Kamis, 27 April 2023

Home » » NIKMATI PROSESNYA Beratnya Perjalanan Ibadah Kita

NIKMATI PROSESNYA Beratnya Perjalanan Ibadah Kita


 Minhajul ‘Abidin merupakan sebuah karya terakhir Imam al-Ghazali sebelum beliau wafat. Jadi merupakan hasil intisari dari pengembaraannya dalam suluk. Kitab ini merupakan pedoman bagi para ahli ibadah untuk mendapatkan kenikmatan dalam beribadah

Mafaza-Online | Mursyid Tarekat Idrisiyyah DR (HC) Syaikh Akbar Muhammad Fathurahman, pernah menuturkan dalam kesempatan bersepeda keliling Tasikmalaya: 


“Ketika jalan menanjak jangan terlalu fokus dengan tanjakannya, tapi nikmati juga pemandangannya.”

 

Pesan itulah yang terngiang ketika membaca buku ini. 


Pesan itu pula yang menemani Penulis dalam menjalani suluk di bawah bimbingannya. 


Baca Juga


Kitab Minhajul ‘Abidin


 (منهاج العابدين)


atau judul lengkapnya Minhaj al-‘Abidin ila Jannah Rabb al-‘Alamin


 ( منهاج العابدين إلى جنة رب العالمين ) 


adalah sebuah kitab tasawuf karya Imam al-Mujaddid Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Ghazali (450-505H), yang terkenal dengan gelar panggilan Imam al-Ghazali. 


Kitab ini adalah karya terakhir Imam al-Ghazali, sebagai peninggalan berharga yang menjadi wasiat bimbingan terakhir beliau bagi umat Islam, sebelum menjelang wafatnya.


Dalam kitab ini Imam al-Ghazali berisi tentang pedoman bagi para ahli ibadah. Buku ini berisi tips-tips penting bagi orang-orang yang menginginkan kenikmatan dalam beribadah kepada Allah SWT. Tentu agar memperoleh ridho-Nya. 


Sebelumnya pengarang juga sudah menyebutkan cara seseorang untuk mendapatkan ridho dari Allah antara lain dalam kitab Ihya’ Ulumuddin, al-Qurbah dan sebagainya. Akan tetapi kitab-kitab tersebut membahas masalah-masalah yang sangat halus dan mendalam, sehingga sulit dimengerti oleh awam.


Menurut Imam al-Ghazali dalam kitab Minhajul ‘Abidin terdapat tujuh aqobah yang mesti ditempuhi oleh setiap hamba untuk meningkatkan kualitas ibadahnya kepada Allah SWT. 


Dalam teks Indonesia 'aqobah diterjemahkan sebagai tanjakan. Namun, ada juga yang menafsirkan kata 'aqobah dalam kitab ini sebagai metode, tahapan atau juga rintangan. 


Bisa juga diartikan proses perjalanan atau pengembaraan dalam ibadah.


Aqabah-‘aqabah tersebut adalah: 


1. ‘Aqabah Ilmu dan Makrifat (عقبة العلم)


Menurut penulis, dalam tahapan ilmu dan marifat, Imam al-Ghazali menuturkan bahwa ibadah tanpa ilmu dan marifat tidak ada artinya. Karena dalam menjalankannya, seseorang harus tau benar apa yang dikerjakannya. Jadi, merupakan suatu keharusan meniti tahapan ilmu dan ma’rifat, jika tidak ingin mendapat celaka. Artinya, harus belajar (mengaji) guna dapat beribadah dan menempuhnya dengan sebenar-benarnya, kemudian merenungkan dan menghayati segalanya.91


2. ‘Aqabah Taubat (عقبة التوبة)


Setelah manusia memahami dan mendalami ilmu dan marifat untuk beribadah, maka mulai menyadari bahwa diri banyak akan dosa. Ibadah yang dilakukan akan lebih sempurna bila manusia bersih dari dosa. Semakin tinggi pemahaman seseorang tentang ilmu dan marifatnya, maka semakin lembut pula hatinya. Sungguh aneh bagaimana orang akan taat, sedangkan hatinya keras. Bagaimana akan berkhidmat kepada Allah SWT jika terus menerus berbuat maksiat dan sombong. Maka, taubat adalah solusinya. Agar benar-benar ibadah yang dilakukan diterima Allah SWT.92


3. ‘Aqabah Godaan  (عقبة العوائق)


Rintangan memang membuat ahli ibadah sering bimbang. Namun, ahli ibadah harus mampu menahannya. Dalam kitab ini, Imam al-Ghazali menuturkan empat macam rintangan:


a. Rezeki dan tuntutan hawa nafsu.

Cara mengatasi keduanya dengan tawakal. Sejatinya, menjadi seorang hamba lebih baiknya menyerahkan segala urusan terutama masalah rezeki dan tuntutan kepada-Nya serta melakukan sesuatu sesuai kemampuan dan kekuatannya. Tidak sembrono dengan ceroboh begitu saja.


b. Ikhlas menerima takdir Allah SWT

Orang yang ragu-ragu dan tidak ikhlas dalam menerima takdir Allah SWT, mengadu kesana kemari, berarti mengadukan Allah, Tuhan yang Maha Mulia. Seperti halnya orang-orang jahilyah terdahulu. Bila ada orang mati, orang-orang dikumpulkan agar menangis bersama demi mendapatkan upah. Ikhlas menerima takdir sama halnya tidak mengeluh dengan takdir.




4. ‘Aqabah Rintangan  (عقبة العوارض)


Menurut penulis, dalam tahapan yang keempat ini, Imam al-Ghazali menjabarkan empat penghalang (godaan) beribadah, yaitu:


a. Dunia dan isinya   

Tips mengatasinya dengan Zuhud


b. Makhluk

Tips mengatasinya Hati-hati dalam pergaulan


c. Setan 

Tips: Jangan Ikuti programnya


d. Hawa nafsu

Tips mengatasinya, kuatkan tali kekang jinakan 


Dalam kitab Minhajul Abidin, Imam al-Ghazali menyebut godaan dengan aqabah awaiq atau tahapan penghalang (godaan). Imam al-Ghazali menuturkan ada banyak cara untuk menghindari godaan dalam beribadah, seperti; zuhud, uzlah, tawadhu’, dan mengingat kematian.


5. ‘Aqabah Pendorong (عقبة البواعث)


Maka ketika seorang ahli ibadah sudah tidak ada lagi godaan dan rintangan, selanjutnya adalah pendorong. Pendorong hamba untuk taat dalam

beribadah kepada Allah adalah takut kepada Allah karena takut kepada Allah dapat mencegah maksiat, agar tidak dihinggapi sifat sombong atas ketaatannya, pendorong ada dua macam yaitu pendorong dalam ketaatan dan pendorong dalam keburukan yaitu nafsu dan syetan.


6. ‘Aqabah Celaan   (عقبة القوادح)


Dalam tahap ini, Imam al-Ghazali bahwa jika ibadah sudah lurus, wajib membedakan mana yang lebih baik dan mana yang kurang baik, serta membuang sesuatu yang sekiranya dapat merusak dan merugikan ibadah. Wajib memegang erat ikhlas dalam hati agar terhindar dari celaan. Beberapa celaan dari seseorang yang sudah mampu baik beribadah yaitu riya’ dan ujub.


7. ‘Aqabah Puji dan Syukur  (عقبة الحمد والشكر)


Setelah berhasil melewati enam tahapan dalam beribadah, maka sampailah pada tahap yang terakhir yaitu bersyukur. Bersyukur memuji Allah atas nikmat dan karunia yang tak terhingga. Seorang ahli ibadah harus bersyukur karena dua alasan:


a. Agar kekal kenikmatan yang besar tersebut karena jika tidak disyukuri akan hilang.


b. Agar nikmat yang didapatkan bertambah. Terus menerus bersyukur karena nikmat akan menjadi pengikat nikmat.


Dalam setiap ‘aqabah/tahapan imam al-Ghazali menerangkan dengan penjelasan-penjelasan singkat yang mengandung arti penting. Tujuannya agar orang awam mudah memahami dari apa yang dimaksudkan pengarang. Dan setiap ‘aqabah akan diterangkan dalam bab tersendiri.


Sudah dijelaskan di atas bahwasannya kitab Minhajul ‘Abidin merupakan sebuah karya terakhir Imam al-Ghazali sebelum beliau wafat. 


Jadi merupakan hasil intisari dari pengembaraannya dalam suluk. 


Kitab ini merupakan pedoman bagi para ahli ibadah untuk mendapatkan kenikmatan dalam beribadah. 


Seperti pesan Syaikh AKbar di atas: Jangan fokus dengan tanjakannya, karena akan cepat merasa lelah cape dan berat. Tapi, lihatlah ada gunung, sungai mengalir, hamparan sawah menguning dan ada angin yang membawa udara segar.  | Salman Al Idrisiy


MafazaTV


Baca Juga:

IBNU QOYYIM Lima Cara Berfikir Positif


Silakan klik:

Lengkapi Kebutuhan Anda
Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Mafaza Online: NIKMATI PROSESNYA Beratnya Perjalanan Ibadah Kita . All Rights Reserved