Selasa, 09 Agustus 2022

Home » » Laku Prihatin, Praktik Tasawuf Akhlaqi di Jawa

Laku Prihatin, Praktik Tasawuf Akhlaqi di Jawa

 Pada gulangen ing kalbu, ing sasmitane amrih lantip, aja pijer mangan nendra, pesunen sariranira, sudanen dhahar lan guling.”

Oleh: Dr Susiyanto

Dosen Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA)-Semarang

Mafaza-Online | Laku Prihatin merupakan salah satu sikap hidup utama yang dipraktikkan oleh masyarakat Jawa. Praktik ini dijalankan dalam rangka pengendalikan nafsu dan pembenahan kualitas akhlaq. 


Sikap hidup ini sering disejajarkan dengan laku tirakat. Dengan demikian bisa dipahami bahwa prihatin a la Jawa ini merupakan praktik bertarekat.


Salah satu naskah Jawa yang berbicara tentang laku prihatin adalah Serat Wulangreh karya SISKS Pakubuwana IV, raja Kasunanan Surakarta. 


Laku prihatin ini difungsikan untuk peningkatan kualitas akhlaq. Hal itu dapat kita temukan pada Pupuh II bait 1 tembang Kinanthi sebagai berikut: 


Pada gulangen ing kalbu, ing sasmitane amrih lantip, aja pijer mangan nendra, pesunen sariranira, sudanen dhahar lan guling.”


[Usahakanlah untuk mengasah kalbu, agar memiliki kecerdasan dalam menangkap isyarat, jangan hanya makan dan tidur, disiplinkanlah dirimu, kurangi makan dan tidur].


Untuk memperoleh akhlaq mulia, Pakubuwana IV juga mengajari kita agar selalu tunduk pada syariat yang berasal dari Allah. 


Hal ini ditunjukkan pada bagian naskah pada Pupuh X Mijil  bait 26 yang bunyinya :


Ngelmu sarengat puniku dadi, wawadhah kang yektos, kawruh tetelu kawengku kabeh, pan sarengat kanggo lair batin, mulane den sami, brangtaa ing ngelmu.


[Ilmu syari’at itu yang menjadi // wadah yang benar // bagi ketiga jenis ilmu yang telah dikusai semuanya // oleh karena itu maka Syari’at itu untuk lahir dan batin // maka dari itu agar // semangat mencari ilmu.]


Raja Surakarta tersebut juga menganjurkan agar manusia menjaga lesannya. Lidah itu tidak bertulang. 


Ia mudah berbicara yang tidak bermanfaat, berdusta, atau mengumbar janji. 


Maka lidah ini harus dikendalikan dengan pendisiplinan ketat. Hal ini ditunjukkan dalam Pupuh VIII Wirangrong bait 1-2 sebagai berikut:


Densamya marsudeng budi, wiweka dipun waspaos, aja dumeh bisa muwus, yen tan pantes ugi, sanadyan mung sakecap, yen tan pantes prenahira.


[Berusahalah memperbaiki budi pekerti // tindakan yang penuh pertimbangan harus selalu diiringi dengan kewaspadaan // Jika berbicara maka jangan sembarangan sebab bisa saja ucapan itu tidak pantas meski hanya sepatah kata, jika tidak tepat penempatannya].


Pakubuwana IV juga mengingatkan agar masyarakat Jawa tidak terjebak dalam kenikmatan dunia sesaat. Dunia memang penuh pesona, namun manusia tidak boleh terlena oleh tipu dayanya. 


Perilaku zuhud inilah yang sebenarnya telah menjadi dasar pandangan Jawa tentang laku hidup prihatin.  Pupuh XI Asmarandana bait 6 menyampaikan sebagai berikut:


Poma-poma wekas mami, anak putu aja lena, aja katungkul uripe, lan aja duwe kareman, marang papaes donya, siyang dalu dipun emut, yen urip manggih antaka.


[Selalulah mengingat-Ingat pesanku ini, wahai anak cucuku, jangan engkau sampai terlena dalam kehidupanmu dan juga jangan memiliki kesenangan// atas keindahan / perhiasan dunia. Siang dan malam hendaklah kalian selalu selalu mengingat // jika hidup itu pasti akan menemui kematian]


Pembahasan Pakubuwana IV tentang laku prihatin untuk memperbaiki akhlaq di atas, sejatinya adalah riyadhah jasmani dan ruhani. 


Uraian Pakubuwana IV itu sama persis dengan konsepsi Imam Abu Hamid Al-Ghazali yang membagi riyadhah menjadi 4 (empat) yakni mengurangi makan (qillah al-tha’am), mengurangi tidur, mengurangi bicara yang tidak perlu, dan menahan rasa sakit ketika disakiti orang lain.


Riyadhah di atas juga mesti ditambah dengan memperbanyak shalat dan amaliyah lainnya. 


Dari kajian ini maka bisa dipahami bahwa laku prihatin yang ditujukan untuk perbaikan akhlaq yang ada dalam naskah Serat Wulangreh sejatinya adalah pegejawantahan dari konsep tasawuf akhlaqi. 


Tasawuf akhlaqi sendiri adalah tasawuf yang berkonsentrasi pada perbaikan akhlaq. 


Baca juga 👇

Hukum Berpindah-pindah Tarekat Shufiyah



Silakan klik:
Lengkapi Kebutuhan Anda


Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Mafaza Online: Laku Prihatin, Praktik Tasawuf Akhlaqi di Jawa . All Rights Reserved