Minggu, 15 April 2018

Home » » QINI NASIONAL 137 Tausiyyah Syekh Akbar Muhammad Fathurahman M.Ag: Pentingnya Sanad dalam Zikir

QINI NASIONAL 137 Tausiyyah Syekh Akbar Muhammad Fathurahman M.Ag: Pentingnya Sanad dalam Zikir

Dalam Al Quranul Karim, tanda bahwa bumi ini masih berputar karena masih ada wali-wali Allah



   
QINI NASIONAL 137  Tausiyyah Syekh Akbar Muhammad Fathurahman M.Ag: Pentingnya Sanad dalam Zikir

Mafaza-Online | SYARIAH - Alhamdulillah untuk Qini Nasional 137 ini Allah mengirim Qori Internasioanl, Ustad Arwani Marhum, Beliau pernah menjadi Juara 1 MTQ internasional di Saudi Arabia. Acara ini pun dibuka dengan pembacaan Kalam Illahi. Dengan Kalamullah kita bisa bercakap-cakap dengan Allah SWT. Lewat shalawat hati pun tersambung dengan Rasulullah saw.


Gerak gerik hati Waliyullah selaras dengan keinginan Allah SWT. Demikian pula murid yang mengikuti bimbingan wali mursyid, hati dan panca inderanya digerakan oleh Allah SWT. Sebaliknya, mereka yang terputus dari rahmat Allah SWT, mata, telinga, mulut kaki dan tangannya digerakan oleh setan plus hawa nafsunya. Aktivitasnya jauh dari kasih sayang Allah SWT. Lihatlah mereka yang jauh dari Allah kerjanya cuma membuat isu, meneror, dan perpecahan. 

Di panggung dunia ini sepanjang bumi masih berputar, antara kebenaran dan kebatilan tidak akan berhenti berperang. Dulu para waliyullah termasuk guru kita Syekh Akbar Abdul Fattah berjuang melawan penjajah. Para wali memimpin langsung, karena mengusir penjajah hanya dengan lahirnya saja tidak akan bisa. Sebab ada penjajah besar dibalik bangsa eropa yang menjajah yang. Itulah setan khusus, setan penjajah.

Syekh Akbar Abdul Fattah ra pada 1932 membawa Tarekat ini ke Indonesia. Beliau membangun majelis ilmu dan zikir. Beliau memberi semangat jihad para murid ketika itu. Atas izin Allah dengan Ya Hayyu Yaa Qoyum, senjata musuh tidak ada apa-apanya, yang robek hanya gamisnya saja.

... tanpa sanad seperti anak kecil yang membawa pedang

Penjajah besar hanya bisa dilumpuhkan dengan zikir kepada Allah SWT. Bukan sembarang zikir, tapi yang memiliki sanad sampai pada Rasulullah saw. Sebab kalau kalimat zikir tidak mendapatkan talqin dzikir dari ulama yang sampai sanadnya kepada nabi –dalam Kitab Rotib Al Hadad karangan Syekh Abdullah Al Hadad–seperti anak kecil yang membawa pedang. Jadinya tidak ada rasa takut di hati musuh, yang ada malah jadi bahan tertawaan. Dengan kekuatan mursyid yang bersanad, datanglah pertolongan dari Allah SWT, senjata itu bisa berfungsi.

Dalam Al Quranul Karim, tanda bahwa bumi ini masih berputar karena masih ada wali-wali Allah. Akan selalu ada Thaifah sekelompok orang yang menegakkan amar makruf nahy munkar. Nabi menyebutkan ciri wali adalah orang yang hatinya senantiasa berzikir kepada Allah. Zikir adalah ciri kewalian yang ditampakkan kepada manusia.

Dalam Kitab Sirul Asror wa Mazharul Anwar karangan Syekh Abdul Qodir Zaelani RA menyebutkan, agar zikir memiliki dampak positif, penuhi dulu syarat zikirnya. Zikir itu harus kuat, keras dan semangat agar Allah tahu bahwa kita butuh dengannya. Barulah cahaya zikir itu menyala, sehingga hati menjadi hidup. Metode zikir seperti ini yang dikembangkan oleh Syekh Abdul Qodir Zaelani.

Dalam Kitab Majmuatu Kutubin Mufidatin disebutkan bahwa tarekat kita diabad ke 19 dan abad ke 20, tarekat kita disebut Sanusiyyah, Idrisiyyah, Qodiriyyah, Muhammadiyyah. 
Tarekat ini telah membuktikan di abad ke 19 masuk ke abad 20 menjadi pergerakan terbesar dalam dunia islam. Dikutip dalam Kitab Hadir Alam Islami yang artinya Peradaban Dunia Islam, salah satu Tarekat Idrisiyyah diakui pergerakannya. Semboyan dari perinsip tarekat ini adalah kembali pada ajaran islam, seperti yang diajarkan oleh nabi saw dan khalifah-khalifahnya. Umat Islam kalau ingin menjadi pemain, harus bangkit dengan cara nabi, para sahabat dan khalifah-khalifahnya.

Inilah pola yang dibawa lewat manhaj Tarekat Idrisiyyah sampai hari ini, maka para wali Allah terus munajat kepada Allah supaya agama ini terus dilindungi dan ditegakan oleh Allah dimuka bumi ini. malam para wali Allah berkumpul, Syekh Abdul Aziz Addabag dalam Kitab Ibriznya menyebutkan kumpulnya orang-orang shaleh, wali Allah, kalau kita di momen itu bangkit munajat kepada Allah, maka kita ada dalam Diwanussolihin. Agar agama ini terus terjaga, maka setiap sepertiga malam bangunlah munajat kepada Allah SWT.

Zikir Umum dan Khusus

Dzikir Umum, bacaannya sama, sebab kitab wirid banyak di toko buku, dibaca oleh siapa saja, gurunya siapa saja, syah, tapi sifatnya hasanat.

Dzikir Tarekat, inilah dzikir polanya Rasulullah Saw, dzikir dengan berjamaah, dengan mursyid yang membimbing. Mursyidnya tersambung dari mursyid ke mursyid sampai pada Rasulullah saw. Kalimah yang dibaca oleh murid ditalqinkan terlebih dahulu, baru akan memiliki efek yang sangat dahsyat bagi orang yang dzikir pada Allah SWT.

Inilah yang harus dipahami: syarat dzikir harus istimdad pada mursyidnya. Ketika memulai zikir, maka gambarkan wajah mursyid di dalam hati, ini yang disebut rabithah. Guru dengan murid harus berjamaah, bukan hanya fisiknya berhalaqoh, tapi hatinya juga harus berjamaah. Jadilah kalian beserta orang yang sidiq (benar). Murid meyakini yang sidiq adalah Mursyidnya. Bersama Mursyid bukan hanya dzohirnya saja, tapi batinnya juga.

Kemudian minta bimbingan dalam hati kepada mursyidnya, dalam hati itu istimdad, meminta bimbingan, dijelaskan dalam kitab ini, kenapa hati murid harus dekat dengan hati mursyidnya, sebab hati seorang mursyid dekat dengan hati mursyid sebelumnya yang sampai pada Rasulullah Saw, maka silsilah sanad dalam mursyid itu menjadi perjumpaan, menjadi hubungan secara ruhaniyyah dengan nabi Saw, sementara hati nabi selalu menghadap kepada Allah Swt.

Bagi seorang yang berzikir, gambarkan sosok mursyid didalam hati kemudian meminta bimbingannya dari situ akan mengalir pertolongan Allah SWT.


Silakan klik:
Lengkapi Kebutuhan Anda
Share this article :

Posting Komentar