Sampai di tempat itu, dia menemukan seorang tukang sol sepatu yang berpakaian sangat sederhana. "Apakah kamu Ali bin Al Muwaffaq?" tanya bin Al Mubarak.


"Iya, tuan. Ada yang bisa saya bantu?"


"Saya ingin tahu apa yang telah kamu lakukan sehingga kamu berhak mendapatkan pahala haji yang diterima oleh Allah, padahal kamu tidak berangkat haji."


“Lho … Saya sendiri tidak tahu, tuan!"


"Coba ceritakan kehidupan kamu selama ini,” kejar al Mubarak mencari amal unggulan si tukang sol.


Ali bin Al Muwaffaq pun menceritakan, "Selama puluhan tahun, setiap hari saya menyisihkan sebagian uang dari penghasilan saya sebagai tukang sol sepatu. Saya menabung sedikit demi sedikit hingga akhirnya pada tahun ini, saya memiliki 350 dirham, jumlah yang cukup untuk berhaji. Saya sudah siap untuk berangkat haji."


"Tapi kamu tidak berangkat haji."


"Benar."


"Apa yang terjadi?"


"Pada saat itu, istri saya hamil dan sedang mengidam. Ketika saya hendak berangkat, dia sangat mengidamkan aroma masakan yang lezat."


"Suamiku, bisakah kau mencium aroma masakan yang sedap ini?"


"Iya, sayang."


"Cobalah cari siapa yang memasak, aroma masakannya begitu lezat. Tolong mintakan sedikit untukku," pintanya.


Baca Juga :

Rupanya bawaan si bayi dalam kandungan membuat si Istri tidak tahan untuk sekadar mencicipi, ngidam!


"Akhirnya, saya mencari sumber aroma masakan itu. Ternyata berasal dari gubuk yang hampir roboh. Di sana, ada seorang janda dan enam anaknya. 


Saya mengatakan kepadanya bahwa istri saya menginginkan masakan yang dia masak, meskipun hanya sedikit. 


Janda itu diam dan memandang saya, jadi saya mengulangi kata-kata saya," ungkap Ali bin Al Muwaffaq.


Akhirnya, dengan sedikit ragu, dia mengatakan, "Tidak boleh, tuan….”


“Berapa pun harganya, saya akan membelinya."


"Makanan ini tidak dijual, tuan," katanya sambil meneteskan air mata.


"Mengapa?" tanya Ali.


Dengan berlinang air mata, janda itu menjawab, "Makanan ini halal bagi kami, tapi haram bagi tuan."


Ajib! Dalam hatinya, Ali bin Al Muwaffaq bertanya, "Bagaimana mungkin ada makanan yang halal bagi dia, tapi haram bagi saya, padahal kita sama-sama muslim?" Karena itu, dia mendesaknya lagi, "Kenapa?"


"Selama beberapa hari ini, kami tidak memiliki makanan. Di rumah kami tidak ada makanan sama sekali. 


Hari ini, kami melihat seekor keledai mati, jadi kami mengambil sebagian dagingnya untuk dimasak dan dimakan," janda itu menjelaskan dengan terisak.


Baca juga :

MENYOAL MAKNA HABIB Inilah Keturunan Nabi Muhammad ﷺ yang Sesungguhnya



Mendengar cerita itu, saya menangis dan pulang ke rumah. Saya menceritakan kejadian tersebut kepada istri saya, dan dia juga menangis. 


Akhirnya, kami memasak makanan dan pergi ke rumah janda tersebut.


"Kami membawa makanan untukmu."


Saya memberikan 350 dirham, uang yang saya kumpulkan untuk berhaji, kepada mereka. "Gunakan uang ini untuk keluarga Anda. Gunakan untuk usaha agar Anda tidak kelaparan lagi."


Mendengar cerita itu, Abdullah Al Mubarak tidak bisa menahan air mata. 


Ternyata, inilah amal unggulan yang dilakukan oleh Sa'id bin Muhafah sehingga Allah menerima amalan hajinya, meskipun dia tidak berkesempatan untuk menunaikan ibadah haji.


Baca Juga:

Delapan Khidmah Professional

MafazaTV


Silakan klik:

»̶·̵̭̌·̵̭̌☀̤̈Mafaza-Store..̤̈̇·̵̭̌·̵̭̌«̶

Lengkapi Kebutuhan Anda


Share this article :

Posting Komentar