Mafaza-Online | Sosok ayah kita, terkadang terlihat sebagai perwujudan manusia tegas, gagah, tapi juga membuat kita segan. Yang dengannya simpul kewibawaan itu diletakkan. Namun tubuh tegap dan suara tegasnya seringkali membuat kita, anak–anaknya, mengartikannya sebagai sosok yang menyebar rasa takut.
Padahal, tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga membuatnya berusaha melindungi kita, dan seluruh keluarga dengan caranya sendiri yang terkadang tidak dipahami oleh kita, anak–anaknya.
Sebenarnya ada banyak kesegaran–kesegaran yang ia tularkan kepada kita. Kesegaran yang membuat kita ingin kembali ke masa itu. Ingatkah kita dibalik ketegasannya ada banyak cerita heroik yang ia bagikan agar kita belajar.
Di balik keseriusannya, ada kisah lucu masa remajanya yang ia ceritakan hingga membuat seisi rumah tertawa. Di balik kesibukannya, ia sempatkan mengantarmu pergi sekolah. Di balik keakuannya sebagai ayah, ia sempatkan mencium keningmu di tengah malam, tanpa engkau pernah tahu dan sadar.
Ayah kita pasti selalu membiarkan kita, anak-anaknya, menang dalam setiap permainan di masa kecil. Apapun permainnya, kita selalu mengalahkan ayah. Ayah kita selalu menyediakan bahunya untuk diduduki saat pawai tujuh belasan melewati depan rumah.
Kerinduan ayah pada kita, anak–anaknya setelah melepas penat kerja ia ungkapkan dengan caranya sendiri. Kadang kesegaran itu yang kita rasakan. Mungkin tidak setiap hari, tapi terkadang saat–saat itulah yang membuat diri kita merasa nyaman bersamanya.
Kadang, sisi segar ayah kita adalah senyumnya, atau tatapan tulusnya, atau sepatah dua patah katanya, atau bahkan pura-puranya untuk tidak mendengar perkataan kita, lalu meminta kita mengulang-ulangnya.
Maka, meski kadang terlambat, pasti bisa kita temukan sisi segar dari ayah kita | TARBAWI
Lainnya:
LAWAN ISLAMOFOBIA Tokoh Umat Deklarasikan GNAI
Silakan Klik
Lengkapi Kebutuhan Anda
Posting Komentar