Minggu, 31 Juli 2022

Home » » TM Usman El-Muhammady, Ulama Ahli Farmasi dan Penulis yang Produktif

TM Usman El-Muhammady, Ulama Ahli Farmasi dan Penulis yang Produktif

TM Usman El-Muhammady, Ulama Ahli Farmasi dan Penulis yang Produktif
Datuk dari Helvi Tiana Rosa ulama yang produktif dalam melahirkan karya tulis.

Oleh: Artawijaya

Mafaza-Online | Biasanya penulis itu romantis dan tidak suka ilmu pasti, tapi berbeda dengan yang satu ini. Nama lengkap dan gelarnya, Prof. Teungku Muhammad Usman El-Muhammady, MSc, Th. Lahir Di Kutaraja (Banda Aceh), 3 Maret  1903. Orang sering menyebutnya Teungku Usman. 


Ia aktif di Persyarikatan Muhammadiyah dan  gerakan tajdid (pembaruan) di tanah kelahirannya. Ia bukan hanya seorang ulama, tetapi juga penulis,  wartawan, ahli kimia, pejuang kemerdekaan, dan musisi.


Lebih dari 100 karya buku ditulis oleh T.M Usman El-Muhammady yang mendapat sambutan luas dari masyarakat, di antaranya; Kuliah Iman dan Islam, Sosiologi Islam, Islamologi, Ilmu Ketuhanan Yang Maha Esa, Pembangunan Djiwa Negara dan Kebudayaan Islam, Kuliah Islam dan Politik Negara, Agama dan Angkatan Perang, dan lain-lain. 


Bisa dibilang, TM Usman adalah ulama yang cukup produktif dalam melahirkan karya tulis.


TM Usman El-Muhammady menghabiskan masa muda dengan berguru pada tokoh-tokoh Islam. Di antara tokoh yang sangat dekat dan mempengaruhi pemikirannya adalah Ustadz A. Hassan, guru utama Persatuan Islam (Persis). 


Ia menceritakan, pada waktu dirinya menjadi mubaligh di Bandung sekitar 1920-an, A. Hassan banyak memberikan bimbingan ilmu-ilmu keislaman, terutama terkait hukum-hukum Islam. 


Selain A. Hassan, tokoh Persis lainnya yang juga banyak membimbingnya adalah Haji Zamzam dan H. Muhammad Yunus. Selain ketiga tokoh tersebut, T.M Usman juga sebelumnya pernah belajar bahasa Arab kepada ulama yang juga berasal dari Aceh, T.M Hasbi Ash-Shiddiqi.


T.M Usaman El-Muhammady menceritakan, dirinya sempat berbulan-bulan tinggal di rumah A. Hassan di Jalan Lengkong Besar 96 Bandung. 


Baca juga:

KH MA'SHUM DAN PENJARA REZIM NASAKOM


Dalam sebuah tulisan di Majalah Al-Muslimun berjudul "Jasa Persatuan Islam", ia menulis,


"Ajaran-ajaran dari almarhum Ustadz A Hassan  (waktu di Bandung) bukan ilmunya saja yang menarik hati dan otak saya, tetapi pribadi beliau dengan akhlaknya dalam menghayati kehidupan sosial dalam masyarakat secara Islam. 

Pribadi almarhum dengan akhlaknya dalam kehidupan sosial yang diteladani oleh putra-putra beliau, diantaranya A. Qadir, telah menjadi magnit yang menarik seluruh jiwa dan raga saya." 


Ia melanjutkan, "Sebagai seorang mukmin almarhum (A.Hassan) memberikan teladan berlaku hukum-hukum Islam dalam tetangga dan keluarga." 


Bimbingan dari A. Hassan itulah yang membuat T.M Usman kemudian lebih giat untuk memegang sunnah, mempelajari ilmu-ilmu agama, filsafat, dan bahasa-bahasa asing.


Pada 1927, T.M Usman El-Muhammady pulang ke Aceh. Ia kemudian berdakwah tak hanya lewat lisan, tetapi juga tulisan. Ia kemudian mendirikan Majalah Suara Acheh (1927-1931), Majalah Muslimin (1932-1934), dan Majalah Industrie yang terbit di Aceh dan Medan pada tahun 1937. 


Khusus yang terakhir, TM Usman juga mendirikan sekolah di kota Medan dengan nama yang sama: Sekolah Industrie, dimana murid2nya datang dari berbagai daerah di Indonesia. 


Terkait majalah yang dikelolalanya, TM  Usman mengaku mengambil spirit dari Majalah Al-Lisaan dan Pembela Islam yang terbit di Bandung, yang dikelola oleh A.Hassan, Moh. Natsir, dll.. 


"Bagi pribadi saya, pemimpin-pemimpin Persatuan Islam Bandung, istimewa almarhum Ustadz A. Hassan, telah memberi pola bagi saya tentang ajaran Qur'an dan Sunnah tentang masyarakat Islam, hingga secara kontinuitas saya mempelajari Qur'an dan Hadits bebas dari pengaruh-pengaruh aliran madzhab-madzhab dalam fikih, dan merdeka dari pengaruh-pengaruh Mu'tazilah, Al'Asy'ari, Al-Maturidi, Jabariyah, Qadariyah, dst," tulisnya.


Ia juga pernah berpolemik dengan Dr. Abu Hanifah, yg menuduhnya tidak mengerti soal farmasi, tetapi membuka lembaga "Tonikum Ibnu Sina." 


TM Usman menyatakan, Dr Abu Hanifah tidak tahu bahwa dirinya pemegang ijazah ilmu farmasi terutama dari tumbuh-tumbuhan, yang ia dapat dari College of Industrie Calcutta, India. 


Dalam polemik dengan Dr. Abu Hanifah, kata T.M Usman, ilmu Mantiq yang pernah diajarkan A.Hassan ikut "main."


T.M Usman El-Muhammady wafat pada tahun  1978 dalam usia 75 tahun. Dalam dokumen foto keluarga, tampak ia dimakaman di Taman Makan Pahlawan sebagai seorang pejuang kemerdekaan. 


Di antara cucu dari T.M Usman El-Muhammady yang mengikuti jejaknya sebagai penulis adalah Helvy Tiana Rosa dan Asma Nadia, kakak beradik yang dikenal dengan karya-karya novelnya yang sangat digemari anak-anak muda. 


Salah satu foto di sini juga penulis ambil dari akun media sosial Asma  Nadia. Selain Asma dan Helvy, laman wikipedia menyebut nama Astri Ivo yang juga cucu dari  TM Usman El-Muhammady. 


Semoga Allah SWT merahmati beliau dengan rahmat yang luas dan menjadikan karya-karyanya sebagai amal jariyah yang terus mengalirkan pahala. Aamiin.  


Menapaktilasi Jejak Syaikh Surkati di Batavia


Silakan Klik 

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda



#HelvyTianaRosa #AsmaNadia #Persis


Share this article :

Posting Komentar