Selasa, 19 Juli 2022

Home » » FARIS KHOIRUL ANAM Raih Gelar Doktor dengan Disertasi Model Pembelajaran Aswaja

FARIS KHOIRUL ANAM Raih Gelar Doktor dengan Disertasi Model Pembelajaran Aswaja

 

Wakil Ketua Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur Faris Khoirul Anam meraih gelar doktor dalam bidang Pendidikan Agama Islam Berbasis Studi Interdisipliner. (Foto: Istimewa)
Faris berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Model Pembelajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) untuk Pembentukan Karakter di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember

Mafaza-Online | Wakil Ketua Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur Faris Khoirul Anam meraih gelar doktor dalam bidang Pendidikan Agama Islam Berbasis Studi Interdisipliner pada program Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Faris berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Model Pembelajaran Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) untuk Pembentukan Karakter di Pondok Pesantren Nurul Islam Jember.

 

Sidang disertasi tersebut digelar pada Selasa (28/6/2022) di hadapan tujuh penguji. Ketujuh penguji tersebut adalah Abdul Haris, Isroqunnajah, Luthfi Mustofa, Wahidmurdni, Ahmad Barizi, Moh. Padil, dan Mokhammad Yahya.


Menurut Faris, pembelajaran di pondok pesantren selama ini berorientasi fiqih atau fiqh oriented. Sedangkan pembelajaran Aswaja tak dilakukan secara berjenjang pada semua tingkatan kelas sebagaimana pembelajaran fikih. Metode pembelajarannya lebih didominasi ceramah, atau sorogan dan bandongan, belum mengembangkan metode pembelajaran lainnya seperti presentasi, diskusi, dril, debat, pembelajaran berbasis proyek atau project based learning. 


“Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa alumni pesantren belum ideal dalam berkarakter Aswaja yang meliputi pemahaman, sikap dan perilakunya. Padahal pondok pesantren adalah garda terdepan dalam memberikan pemahaman, pembiasaan, dan dakwah Aswaja an-Nahdliyah. Pesantren adalah NU kecil dan NU adalah pesantren besar,” jelas pengasuh rubrik Aswaja Majalah Aula NU ini.


Faris menjadikan Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris) Jember yang didirikan oleh KH Muhyidin Abdusshomad sebagai lokus penelitian. Menurutnya, pembelajaran Aswaja di pesantren ini telah dilakukan secara berjenjang dan terintegrasi antar lembaga formal MTs dan MA, lembaga non-formal Madrasah Diniyah, dan lembaga informal Nuris Aswaja Center (NAC).  


“Pembentukan karakter selalu membutuhkan standar materi dan pelaksanaan pembelajaran. Di Nuris, Kiai Muhyiddin telah menyusun buku ajar untuk semua jenjang kelas. Sementara untuk pelaksanaan pembelajaran, para guru Aswaja di Nuris telah mengembangkan model pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, teknik, dan prosedur pembelajaran Aswaja,” ujar dosen PAI Universitas Negeri Malang ini.  


Temuan menarik dalam penelitian berbasis pesantren, menurut pengasuh Pesantren Darul Faqih Malang ini adalah bahwa usaha pembentukan karakter Aswaja, baik karakter secara umum, yaitu tawasuth, tawazun, tasamuh, dan itidal, maupun karakter dalam arti khasaish Ahlussunnah wal Jamaah yang menjadi keputusan Muktamar NU di Jombang tahun 2015 yang pada intinya adalah moderasi, membutuhkan pengondisian atau conditioning model pembelajaran yang mencakup pendekatan, metode, teknik, dan prosedur yang harus memiliki role model atau human modelling (uswah), pembiasaan atau habituasi, spiritualisme berupa pembacaan awrad dan doa.


“Saya sebut teori ini dengan Conditioning Theory for Learning and Character Building. Teori ini melengkapi atau me-refaining teori pembentukan karakter Thomas Lickona tentang moral knowing, moral feeling, dan moral behavior,” jelas Faris tentang kebaruan atau novelty penelitian disertasinya.


Faris mengharap model pembelajaran Aswaja ini bisa diterapkan di pondok pesantren, paling tidak di Jawa Timur. “Istilahnya kita deminasi. Selama ini daurah atau pelatihan Aswaja melalui Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur di pondok-pondok pesantren hanya berlangsung dua sampai tiga hari. Setelah itu menguap. 


Maka dapat kita bayangkan bila pembelajaran Aswaja itu berlangsung selama enam tahun di seluruh tingkat kelas pondok pesantren dan terintegrasi antarlembaganya, maka insyaallah akan muncul pendekar-pendekar Aswaja dari pondok-pondok pesantren yang memiliki karakter baik dalam pengetahuan, sikap, dan prilaku beraswaja,” ujar Faris.


BACA:

Memahami Syariat Thariqat dan Hakikat Secara Praktis


Beberapa undangan tampak hadir dalam ujian terbuka promosi doktor Faris. Antara lain pendiri dan direktur pertama Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, KH Abdurrahman Navis, Sekretaris AZ Muhaimin, Koordinator Divisi Kiswah, Gus Syauqi, para dosen Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang, Kapolda Gorontalo 2016-2019 Irjen Pol H Rahmad Fudail.  Ketua Aswaja NU Center PWNU Jatim Kiai Maruf Khozin menyebut Faris sebagai doktor Aswaja. “Beliau termasuk aktivis pertama Aswaja NU Center bersama KH Abdurrahman Navis, KH Muhyidin Abdusshomad, dan lainnya. Turut senang, bangga dan bahagia atas ujian terbuka doktoral ustadzi wa shahibi,” ujar Kiai Maruf Khozin.


NU.or.id

Lainnya:

Azab Bagi yang Enggan Bersyukur


Silakan Klik 

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda

Share this article :

Posting Komentar