Kamis, 01 Juni 2023

Home » » FENOMENA Hijrah Rame Rame Cerai Diam Diam

FENOMENA Hijrah Rame Rame Cerai Diam Diam

FENOMENA Hijrah Rame Rame Cerai Diam Diam 

اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan." QS At-Tahrim [66] Ayat 6


Mafaza-Online | Marilah kita jaga keluarga kita. Kajian kita kali ini bertema: Hijrah Rame Rame Bercerai Diam - Diam


Pertama Menyoal Hijrah, 


اَحَسِبَ النَّاسُ اَنْ يُّتْرَكُوْٓا اَنْ يَّقُوْلُوْٓا اٰمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُوْنَ


Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan mengatakan, "Kami telah beriman," lalu mereka tidak diuji? (QS Al-Ankabut [29] : 2)


Sebelumnya:

EKSPERIMEN MARSHMALLOW Sabar itu Kepuasan yang Tertunda


Jadi, jangan menganggap setelah Hijrah itu pasti nyaman. Padahal justru akan diuji. 


Otomatis Cyrcle (lingkaran) teman berubah. Pendapatan atau penghasilan pun bisa jadi berkurang, maklum fase adaptasi 


Nah dalam hal ini  kepada Ustadz atau motivator, janganlah kita juga menjual mimpi atau halu. Harus diungkap pula, sisi ujian sebagai proses juga bagian yang harus dilewati


Idealis harus, tapi jangan lupa realistis dan menyikapinya dengan proporsional  


Allah bertanya kepada manusia yang telah mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat syahadat. Apakah mereka akan dibiarkan begitu saja mengakui keimanan tersebut tanpa diuji terlebih dulu?


Malah setiap orang beriman harus diuji lebih dulu, sehingga dapat diketahui sampai di manakah mereka sabar dan tahan menerima ujian tersebut. untuk next level. Layaknya emas harus disaring, dibakar ditempa barulah dia berharga.


Ujian yang harus ditempuh itu bermacam-macam. 


Misalnya di masa Nabi   ujian perintah berhijrah (meninggalkan kampung halaman demi menyelamatkan iman dan keyakinan), berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat. Mengerjakan tugas-tugas dalam rangka taat kepada Allah dan bermacam-macam musibah seperti kehilangan anggota keluarga. 


Bencana alam,  hawa panas yang kering yang menyebabkan tumbuh-tumbuhan dan ternak  kekeringan. Erupsi gunung atau gempa


Semua cobaan itu dimaksudkan untuk menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dengan ikhlas dan siapa pula yang berjiwa munafik. 


Juga bertujuan untuk mengetahui apakah mereka termasuk orang yang kokoh pendiriannya atau orang yang masih bimbang dan ragu.


Baca juga:

LAGI VIRAL Soto Djadoel H Yanto Jombang Ciputat


Kedua, Masalah Perannya dari Artis tersebut 


Lawakan To Night Show seperti Desta itu tergolong  konten dewasa. Mungkin menurutnya tidak apa - apa, sekadar peran. Tapi, apa istrinya yang hijrah itu tidak risih? Bagaimana perasaan anaknya 10 tahun kedepan melihat lawakan bapaknya itu?


Seni untuk seni? Ah tentu tidak, Semua ada batasannya, ada standarnya. Itu terkait  L’art pour l’art (seni untuk seni) adalah slogan Prancis yang muncul sekitar abad ke-19. Frasa itu menegaskan bahwa nilai intrinsik seni,  tidak mempunyai tujuan seperti nilai-nilai moral hingga fungsi didaktik (pendidikan, pengajaran) tidak ada hubungannya. Hanya untuk seni saja. 


Tapi, jargon ini pun ditentang oleh mereka sendiri. Filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche, menentang frasa L’art pour l’art ini. Dia berpendapat, l’art pour l’art seperti cacing yang memakan ekornya sendiri. 


“Seni adalah stimulus besar bagi kehidupan: bagaimana orang bisa memahaminya tanpa tujuan seperti l’art pour l’art?” tulis Nietzsche dalam Twilight of the Idols (1889).


Al Quran Surat Asy-Syuara [26] ayat 224-227


وَالشُّعَرَۤاءُ يَتَّبِعُهُمُ الْغَاوُونَ۝أَلَمْ تَرَ أَنَّهُمْ في كُلِّ وَادٍ يَهيمُونَ۝وَأَنَّهُمْ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ۝إِلَّا الَّذينَ اٰمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَذَكَرُوا اللهَ كَثيرًا وَانْتَصَرُوا مِنْ بَعْدِ مَا ظُلِمُوا


“Dan penyair-penyair itu diikuti oleh orang-orang yang sesat. Tidakkah kamu melihat bahwasanya mereka mengembara di tiap- tiap lembah dan bahwasanya mereka suka mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakan(nya)? 


kecuali penyair-penyair atau seniman yang beriman dan beramal shalih dan banyak menyebut Allah dan mendapat kemenangan sesudah menderita kezhaliman. 


Dan orang-orang yang zhalim itu kelak akan mengetahui ke tempat mana mereka akan kembali.”  (QS Asy-Syu’araa’, 224-227)


Penyair atau Seniman itu, Mereka menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhan-Tuhan yang mereka sembah. 


Sebagai kesimpulannya dapat kita katakan, bahwa puisi maupun tulisan sama dengan perbuatan apapun atau profesi apapun. Semuanya tergantung kepada para pelakunya. 


Jika penyairnya atau penulisnya atau pencipta produksi apa saja orangnya beriman, maka ia akan melakukan segala sesuatunya dengan baik dan dengan tujuan yang baik pula, karena segala perbuatannya didasari keimanan dan keikhlasan untuk Allah semata. 


Dulu ada sejumlah penyair, penulis dan ahli pidato seperti Al-Khansa’, Ka’ab Ibnu Zuhair, Ka’ab Ibnu Malik, Hasan Ibnu Tsabit dan Abdullah Ibnu Rowahah, mereka adalah tokoh-tokoh penyair di masa jahiliyah maupun di masa Islam. 


Ada Sunan Bonang, ahli Seni sastra dan arsitektur dan tentu saja ada Sunan Kalijogo yang berdakwah lewat Tembang dan wayang. Ada juga penyair - penyair Aceh saat Perang Sabil mengusir Penjajah Belanda.


Mereka selalu membela kebenaran dan menyampaikan yang benar. Sehingga karya - karya puisi mereka menarik kalbu orang banyak. Bahkan diantaranya bait-bait puisi mereka dinilai lebih tajam oleh musuh-musuh Islam dariapada pedang. Karena bait-bait puisi yang disusun adalah bait-bait puisi yang baik untuk membela kebenaran. Sebagai penyemangat.


Baca Juga:

Delapan Khidmah Professional


Ketiga, Pasangan


Jadi Hijrah itu tidak bisa sendiri kalau pasangan tidak sefrekwensi ya repot. Karena otomatis cyrcle (lingkaran) pergaulan berubah, kebiasaan dan juga standar hidup berubah.


Syaikh Sulaiman Ar-ruhaili menjelaskan  kunci-kunci  kebahagiaan rumah tangga. 


Pertama, mengokohkan keimanan dan amal saleh. Konsep iman dan amal saleh tergambar dari ayat-ayat Al Quran. Allah SWT sering menyebutkan dengan menggandengkan kata iman dan amal saleh. 


Seperti dalam firmanNya surat An-Nahl [16] : 97 


“Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. 


Ibnu Abbas ra mengatakan makna “kehidupan yang baik” adalah dengan rezki yang halal. 


Ali bin Abi Thalib mengatakan bahwa makna dari “kehidupan yang baik” di dalam ayat adalah qona’ah, merasa cukup ridho dengan takdir Allah.


Kedua, menghidupkan rumah dengan zikrullah. Rasulullah   bersabda: 


“Perumpamaan rumah yang di dalamnya ada zikrullah, dan rumah yang tidak ada zikrullah di dalamnya adalah (laksana) perumpamaan antara yang hidup dengan yang mati”. (HR.Muslim). 


Jadikanlah rumah kita bercahaya dengan berbagai macam zikir. Baik itu zikir dalam hati maupun dengan lisan, salat, atau membaca shalawat dan Alquran, atau mempelajari ilmu-ilmu agama.


Ketiga, suami menjalankan fungsinya sebagai pemimpin. Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa [04] ; 34: 


“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal ini karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka”. 


Di antara makna pemimpin yang dimaksud dalam ayat di atas adalah sebagai pendidik, sandaran kokoh bagi keluarga, orang bertanggung jawab menafkahi dan orang yang memutuskan keputusan penting dalam keluarga. 


Keempat, menjalin kasih sayang dan mu’asyarah bi al-ma’ruf.  


Para ulama menetapkan hukum melakukan mu’asyarah bi al-ma’ruf  sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh para suami agar mendapatkan kebaikan dalam rumah tangga. 


Imam At-Thabari ketika menjelaskan makna dari mu’asyarah bilma’ruf adalah kewajiban suami memperlakukan isteri dengan baik, karena para isteri telah taat kepada Allah dan suaminya. 


Kelima, tolong menolong dalam kebaikan dan ketaatan.


Firman Allah dalam surah Al-Maidah ayat:2 “tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan. Seperti mana yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad , dalam membantu pekerjaan isterinya di rumah. 


Baca Juga:

Review Film: Buya Hamka


Keenam, mengikuti pola kehidupan berumah tangga orang-orang saleh. Rumah tangga yang telah tercatat dalam sejarah terbukti berhasil membangun keharmonisan antara suami dan isteri, serta berhasil dalam mendidik anak dan generasi. 


Rumah tangga adalah elemen terkecil dalam suatu bangsa. Jika setiap rumah tangga dalam satu bangsa mampu menghadirkan bahagia, dan menumbuhkan nilai-nilai positif bagi anak dan generasi, maka bangsa tersebut layak untuk menjemput kemajuan dan kejayaan berbangsa.


Tentu kajian ini berlaku untuk semua termasuk hamba yang dhoif ini: berdasarkan kaidah Setiap rumah pasti punya masalah 


Wallahu a’lam bis showwab Semoga bermanfaat  Eman Mulyatman


Baca juga :


Mafaza TV


Silakan klik:

»̶·̵̭̌·̵̭̌☀̤̈Mafaza-Store..̤̈̇·̵̭̌·̵̭̌«̶

Lengkapi Kebutuhan Anda



Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Mafaza Online: FENOMENA Hijrah Rame Rame Cerai Diam Diam . All Rights Reserved