Minggu, 03 Juli 2022

Home » » EKONOMI IDRISIYYAH Semangat Mengembangkan Ekonomi Berlandaskan Tasawuf

EKONOMI IDRISIYYAH Semangat Mengembangkan Ekonomi Berlandaskan Tasawuf


 Hidup, hidupilah Tarekat! Jangan hidup dari Tarekat!

Mafaza-Online | Bagi sebagian orang judul di atas tentu membingungkan. Bingung karena sudah dicekoki anggapan; Tasawuf anti dunia, tarekat tidak berbisnis, makin miskin makin Soleh etc. 

Tapi, hal itu tidak berlaku di Tarekat Idrisiyyah. Berikut ini konsep Ekonomi Idrisiyyah yang kami rangkum dari arahan dan perbincangan dengan Syaikh Akbar Muhammad Fathurahman, Mursyid Tarekat Idrisiyyah.


Hal-hal penting yang membangkitkan semangat berekonomi berlandaskan tasawuf menurut Syaikh Akbar M. Fathurahman itu karena tidak ada pemisahan urusan dunia dan akhirat. Islam mengatur segala urusan. 


"Islam bukan mengatur urusan di dalam masjid saja, tapi di seluruh lini kehidupan termasuk berekonomi," terangnya.


Jadi, tambah Syaikh Fathurahman, lebih tegas lagi Ekonomi membutuhkan tasawuf. Itu karena tasawuf mengajarkan nilai-nilai moral seperti kejujuran, kesabaran, keuletan, tawakkal, syukur dan tidak lupa diri. 


"Tanpa tasawuf, ekonomi hanya meraih manfaat yang semu dan fana," ujarnya.


Syaikh Fathurahman dengan tegas menepis anggapan bahwa Tasawuf identik dengan kemiskinan. Orang yang bertasawuf bukan berarti memiskinkan diri dan tidak boleh kaya. "Bertasawuf harus lebih rajin berusaha, karena para Nabi dan Shalihin mencontohkannya," tegasnya.


Umat Islam Harus Menggenggam Dunia. 


Mursyid Tarekat Idrisiyyah ini menilai ada Kesalahan memahami konsep Zuhud. Kesalahan itu berakibat fatal, Zuhud dipahami menjauhi dunia atau mengasingkan diri. 


"Padahal Zuhud yang sesungguhnya adalah tidak terpengaruh dengan ekses dunia, bahkan menaklukkan dunia agar menjadi sarana ibadah kepada Allah," bebernya.


Selanjutnya dari semua itu, butuh sosok Pembimbing. 


Ekonomi membutuhkan manajemen atau kepemimpinan yang baik. Karenanya figur seorang Mursyid amat menentukan keberhasilan umat dalam menjalani roda ekonominya. Pada saat yang sama menggali potensi murid-muridnya. Mursyid bisa menjadi motivator, pembimbing, teladan, pengawas, pengarah di lapangan dan partner dalam berbisnis.


Kesimpulan


Jadi, Selain semangat berjamaah, berbisnis juga bagian dari ujian. Sejauh mana si Murid itu lulus dari ujian memegang amanah dan loyalitas. Ujilah pertemanan dan kesetiaan itu dengan uang dan utang, kata ahli hikmah. 


Bukankah ada joke, aktivis itu kalau hitung-hitungan: tambah-tambahan dan perkalian itu cepat, sebaliknya ketika pembagian atau pengurangan cenderung melambat. Namanya Joke, hanya sentilan iseng, tidak usah didebat. Tapi yuk kita buktikan saja.  (SAF)


@MK_IDRISIYYAH | Batu Tulis, 21 Juni 2022


RAKORNAS ZAWIYAH Pemanasan Event Qini Nasional 150


Silakan Klik 

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda



Share this article :

Posting Komentar