![]() |
JEJAK M NATSIR Harapan kepada Pemuda |
Mafaza Online | “Janganlah dipilih hidup ini bagai nyanyian ombak hanya berbunyi ketika terhempas di pantai. Tetapi jadilah kamu air bah, mengubah dunia dengan amalmu. Kipaskan sayapmu di seluruh ufuk. Sinarilah zaman dengan nur imanmu. Kirimkan cahaya dengan yakinmu. Patrikan segala dengan nama Muhammad”.
Baca Juga : FILM November 1828: Kisah Pengorbanan dan Pengkhianatan
۞GERAKAN WAKAF AL QURAN۞
Sengaja Penulis awali artikel ini dengan Puisi Mohammad Iqbal berjudul “Harapan kepada Pemuda”. Karya menggelora Filsuf-Pemikir Islam asal Pakistan yang diterjemahkan M. Natsir.
Aktivitas kita akan abadi apabila semua dikerjakan karena Allah, seperti Pesan Allahuyarham Mohammad Natsir di tahun 1961 untuk para Mujahid- Ujung tombak da’wah Ila’llah di medan da’wah.
“Kerjakan yang disenangi Allah, maka Allah akan wujudkan yang Anda senangi, binalah umat niscaya umat membinamu, tak usah dipikirkan yang tak mungkin, kerjakan mana yang bisa, mulai dengan apa yang ada, karena yang ada itu sudah cukup untuk memulai” (M. Natsir).
Hasilnya adalah orang-orang pilihan yang siap menggenggam dunia.
Baca juga : DEBAT SENGIT! Kholid Nelayan Cerdas Bikin Satu Studio Terkesima
“Kita mengkader untuk mencetak jenderal-jenderal lapangan, bukan prajurit-prajurit” (M. Natsir)
Jejak itu terpatri, di usia 16 tahun Mohammad Natsir sudah menjadi aktivis Jong Islamieten Bond (JIB). Di usia sekitar 20 tahun bersama beberapa kawan ia mendirikan majalah PEMBELA ISLAM.
Pada usia 22 tahun, Natsir sudah mendirikan sekolah Pendidikan Islam (Pendis) di Bandung. Bahkan disekolah ini pelajaran agama (tafaqquh fiddien) disampaikan dengan bahasa Belanda sedangkan pelajaran ilmu hayat, matematika, tarikh dan ilmu umum disampaikan dengan bahasa Arab.
Tujuan Natsir mendirikan sekolah Pendis adalah mengangkat martabat dan wibawa umat Islam dari kemunduran khusunya dalam bidang pendidikan dan membantu kaum mustad’afin yang tidak bisa sekolah.
Bahkan dalam perjalanannya lembaga Pendis membuka cabangnya sekolahnya di daerah Bogor, Jakarta (Tanjung Priok dan Jatinegara) serta Cirebon Jawa Barat.
Dengan semangat yang membara dari Mohammad Natsir dan beberapa tenaga pendidik Pendis ini lahirlah para pejuang pembela Islam. Seperti Mohammad Rusyad Nurdin, Abdul Latief Mukhtar, dan lain-lain.
Dan yang tak boleh dilupakan dari sinilah Natsir bertemu jodohnya umi Nur Hahar, seorang guru yang mengajar di TK Arjuna School milik Taman Siswa yang akhirnya mengabdikan diri sebagai pengajar di Sekolah Pendis.
Bagaimana dengan kita hari ini? Pertanyaan ini layak diajukan sebagai bahan muhasabah.
Baca juga: Empat Hal Pokok yang menjadi Pertimbangan Kepengurusan JATMAN
Pada usia 20 pria kelahiran Alahan Panjang Sumatera Barat ini banyak membaca tokoh-tokoh pemikir dan Ulama 'ulung' kelas berat. Seperti Imam Al Ghazali, Ibn Taimiyah, Ibn Tufail, Ibn al Farabi, Ibn Sina, Ibn Rusyd, Ibn Maskawih, Mohammad Abduh, Rasyid Ridha, Mohammad Iqbal, Amir Syaqieb Arselan, dan lain-lain.
Bahkan bukan saja kitab-kitab turats khazanah dari para ulama-ulama kita. Natsir di Usia 22 tahun sudah 'melahap' buku-buku berat dari pemikir Eropa. Seperti Imanuel Kant, Sigmund Freud, Karl Marx, Lenin, Hitler, David Hume, Mussoilini, Napoleon Bonaparte, dan lain-lain tentu dengan kacamata pandangan hidup Islam.
Bahkan beliau bukan membaca saja, pemikiranya pun beliau tuangkan dalam tulisan di majalah-majalah terkenal saat itu (1920an sampai dengan 1935an) seperti: Panji Islam, Pembela Islam, Al Lisan, Pedoman Masyarakat,dan lain-lain. Bagaimana Dengan Kita Hari Ini..?.
Salah satu kelebihan Natsir adalah kekuatannya terhadap sejarah peradaban Islam (sejak Zaman Rasulullah ﷺ, Khulafa Rasyidin, Bani Ummayyah, Bani Abbasiyah, Bani Umayyah di Andalusia, Turki Utsamani sampai Islam di Alam Melayu dan zaman perjuangan di Indonesia).
Sehingga beliau tidak "INFERIORITY COMPLEX" alias Virus Minder. Role model leadership yang ia lakukan dengan merujuk pada Manhaj Sirah Nabawiyah dan Sejarah Perjuangan yang hebat dari para ulama dan pejuang Islam. Bagaimana Dengan Kita Hari Ini?.
Kekuatan literasi baca dan tradisi mulazamah para yang dilakukan anak muda seperti Mohammad Natsir dan para aktifis Jong Islamieten Bond (JIB) perlu dilanjutkan kembali.
Seperti Natsir dan kawan-kawan yang di usia mudanya (20 tahun) ketika di Sekolah MULO (SMA) Bandung, bermulazamah kepada Tuan Ahmad Hassan, Haji. Agus Salim, Syaikh Ahmad Sorkati, dan lain-lain. Bagaimana dengan kita hari ini?
Baca juga : Pantai Karang Jahe Salah Satu obyek wisata Juara Jambore Pokdarwis Jateng
Warisan-warisan mutiara tulisan yang bernilai tinggi dari Mohamad Natsir Allahuyarham sejak tahun 1925an sampai 1990an masih segar dengan kondisi hari ini bukan saja beliau 'tuangkan' dalam tulisan tetapi juga dalam Gerakan. seperti yang selalu beliau sampaikan ke ummat.
Pilar Kekuatan Ummat di Tiga Tempat: Masjid, Kampus & Pesantren, beliau bersama beberapa para tokoh Masjumi (baca: DDII) lakukan dengan mendirikan lembaga keummatan.
antara lain seperti: HUSAMI (Himpunan Usahawan Muslim), IKMI (Ikatan Masjid Indonesia, KMJ (Korps Muballigh Jakarta), KMI (Korps Mubaligh Indonesia),
LIPPM (Lembaga Islam Penelitian dan Pengembangan Masyarakat),
BKSPPI (Badan Kerjasama Pondok Pesantren Seluruh Indonesia),
STII (Serikat Tani Islam Indonesia), BKSPTIS (Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Tinggi Islam Sewasta),
Penerbitan majalah Media Dakwah, Majalah Sahabat, Serial Khutbah Jum'at, Buletin Khutbah Jum’at DDII Jakarta,
dan beberapa Masjid, Kampus, Pesantren yang didirikan dari 'tangan emas' Ulama bergelar Datuk Sinaro Panjang ini.
Tugas hari ini adalah melanjutkkan 'amal sholeh' dan warisan perjuangan yg telah di bangun oleh mereka. Bagaimana Dengan Kita Hari Ini?.
Di usia yang hampir menjelang 50 tahun—Dewan Dakwah sebagai rujukan ummat dan rumah besar gerakan Islam perlu banyak ber 'muhasabah' dan menatap masa depan.
Dengan Tasyakkur 50 Tahun Dewan Dakwah ini kiranya kita sebagai angkatan muda Islam khususnya perlu banyak mengkaji pemikiran-pemikiran mutiara dari Aba Natsir dan para tokoh-tokoh Masjumi secara serius dan dalam.
Agar mata rantai perjuangan para "leluhur orang tua" kita tidak terputus. Risalah merintis, dakwah melanjutkan dapat segera terwujud.
Tentunya pesan dari Mohammad Natsir Allahuyarham ini perlu kita renungkan kembali. "Kalau Patah Tak Tumbuh Hilang Tak Berganti Dalam Sektor Perjuangan Islam, Jangan Terkejut Akan Datang Suatu Masa Yang Orang Islam Di Indonesia Menggembor-Gemborkan Berjuang Menegakkan Kalimah Allah, Akan Tetapi Tidak Tahu, Apa Yang Sesungguhnya Yang Diperjuangkannya Itu..!"
Bagaimana Dengan Kita Hari Ini?
Kampus International Islamic University Malaysia (IIUM),
Gombak-Kuala Lumpur, Ahad 30 Juli 2017/08 Dzulqaidah 1438H.
Baca Juga: Tujuh Godaan dari Iblis di detik-detik Terakhir saat Manusia Sakaratul Maut
Video
Mafaza-Store
#mohammadnatsir #masyumi #ordebaru
Posting Komentar