Selasa, 28 Juni 2022

Home » » GUNUNG LAWU Mengenang Musibah 35 Tahun yang lalu (1)

GUNUNG LAWU Mengenang Musibah 35 Tahun yang lalu (1)

Penemuan Khumaidi oleh Mbok Sardi, pencari jamur di Gunung Lawu yang terabadikan oleh lensa kamera Don Hamsan dan pernah terbit dalam koran Mutiara pada tahun 1987 | Don Hasman/Facebook


Tragedi Lawu 1987, Merenggut Nyawa 15 Santri dan 1 Ustaz Al Mukmin


Mafaza-Online | Tak banyak yang kenal dengan tradisi para santri Al Mukmin di Ngruki, Surakarta, secara turun temurun. Mereka terbiasa menikmati liburan akhir tahun sebelum kepulangan ke rumah dengan jelajah dan tadabur alam.


Ini juga yang terjadi kepada mereka, para santri dan ustadz yang hendak melakukan berkemah ke Gunung Lawu. Sebagai program pondok, jelajah alam adalah bagian dari cara pembelajaran di Al Mukmin untuk mengenalkan alam semesta sebagai bukti keagungan Allah SWT.


Kisah perjalanan ini, penulis dapatkan dari sebuah buku yang fenomenal berjudul Kisah Nyata: Musibah Gunung Lawu yang ditulis tim redaksi Pondok Pesantren Islam Ngruki Surakarta sekitar tahun 1988.

Keberangkatan


Pihak Pondok Pesantren Al Mukmin telah menyediakan perbekalan untuk membekali para ustaz dan santrinya berkemah di Lawu. Dana sebesar Rp148.800,- dan beras seberat 200 kg diangkut bersama dengan 119 orang (termasuk 3 ustaz, 5 pembimbing senior, 1 karyawan, dan 110 santri) ke dalam dua truk.


Mereka mulai berangkat pada hari Senin, 14 Desember 1987 pukul 06.00 WIB, dan akan kembali 4 hari kemudian pada Kamis, 17 Desember 1987.


Persiapan matang diusung dengan membagi sejumlah santri ke dalam 5 regu atau kelompok di mana di masing-masing kelompoknya terdapat 3 ustaz sebagai pengawas dan pembimbing. Di sampingnya juga ada 5 santri senior yang bertindak sebagai koordinator masing-masing kelompok.


Dengan suka cita, mereka sampai di Tawangmangu (Karanganyar) pada pukul 10.00 WIB. Dari sana, perjalanan dilanjutkan sampai ke bumi perkemahan Mojosemi dengan satu colt Isuzu dan empat colt diesel. Sampailah di bumi perkemahan pada pukul 11.00 WIB.


Sesampainya di sana, mereka berkemah dengan membangun enam buah tenda—tiga tenda untuk para santri, satu tenda untuk para ustaz, dan satu tenda untuk keperluan dapur. Di sana, mereka memutuskan bermalam dulu sebelum akhirnya melanjutkan ekspedisi pada keesokan harinya, Selasa, 15 Desember 1987.  


Selanjutnya bag 2: Kronologi


Lainnya: 

Memetik Hikmah dari Pendakian


Silakan Klik 

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda



Share this article :

Posting Komentar