Sungguh telah terdapat contoh yang baik bagi orang-orang yang beriman, yaitu Nabi Ibrahim as dan orang-orang yang membersamainya, termasuk istri-istri dan anak-anaknyaKHUTBAH IDUL ADHA
Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar walillahilhamd ....
Mafaza Online | Memuji dan bersyukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang Allah curahkan kepada kita. Terutama rezeki batin yang diberikan kepada kita, yaitu dapat berkumpul di pagi hari ini untuk shalat Idul Adha.
Tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil, itu adalah rezeki batin yang dirasakan oleh qalbu. Di pagi hari ini Allah SWT mengundang kita untuk merayakan kemenangan Idul Adha.
Silakan Klik:
TOKO Peralatan Touring dan Conten Creator
Ada dua kemenangan besar yang dijadikan syariat Nabi ﷺ :
Pertama, Menyembelih hewan kurban .
Kedua, Melaksanakan ibadah haji dan umrah.
Keduanya bersumber dari Nabi Ibrahim as. Sungguh telah terdapat contoh yang baik bagi orang-orang yang beriman, yaitu Nabi Ibrahim as dan orang-orang yang membersamainya, termasuk istri-istri dan anak-anaknya.
Mari kita telusuri di balik kesuksesan Nabi Ibrahim As dan keluarganya.
Disebutkan bahwa Nabi Ibrahim as telah sukses menyampaikan dakwah, menyampaikan ajaran tauhid kepada penguasa yang zalim.
Dalam Surat Al-Anbiya, Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam kepungan api yang menyala-nyala. Nabi Ibrahim as tidak takut sama sekali. Lalu datang Jibril as menawarkan pertolongan.
Kisah ini ditulis dalam kitab Al-Iqdun Nafis karangan Syekh Ahmad ibni Idris. Nabi Ibrahim tidak butuh pertolongan Jibril as.
Ketika dilemparkan ke dalam api, Nabi Ibrahim mengeluarkan satu kalimat yang dalam, "Hasbiyallah," yang artinya "cukuplah Allah." Kalimat yang bukan hanya hiasan bibir.
Maka Allah perintahkan api, "Wahai api, dinginlah engkau, selamatkan Ibrahim!" Nabi Ibrahim merasa dingin yang menyejukan, dan selamatlah. Itulah kalimat tauhid. Qalbunya merasakan bahwa Allahlah yang menggenggam seluruh makhluk-Nya di muka bumi.
Baca juga : FUTUH SEMAKIN DEKAT Visi Seorang Mursyid
Allahu Akbar! Allahu Akba! Allahu Akbar walillahilhamd….
Lalu Nabi Ibrahim dimampukan memberikan tarbiyah bagi istri dan anak-anaknya. Itulah yang harus dilakukan para suami.
Nabi ﷺ bersabda, "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawabannya."
Lihatlah contoh Nabi Ibrahim as. Beliau memiliki anak yang ditunggu-tunggu dan dibanggakan, namun harus disembelih. Walaupun perih dan berat, Nabi Ibrahim as menjalankan perintah Allah taala.
Nabi Ibrahim as sukses mendidik anak yang pertama, lalu diberi rezeki anak Ishaq as, yang melahirkan generasi sampai ke Nabi Yusuf as.
Nabi Ibrahim as mampu mendidik, mulai dari dirinya sendiri, menjadi figur contoh terbaik, menjadi teladan terbaik bagi keluarganya.
Baca juga: Penyebab Hati tetap Gelisah Meski Rajin Beribadah
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar walillahilhamd ….
Demikianlah, tindakan Nabi Ibrahim as dan keluarganya menjadi syariat bagi umat Nabi Muhammad ﷺ .
Apa yang menjadi faktor kesuksesan dan kemuliaan?
Dalam Surat Al-An'am, Nabi Ibrahim as diperlihatkan kekuasaan Allah taala,
وَكَذَٰلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ.
Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. (QS al Anam [06] : 75).
Dalam terminologi ilmu tasawuf, kesuksesan Nabi Ibrahim adalah penyaksian Allah. Allah SWT adalah Sang Penguasa. Seluruh makhluk bersandar kepada Allah SWT. Seluruh makhluk butuh kepada Allah.
Nabi Ibrahim diperlihatkan kekuasaan Allah. Mata hatinya bisa menyaksikan kekuasaan Allah di langit dan di bumi. Supaya Nabi Ibrahim termasuk orang-orang yang yakin.
Maka, supaya mencapai musyahadah al-rububiyyah, perlu mujahadah yang panjang, membersihkan hati kita dari penyakit-penyakit hati: ujub, sombong, hasad, iri dengki, riya, hubbud dunya, cinta jabatan—ini semua adalah penyakit batin.
Jika qalbu kita tercerahkan, kemudian hatinya banyak dibersihkan dari penyakit hati, maka Allah akan angkat penghalang-penghalang jati diri kita.
Orang sekarang susah dipanggil ke masjid, "Hayya alash sholah," mari ke masjid.
Penghormatan Allah kepada hamba-hamba-Nya dipanggil ke masjid. Kalau susah melangkahkan kakinya ke masjid, itu tanda hatinya terhijab, terhalang.
Maka bersihkan hatinya. Kalau hati tercerahkan, maka kaki akan mudah melangkah ke masjid untuk sujud dan ruku' serta munajat dan berdoa kepada Allah SWT. Sungguh mulia hamba.
Syaikh Ibnu Atha'illah As-Sakandari dalam Kitab Hikamnya menyebutkan,
لَوْ أَشْرَقَ لَكَ نُوْرُ الْيَقِيْنِ لَرَأَيْتَ الْآخِرَةَ أَقْرَبَ إِلَيْكَ مِنْ أَنْ تَرْحَلَ إلَيْها
“Seandainya cahaya keyakinan menerangimu, niscaya engkau dapat melihat akhirat itu lebih dekat padamu ketimbang engkau berjalan menujunya”.
Sehingga ia akan selalu mempersiapkan diri, membekali diri, karena perjalanan kita jauh: ada alam kubur, ada alam akhirat. Nabi kita di dunia hanya 63 tahun, tapi di alam kubur sudah 1500 tahun, apalagi di alam akhirat.
Bekal kita salah satunya adalah taqwa. Mari kita introspeksi sejauh mana kedekatan kita kepada Allah. Taat kita itu untuk kita, bukan untuk kemuliaan Allah. Allah sudah mulia.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar walillahilhamd ….
Maka di sinilah kesuksesan Nabi Ibrahim as, yaitu ketaatan dan kebersihan hatinya. Cahaya keimanan bila menyinari hati kita, maka melihat akhirat itu dekat.
Bekali diri kita dengan ibadah yang ikhlas.
Dunia itu bukan dilihat megahnya, tapi lihatlah fana-nya, hancurnya. Kita sekarang bangga dengan mobil, tapi nanti akan hancur. Tujuan hidup Nabi Ibrahim adalah Allah. Cita-cita tertingginya adalah Ridha Allah SWT.
10 Dzulhijjah 1446 H/6 Juni 2025
Baca Juga: Ternyata, Ayam Goreng Widuran Haram
#khutbah #iduladha #syekhakbar
Posting Komentar