Horison berfikir seorang Mursyid jauh ke depan melampaui zamannyaFutuh semakin dekat
Mafaza Online | Suatu ketika Syaikh Muhammad bin Ali as Sanusi berbincang dengan muridnya, “Apakah burung-burung memiliki kecerdikan?”
Muridnya menjawab, “Tidak, mereka tidak punya akal!”
“Tapi, mengapa mereka menaruh telur di atas bukit yang tinggi sekali?" sanggah Syaikh.
Muridnya terdiam berpikir.
Tentunya, agar rubah atau serigala tak dapat memangsa telur-telur itu, ketika menetas?
Baca juga : Harapan Syaikh Akbar M Fathurahman kepada Lulusan Ma'had Aly Idrisiyyah; Menjadi Terapis Peradaban
Lalu Sang Mursyid bertanya lagi; “Apakah yarbu atau tikus gurun mempunyai kepandaian?”
“Tidak, mereka tidak punya akal,” jawab si Murid.
“Tapi, mengapa mereka menggali lubang begitu dalam, buat sarang mereka?" jawaban dalam bentuk pertanyaan ini membuat si Murid kembali berpikir.
Tentu lubang yang dalam itu adalah cara untuk menghindarinya dari ular pemangsa.
Strategi Pertahanan
Tentu perbincangan di atas bukan omong kosong, tapi ada unsur hikmah tarbiyah di dalamnya.
Maka, lanjut Syaikh As Sanusi, waspadalah terhadap ‘ular hitam’ yang datang dari Timur dan Barat. Arti ‘ular hitam’ di sini adalah untuk Khilafah Utsmani dan ancaman peradaban Barat.
Sesuai konteks perbincangan di masa itu.
Dari kiasan ini, Syaikh Sanusi sedang mengajari muridnya arti strategi pertahanan. Maka jauh-jauh hari pusat Tarekat Sanusiyyah dibangun di pedalaman Libya. Posisinya sangat jauh dari pusat perkotaan.
Prediksi Strategi
Sayyid Ahmad Asy Syarif, seorang cucu As Sanusi dan pemimpin atau khalifah ketiga dari Sanusiyyah, mempunyai cerita menarik lain mengenai kakeknya.
Pada 1854, di kota Derna, Libya, Syekh Sanusi meramalkan, bahwa kekuatan Eropa akan menguasai Negeri-negeri Muslim;
Inggris akan mencaplok Iskandariyah, Mesir, dan orang-orang Napoltan – penduduk Napoli, lebih dikenal sebagai Italia – akan menyerang Tripoli di Libya.
Syaikh Sanusi melihat ini dari wawasan pengalaman yang dilalui Beliau pada akhir abad 18.
Saat itu, Tripoli hanya sebesar ukuran kota Napoli, Italia.
Syaikh Sanusi memastikan untuk dapat menyelamatkan kota tersebut, strategi pun dirancang.
Di kemudian hari Syaikh Sanusi mengatakan, penduduk Jabal al-Akhdar atau Gunung Hijau di Kirenaika -di bawah kepemimpinan putranya, Al-Mahdi- akan bertempur sengit melawan penjajah kolonialisme Eropa.
Sayyid Ahmad Asy Syarif juga menceritakan, Syaikh Sanusi memprediksikan, suatu saat kekuatan Eropa akan mengambil alih.
"Libya harus bersiap, baik secara ekonomi maupun militer!" saran Syaikh Sanusi
Pernyataan yang relevan dengan peta politik saat itu. Para pemimpin Sanusiyyah menyadari dominasi Eropa di kawasan itu. Sang Guru Agung Sanusiyyah nampaknya telah menyusun rencana jangka panjang, strategi pertahanan dari konspirasi bangsa-bangsa Eropa.
Syekh As Sanusi mempersiapkan penduduk Kirenaika dari sisi moral, sosial maupun ekonomi.
Kenyataannya, Prancis menduduki Aljazair sejak 1830. Prediksi beliau benar terjadi.
Horison berfikir seorang Mursyid bukan sembarang jangka pendek, tapi melampaui zamannya. Pola berfikir yang terbimbing oleh ilham Illahiyah.
Baca Juga: Ternyata, Ayam Goreng Widuran Haram
TOKO Peralatan Touring dan Conten Creator
Estafet Dakwah
Syaikh Ahmad Asy Syarif hijrah meninggalkan kampung halamannya Libya ke Turki hingga wafat di Arab Saudi. Langkah panjang ini tak akan terealisasi kalau bukan karena bimbingan Allah SWT yang telah diisyaratkan kepadanya.
Langkah Hijrah, karena akan ada sosok pelanjut tongkat estafet Sanusiyyah.
Syaikh Abdul Fattah dari Jawa datang menyambut takdirnya.
Begitulah desain illahiyah. Allah SWT membuka cakrawala pandangan Mursyid jauh ke depan. Tak terlihat mata lahir dan tak terlintas dalam akal pikiran.
Demikian pula Mursyid Idrisiyyah saat ini; Syaikh Akbar M Fathurahman mengisyaratkan jauh-jauh hari Futuh Islam semakin dekat.
Bimbingan Allah SWT kepada Mursyid telah datang mendahului.
Futuh itu PASTI!
Futuh itu ibarat lompatan peradaban, butuh effort yang besar. Setiap lompatan akan meninggalkan jejak dan debu-debu.
Persoalannya, jangan sampai kita menjadi bagian yang tertinggal atau malah menjadi debu-debu peradaban yang berhamburan.
Baca juga: Penyebab Hati tetap Gelisah Meski Rajin Beribadah
Mafaza-Store
#tasawuf #mahadaly #jatman
Posting Komentar