Lima Kategori Ulama Menurut al Quran
Seorang ulama tak hanya dinilai dari kelimuan, tapi juga komitmennya. Selain mempelajari dan mengamalkan dia juga dituntut untuk mengajarkan atau mendakwahkan ilmunya itu
Mafaza-Online | Kata-kata ulama disebutkan dalam Al Quran sebanyak dua kali, dalam Surat Asy-Syuara 197 dan Surah Fathir 28.
أَوَلَمْ يَكُن لَّهُمْ ءَايَةً أَن يَعْلَمَهُۥ عُلَمَٰٓؤُا۟ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ
Artinya: Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka, bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?”
(QS Asy-Syu’ara [26] : 197
Seorang ulama tak hanya dinilai dari kelimuan, tapi juga komitmennya. Selain mempelajari dan mengamalkan dia juga dituntut untuk mengajarkan atau mendakwahkan ilmunya itu.
Intinya, ulama adalah orang yang memiliki ilmu yang mumpuni sehingga membawa dirinya memiliki sifat khasyyah (takut) hanya kepada Allah.
Ulama dalam kontek Al Quran sering digunakan istilah ulil albab yang disebutkan 16 kali. Mereka disanjung sebagai orang yang memiliki sifat khasyyah, martabat mulia, banyak zikir, takwa, mencapai derajat iman dan keyakinan yang tinggi, komitmen dengan syariat Islam dan ajaran-ajarannya.
Pertama, Ulama Billah
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ﴿٢٨ فاطر﴾
Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama.
Quran Surat Fathir ayat 28
Kedua, Ulama Rabbani
Mengajak kepada Allah bukan kepada dirinya
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ اللَّهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِّي مِن دُونِ اللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ (آل عمران ٧٩)
“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS Ali Imran [03] : 79)
Ulama seperti ini mencetak generasi Rabbani yaitu generasi yang: Menjadi hamba-hamba Allah, mengajarkan kitab dan terus mempelajarinya.
Ketiga Ulama Rasikh
وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا "
[آل عمران: ٧]
“Dan orang-orang yang ilmunya mendalam berkata, “Kami beriman kepadanya (Al-Qur'an), semuanya dari sisi Rabb kami.” (QS Ali Imran [03] : 7)
Rasikhun, orang-orang yang memiliki ilmu yang dalam dan luas.
Keempat Ulama Dunya
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِن تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَث ۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (الاعراف ١٧٦)
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir. (QS Al - Araf [07] : 176)
Kepada Ulama seperti ini maka perumpamaannya seperti anjing. Jika kamu menghalaunya dijulurkan lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia menjulurkan lidahnya (juga).
Kelima Ulama Su'
فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَٰذَا مِنْ عِندِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا ۖ فَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَّهُم مِّمَّا يَكْسِبُونَ (البقرة ٧٩)
“Maka celakalah orang-orang yang menulis kitab dengan tangan mereka (sendiri), kemudian berkata, “Ini dari Allah,” (dengan maksud) untuk menjualnya dengan harga murah. Maka celakalah mereka, karena tulisan tangan mereka, dan celakalah mereka karena apa yang mereka perbuat.” (QS Al Baqarah [02] : 79)
Mengutip, Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H
Allah ta’ala mengancam orang-orang yang merubah kitab suci yang berkata tentang apa yang mereka rubah dan dan apa yang mereka tulis, ”ini dari Allah.”
Ayat ini mengandung isyarat tentang menampakkan kebatilan dan menyembunyikan kebenaran, dan mereka melakukan hal itu dengan ilmu, ”untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu.”
Padahal, seluruh dunia dari awal hingga akhirnya merupakan keuntungan yang sedikit, lalu mereka menjadikan kebatilan mereka sebagai sekutu, yang mana mereka berburu dengannya harta benda dan apa pun yang ada di tangan manusia.
Jadi, mereka menzhalimi orang-orang tersebut dalam dua aspek:
yaitu aspek mencampuradukkan agama mereka dan aspek mengambil harta mereka tanpa hak bahkan dengan cara yang paling batil.
Hal itu lebih besar dosanya daripada orang yang mengambilnya tanpa izin atau mencuri dan semacamnya.
Maka, Allah mengancam mereka dengan dua perkara tersebut, Allah berfirman, “Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang di tulis oleh tangan mereka sendiri, ” yaitu disebabkan perubahan kebatilan,“ dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan, ” disebabkan harta dan Tahta (posisi kedudukan)
Kata ‘wailun’ itu bermakna azab yang keras dan kerugian, dan termasuk didalamnya adalah azab yang pedih. Naudzubillah min dzalik. Wallahu alam bish shawwab
Baca juga 👇
Peluk Pasangan Anda, Karena Pelukan Anda Menenangkannya
Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/mafaza_online | Facebook : MafazaOnline | Twitter: @mafazanews
Posting Komentar