Senin, 03 April 2023

Home » » Pengalaman Anies Baswedan Paling Berkesan saat Kuliah di UGM Yogyakarta

Pengalaman Anies Baswedan Paling Berkesan saat Kuliah di UGM Yogyakarta

Anies Baswedan menceritakan pengalamannya di UGM Yogyakarta | Foto tangkap layar Youtube Politik Update)

Gara-gara demo itu, di mana-mana demo menjadi besar. Dua minggu setelah itu kita ke Jakarta, lalu SDSB dicabut


Mafaza-Online | Anies Baswedan membeberkan banyak pengalamannya saat tumbuh dan berkembang di Yogyakarta, dari TK hingga kuliah. Saat kuliah di UGM Yogyakarta, Bakal Calon Presiden yang diusung Koalisi Perubahan ini mengaku memimpin aksi demonstrasi menolak SDSB tahun 1993 merupakan yang paling berkesan.


Menurut Anies, demonstrasi pada saat itu sedang puncak-puncak kekuasaan Orde Baru. Anies mengibaratkan jika anak muda ingin sekedar mencari lompatan, tinggal mengikuti rezim. Namun kalau punya prinsip, kritis, oposisi malah repot.


Baca juga:

NABEEZ Minuman Kegemaran Rasulullah ﷺ di Bulan Ramadhan


“Bikin pelatihan, dikejar-kejar, cari dukungan banyak yang tidak mau. Tapi saya ketemu banyak orang, yang siap berjuang justru pada massa itu,” kenang Anies Baswedan dalam video YouTube akun Politik Update yang dipublikasikan pada 27 Maret 2023. 


Dalam video ini, Anies menceritakan pengalamannya dalam bahasa Jawa.


“Masa itu, di mana anak muda menentukan sikap. Hanya sekedar ikut atau memegang prinsip. Kalau pegang prinsip kendalanya banyak sekali, tapi asal ikut, hidupnya gampang tidak repot,” kata Anies.


Mantan Ketua Senat UGM ini mengungkapkan, demonstrasi yang dilakukan tidak asal demo. Mau memprotes perlu penelitian. “Kalau mau protes perlu data, tidak sekedar protes. Pertemanan yang terbangun saat itu relatif abadi hingga kini. Kelihatan sekali saat itu pertemanan didasarkan idealisme,” katanya.


Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini mengaku demo menolak SDSB tahun 1993 salah satu yang paling berkesan. 


Aksi digelar selepas salat Jumat.

Sebelumnya dalam rapat sebelum demonstrasi, Anies menargetkan diikuti 5.000 orang. Saat itu Anies rapat di Mardiyah dan meminta setiap peserta rapat bisa mengajak 100 orang. 


“Saya bilang, minimal satu orang mengajak 100 orang, kalau tidak berani mencari 100 orang, silakan mundur. Saya butuh orang yang bertanggung jawab, yang bisa mencari 100 orang,” jelasnya.


Saat itu yang datang di rapat sekitar 50 orang. Jadi kalau satu orang bawa 100 orang berarti dapat 5.000 orang. 


Menjelang aksi ternyata yang datang lebih dari 5.000 orang. “Targetnya lebih ini, ya alhamdulillah. Dihitung lagi kira-kira 10.000 orang,” katanya.


Menurut Anies, ternyata jumlah massa yang ikut demo 13.000 orang, dari bunderan UGM long march sampai Gedung DPRD DIY di Jalan Malioboro Yogyakarta.


“Saat itu demo paling besar sejak NKK/BKK. NKK/BKK  sekitar 1978 dan demo SDSB  tahun 1993. Jadi sudah 15 tahun, merupakan yang paling geger. Gara-gara demo itu, di mana-mana demo menjadi besar. Dua minggu setelah itu kita ke Jakarta, lalu  SDSB dicabut,” jelas Anies.


Suami dari Fery Ferhati ini mengungkapkan, pengalaman menggerakkan dan mengorganisir massa aksi demo luar biasa. Saat itu tidak ada modal, tidak ada duit sama sekali. 


Modalnya iuran bikin poster dan spanduk setelah itu menyebarkan ke kantong-kantong massa. 


“Mas Walid teman kita, bilang saya datang bersama sopir-sopir taksi. Saya tanya terus kerjamu gimana. Jadi, sopir-sopir taksi pada hari Jumat saat itu tidak kerja, tapi ikut demo,” kenangnya.


Anies mengungkapkan, apa yang dilakukan pada massa itu sedikit banyak turut membangun pondasi gerakan mahasiswa di kampus serta membangun pondasi demokratisasi di Indonesia. Dulu mahasiswa gerakan di luar kampus, karena kampus steril.


Pengalaman lainnya yang berkesan bagi Anies Baswedan yakni menginisiasi mendirikan Badan eksekutif Senat Mahasiswa (BESM, sekarang BEM). Saat itu banyak yang tidak setuju sampai ada yang mogok makan. 


“Kalau kita pegang prinsip, ngobrol, diskusi, dialog kan hasilnya bagus,” ungkapnya.


Anies ingat peristiwa itu tahun 1992 saat mendirikan BESM, di mana-mana belum ada dan selalu dikritik banyak orang. Saat itu yang ada hanya Senat Mahasiswa dan Badan Perwakilan. 


“Setelah BESM tahun berikutnya menjadi BEM. Itu di mana-mana ditertawakan, UGM ada BEM segala,” ungkapnya.


“Sekarang semua kampus ada BEM. Kita ingat memulai bikin BESM itu diejek, ditertawakan tapi kalau konsisten hasilnya bagus. Kampus lain jadi tertular. Semua kampus ada BEM,” ungkapnya. KBA


MafazaTV👇


Baca juga:

Silakan klik:

Lengkapi Kebutuhan Anda




#aniesbaswedan  #ugmyogyakarta
Share this article :

Posting Komentar