Selasa, 28 Juni 2022

Home » » GUNUNG LAWU Mengenang Musibah 35 Tahun yang lalu (5)

GUNUNG LAWU Mengenang Musibah 35 Tahun yang lalu (5)

Don Hamsan, wartawan yang terlibat di antara tim SAR dari Mapala UI dalam proses evakuasi Khumaidi dan Ustad Abdul Wahab.

Penyelamatan

Oleh: Galih Pranata | Nationalgeographic.co.id


Mafaza-Online | Setelahnya, Ustaz Jamaludin selaku pimpinan di perkemahan Mojosemi lekas-lekas membentuk tim penyelamat untuk naik ke atas dan menolong mereka. Maka, naiklah 15 santri pada pukul 13.00 WIB untuk menyusur dan menjemput Regu III yang kepayahan dan tersesat di atas.

Hingga pukul 16.00 WIB, regu penolong belum juga membuahkan hasil. Selain karena mereka juga kelelahan, medan yang ditempuh juga sulit, belum lagi Regu III yang berhasil melapor, lupa arah untuk kembali ke tempat Ustaz Abdul Wahab dan Regu III lain berada.


Barulah sekitar 17.30 WIB, para regu penolong dapat menemukan jejak Regu III yang masih tersesat. Terkejut mereka saat menemukan delapan anggotanya sudah mati kelaparan dan kedinginan, dan empat di dekatnya sedang tergeletak kepayahan.


Diantara korban mati yang ditemukan, ada yang mati dalam kondisi meringkuk, ada juga yang saling tindih, mungkin untuk mengtasi rasa dinginnya. 4 yang masih kritis akhirnya segera diberikan pertolongan berupa jaket, makanan, dan minuman seadanya. Yang mengejutkan, Khumaidi dan Ustaz Abdul Wahab tidak di tempat ditemukannya para jenazah itu!


Mereka belum disibukkan untuk mencari Khumaidi dan Ustaz Abdul Wahab. Yang mereka pikirkan adalah mencari bantuan untuk menyelamatkan 4 santri yang sedang kritis, sedangkan mereka tak membawa tandu dan punya tenaga yang cukup kuat untuk membawanya ke perkemahan karena sudah banyak yang pingsan dan tak mampu berjalan.


Mau tak mau, mereka menunggu sampai keesokan paginya sebelum meminta bantuan yang lebih besar lagi. Namun, ada satu kisah memilukan yang digambarkan dalam buku Musibah Gunung Lawu (1988). Saat Jafar dari regu penolong sedang memangku kepala korban yang kritis, Amin Jabir, sekata dua kata dia berwasiat seolah akan meninggalkan dunia selama-lamanya.


Dalam bukunya ditulis: "Agar kedua orang tuanya (Amin Jabir, yang tengah kritis) merelakan dan memberinya maaf." Ia juga berpesan kepada Jafar untuk, "melunasi hutangnya pada bagian Kesantrian sebanyak Rp5.000,- dengan uangnya yang masih disimpan di almari kamarnya di asrama Pondok Pesantren sejumlah Rp45.000,-."


Selepasnya, Amin Jabir mulai memejamkan matanya, dan meninggal di pangkuan Slamet Jafar. Korban kritis yang masih hidup bersisa 3 santri. Malam itu pun, para regu penolong menghabiskan malam bersama sembilan jenazah temannya di bawah rintik hujan.


Keesokan paginya, Kamis, 17 Desember 1987, dua temannya yang kritis semalaman ditemukan sudah terbujur kaku, sehingga korban meninggal menjadi 11 orang. Segera regu penolong mencari bantuan untuk membawa seluruh jenazah dan menemukan Ustaz Abdul Wahab dan Khumaidi yang menghilang dari lokasi.


Evakuasi Tim SAR


Setelah beberapa regu penolong telah sampai kembali ke perkemahan Mojosemi pada Kamis, 17 Desember 1987, terlihat para tim SAR telah menyiapkan armadanya untuk mengadakan penyisiran dan evakuasi. Tepat pada jam 13.45 WIB, Tim Perhutani Magetan telah menghubungi Kantor Yayasan Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki tentang musibah yang terjadi.


Setelah menurunkan jenazah, Tim SAR kembali beroperasi untuk menyisir dan menemukan para korban yang masih belum diketemukan. Proses evakuasi yang lebih besar lagi akhirnya direncanakan selepas subuh pada hari Jum'at, 18 Desember 1987. Slamet Jafar yang sudah berulang kali naik turun gunung, menjadi pemimpin dalam proses evakuasi.


Tim SAR dengan gabungan ABRI, gabungan organisasi Pecinta Alam, dan dibantu masyarakat sekitar, merangkak naik membelah dinginnya Gunung Lawu. Bahkan, di lokasi ditemukannya jenazah pada hari Kamis, dibangun tenda besar dengan persiapan logistik bak sedang ada hajatan megah di tengah gunung.

Slamet Jafar yang berlari di depan para tim penyelamat, dikejutkan dengan penemuan jenazah lainnya. Ia menemukan satu jenazah lagi tak jauh dari lokasi kemarin saat ia menemukan beberapa jenazah.


Dari sana, Jafar terus bergerak lagi sampai akhirnya menemukan dua jenazah lainnya yang saling tumpang tindih. Selain Jafar, Usman yang juga merupakan santri dari regu penolong, menemukan satu jenazah lainnya. Terhitung empat jenazah sekaligus dalam kondisi berdekatan, sehingga jumlahnya menjadi 15 santri yang tewas dalam musibah itu!


Pencarian selanjutnya adalah untuk menemukan Khumaidi dan Ustaz Abdul Wahab yang juga belum diketemukan hingga Jum'at, 18 Desember 1987. Namun, pencarian itu terhalang karena cuaca, sehingga dilanjutkan pada hari berikutnya.


Pada Sabtu, 19 Desember 1987, upacara serah terima jenazah dari Dandim Magetan kepada Dandim 0726/Sukoharjo dilakukan, hingga dilakukan iring-iringan jenazah menuju Pondok Pesantren Al Mukmin di Ngruki. Sesampainya di pondok, terlihat lautan manusia membanjiri Al Mukmin, tangis haru bersahutan mengiringi jenazah yang diarak menuju masjid untuk disalatkan.


Selanjutnya bagian 6 (Terakhir))


Lainnya: 

Kemah Wilayah SIT se-Jateng, Ajang Mempererat Ukhuwah


Silakan Klik 

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda


Share this article :

Posting Komentar