Minggu, 10 Juli 2022

Home » » ANAK BETAWI NAIK HAJI Ujian-ujian Kecil Jelang ke Tanah Suci | Bag 2

ANAK BETAWI NAIK HAJI Ujian-ujian Kecil Jelang ke Tanah Suci | Bag 2

Suasana Sai dok Pribadi | mafazaonline

Allahyarham KH Zainuddin MZ pernah berkelakar, ada tiga jenis haji; Haji Abidin (Atas Biaya Dinas), Haji Mansur (Halaman digusur, alias jual tanah), dan Haji Kosasih (Ongkos Dikasih). Saya termasuk kategori yang ketiga

Mafaza-Online | TSebelumnya menceritakan bagaimana suasana tegang menjelang keberangkatan ke tanah suci.  


Saat diminta menyerahkan dokumen-dokumen terkait keberangkatan haji ke Kedubes Saudi di Jakarta, jarak antara keberangkatan dan mengurus dokumen-dokumen yang diperlukan, begitu singkat: Sekitar tiga pekan. 


Saya yang tak menduga bakal diberangkatkan pergi haji, tentu tak punya persiapan yang maksimal. Terutama untuk biaya selama di sana. Sejuta pun saat itu tak punya. Saya pikir, meski gratis, tentu juga butuh pegangan uang untuk sekadar jajan, beli oleh-oleh, dan keperluan-keperluan mendadak lainnya  selama di Tanah Haram.


Hanya berselang tiga hari dari keluarnya visa ke hari keberangkatan. Saya tanya emak Saya, "Apakah ada uang simpanan yang bisa dipinjam?"


Jawabannya tidak ada, "Tapi kalau mau, ini ada perhiasan yang bisa dijual. Pake aja," kata emak. 


Hati Saya tak tega. Saya tak mau menjual perhiasan orangtua. 

Lalu Saya hubungi teman untuk meminjam uang dan menjelaskan keperluan uang itu. Responnya luar biasa, "Alhamdulillah, ane ikut senang. Ini ada uang, gak usah pinjam, ente pake aja, " kata seorang teman yang Saya hubungi. 


Saya terharu dan bersyukur.


Di luar dugaan, ternyata teman itu menghubungi teman-teman Saya yang lain, sehingga uang yang terkumpul lebih dari cukup. Semua bukan pinjaman, tetapi pemberian cuma-cuma. Saya tak henti-hentinya bersyukur. 


Di tempat2 mustajab selama di Tanah Suci, Saya mendoakan mereka. Semoga yang belum berhaji Saya doakan agar dibukakan jalan kemudahan untuk berhaji.


Dan, yang terpenting Saya berdoa agar mereka selamat di dunia dan akhirat.


BACA:

IDUL ADHA Selusin Variasi Menu Daging Kurban


Hari keberangkatan tiba. Karena waktu kami mepet, penerbangan yang langsung ke Madinah atau Jeddah sudah tak ada. Saya dan tiga orang rombongan, naik pesawat Garuda Indonesia Airlines (GIA), transit di Malaysia, kemudian pindah pesawat Saudia Airlines menuju Bandar Udara di Jeddah.


Saat menunggu keberangkatan dan dokumen-dokumen sudah diserahkan ke petugas bandara, ada lagi sedikit ujian kecil. Tiba-tiba nama saya dipanggil untuk menghadap ke ruang manajer penerbangan Garuda. "Mohon maaf bapak, ini ada sedikit masalah. Passpor bapak, masa berlakunya sudah habis." 


Saya terkejut. Memang untuk syarat keberangkatan, masa berlaku passport tak boleh lebih dari enam bulan sampai jatuh tempo. Hitung-hitungan saya, passport yang Saya miliki masih pas enam bulan di masa berlaku. Bulan selanjutnya baru dihitung habis alias harus diperpanjang lagi.


Di tengah-tengah diskusi dengan Manajer Garuda itu, Saya mengatakan, "Kalau passpor Saya habis, tak mungkin Kedubes mengeluarkan visa." 


BACA JUGA

Mengapa Membaca Al Quran dengan Bersuara?


Dalam hati Saya, jangan-jangan soal passport ini dulu yang memperlambat keluarnya visa Saya. Manajer itu mengerti apa yang Saya sampaikan. "Tapi bapak harus tandatangan di atas materai. Kalau terjadi apa-apa terkait dokumentasi bapak, kami tak bertanggungjawab," ujar manajer itu. 


Saya menyetujui, tandatangan, terus masuk ke ruang boarding, dan berangkat menuju Malaysia untuk transit.


Di imigrasi Malaysia, petugas bertanya, "mana rombongan Pak Cik?" 


Saya menunjuk tiga orang teman di belakang yang sedang mengantri. "Hanya empat orang?" Kata petugas tadi sambil tersenyum dan heran. 


"Pak Cik tak ada gelang tanda?" Tanya petugas itu lagi sambil melihat tangan Saya. 


"Tak ada," jawab saya. 


Ia tersenyum lagi. Setiap jamaah haji memang dikasih gelang yang ada barcode-nya. Saya dan rombongan tak punya. Bahkan ID yang biasa tergantung di leher pun tak ada. Maklum, keberangkatan kami memang injury time.


BACA:

FAKTA dan DATA Masjidil Haram


Setelah menempuh perjalanan panjang akhirnya saya tiba di Jeddah. Petugas imigrasi lagi-lagi tersenyum ketika Saya mengatakan bahwa rombongan kami hanya berempat dan hanya bermodal selembar kertas visa dari Kedubes Saudi di Jakarta. 


"Ahlan wa sahlan, marhaban bikum," ujar petugas imigrasi ketika tahu kami berhaji atas undangan safaarah (Kedubes) Saudi.


Keluar dari pemeriksaan imigrasi, ada lagi sedikit kendala. Semuanya ujian yang membutuhkan kesabaran. Gimana kisah selanjutnya? | Artawijaya


Sebelumnya: NAIK HAJI Doa yang Terkabul


Selanjutnya: Tersasar di Hari Pertama


Silakan Klik 

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda



Share this article :

Posting Komentar