Minggu, 15 April 2018

Home » » Thariqah Sufiyyah Kunci Futuh Umat Islam Akhir Zaman

Thariqah Sufiyyah Kunci Futuh Umat Islam Akhir Zaman

Manfaatkan Momentum Qini 137 untuk Membangun Persaudaraan


 
Syekh Fathurahman mengajak kepada seluruh santri Qini untuk untuk memanfaatkan momentum Qini Nasional | FOTO: Abdillah Muhammad 
Mafaza
-Online |
Mursyid Tarekat Idrisiyyah Syekh Muhammad Fathurrahman, M.Ag mengisi Kajian Subuh di hari pertama Qini Nasional ke-137, dengan tema, Urgensi Tarekat, Jumat (13/04/2018) di Masjid Al Fattah Tasikmalaya.

Syekh Fathurahman mengajak kepada seluruh santri Qini untuk untuk memanfaatkan momentum Qini Nasional. Tentunya dengan meniatkan untuk membangun persaudaraan karena Allah SWT. Maka pada event Qini ini kita akan menemukan saudara seiman kita dari seluruh daerah di Indonesia. Karena semuanya disatukan oleh Allah yaitu persaudarraan seiman, walaupun berbeda suku dan bahasa.

Di era digital, mudah untuk mendapatkan yang kita inginkan. Cukup browsing di internet, pesan dan sebentar saja sudah kita miliki. Anak-anak ramaja menyebutnya sebagai zaman now.

Syekh Fathurahman mengutarakan pendapatnya, sekarang bukan hanya terpukau dengan era digital, tapi inilah saat Futuhnya Islam. Dunia sudah muak dengan ketidak adilan, kamuflase maupun topeng. Inilah zaman dimana Allah mengangkat dan menampilkan kebaikan.

Seperti kamar yang gelap, ketika cahaya datang maka kegelapan pun sirna. 

Apabila Allah SWT berkehendak, tidak akan ada yang mampu menghalanginya. Sebagaimana Rasulullah saw 13 tahun dihalang-halangi di Makkah oleh tetangga, sukunya, bahkan oleh saudaranya sendiri Abu Jahal dan Abu Lahab. Hingga keputusan membunuh dan mengusirnya.

Pada hakikatnya, ujian pahit bagi pembawa kebenaran merupakan sebuah peluang. Begitu Muhammad mendeklarasikan dirinya menjadi utusan Allah, serentak saudara-saudaranya banyak yang memusuhi beliau saw. Hijrah ke Madinah dijadikan peluang oleh Rasulullah saw, apalagi ada masyarakat yang menyambut kedatangannya (kaum Anshar).

Menyikapi musibah, ujian pahit dan kegalauan bagi orang yang beriman, itu semua akan menjadi peluang untuk meningkatkan kualitas diri. Akan tetapi sebaliknya bagi orang yang tidak terbimbing hatinya, jangankan ujian pahit,  ujian yang manispun justru akan menambah keburukan baginya. Ketika diberikan ilmu oleh Allah tambah jahat dan serakah, sebab hatinya tidak terbimbing.

Sementara itu yang membawa kebenaran adalah kelompok yang dibimbing oleh Allah, maka manhaj Thoriqoh Sufiyyah akan menjadi kunci terbukanya umat Islam di akhir zaman. Sebab manhaj inilah yang memadukan antara ilmu lahir dengan ilmu batin. Bukan hanya mengandalkan usahanya saja. Akan tetapi Allah membantu langkah demi langkahnya seperti para Nabi di zaman terdahulu.

Begitupun yang melanjutkan para nabi yang masih ada walaupun bukan lagi para nabi akan tetapi para ulama atau mursyid yang akan tetap ada pada setiap zamannya sampai hari kiamat nanti. Dimana langkahnya ada dalam bimbingan Allah melalui ilham, bebagaimana para nabi dibimbing melalui wahyu.

Tarekat oleh para ulama dalam kita-kitab yang dikarang oleh mereka menegaskan bahwa Tarekat adalah kelompok kepemimpinan dan bimbingan dalam Islam, Al Quran dan Sunnah nabi yang menjadi panduannya. 

Amanah terbesar bagi manusia adalah agama yang dipikul oleh manusia. Maka jadilah orang yang terpercaya sebab Allah telah memberikan kepercayaan kepada manusia. Kepercayaan itu jangan disia-siakan, dan amanah itu jangan di khianati. Firman Allah,

إِنَّا عَرَضۡنَا ٱلۡأَمَانَةَ عَلَى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱلۡجِبَالِ فَأَبَيۡنَ أَن يَحۡمِلۡنَهَا وَأَشۡفَقۡنَ مِنۡهَا وَحَمَلَهَا ٱلۡإِنسَٰنُۖ إِنَّهُۥ كَانَ ظَلُومٗا جَهُولٗا ٧٢ 

"Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh." (QS Al Ahzab [33] : 72)

Banyak paham yang ditawarkan dimedia sosial, dulu kita hanya mendapatkannya melalui buku saja. Ini semua tergantung kepada kita bisa mendatangkan kemanfaatan atau mendatangkan keburukan.

Beragama perlu metode yang tepat. Dalam Tarekat yang pertama dibina terlebih dulu adalah hatinya yang harus terbebas dari hijab duniawi, dan cita-cita nya hanya tertuju kepada akhirat semata.

Adapun langkah yang harus dilalui dalam Tarekat adalah Talqin  zikir, harus ada yang mengajarkan dan silsilahnya tersambung sampai kepada Rasulullah saw. Sebab kalimat itu pertama diajarkan oleh Jibril as kepada Rasulullah saw. Hati memiliki tutup yang harus dibuka. Kalimat lailahaillallah yang ditalqinkan oleh mursyid yang sampai mata rantainya kepada Rasulullah saw. Agar zikir menghasilkan efek besar, maka hati murid harus tersambung kepada Allah SWT.

Dalam kitab Rawatib Al-Haddad, “Hati seorang mursyid berhadapan dengan hati mursyid sebelumnya, terus sampai kepada Rasulullah saw, dan hati nabi senantiasa menghadap kepada Allah SWT. Posisi seorang guru (Mursyid) dijadikan sebagai langkah awal untuk tersambung kepada Allah, sebagaimana nabi yang diberikan tugas untuk menyampaiakn ayat Allah. 

Para sahabat ketika terbayang wajah nabi maka akan teringat bimbingannya, inilah yang disebut dengan pola jamaah yang sebenarnya. Lahir dan batin bersama-sama dengan Rasulullah saw. Begitupun untuk generasi berikutnya, mereka menyambungkan hati kepada para ulama pewaris Rasulullah saw.

Maka tugas kita haruslah memperbanyak sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Salah satunya mencari Guru Mursyid, sebab keyakinan harus dipelajari. Keyakinan bukanlah seperti turunnya hujan artinya kita harus mencarinya sampai menemukannya. Para ulama bagaikan Nabi dimasanya, karena mereka mempunyai tugas menyampaikan agama, membersihkan umat, dan mengajarkan Al-Quran dan hikmah. Begitupun sebaliknya apabila kita jauh dari ulama maka hatinya akan mati.

Selanjutkanya kita harus mempunyai saudara yang mengingatkan kepada Allah SWT. Sebab banyak orang yang berkumpul bukan tujuan karena Allah SWT. Mereka di akhirat akan berpisah dan saling bermusuhan dan saling menyalahkan.

“Mencari seorang mursyid dalam Tarekat hukumnya wajib walaupun sudah  menjadi pembesar ulama”

Ada satu kisah dari Imam Hasan Al-Basri ra beliau menceritakan bahwa nanti di surga, ada seseorang yang mencari temannya  ketika di dunia mereka berteman karena Allah, namun dicarinya disurga tidak menemukannya. Kemudian ia bermunajat kepada Allah karena dirasa ada yang ganjil pada kenikmatannya di surga.

Maka Allah merespon permintaan ahli surga itu. Allah printahkan malaikat untuk mencarinya ke neraka. Akhirnya si fulan dibawa keluar dari neraka. Disisi lain para ahli neraka saling menjerit, dan bertanya kepada malaikat yang membawa si fulan dari neraka “siapa yang mensyafaatinya apakah para nabi”. Maka para malaikat menjawab “yang mensyafaatinya adalah sahabatnya yang  ketika didunia mereka beribadah bersama kepada Allah SWT dan saling mengingatkan ketika lemah dan ketika akan terjerumus kepada dosa.” Jeritan para ahli neraka digambarkan dalam Al-Quran:

 فَمَا لَنَا مِن شَٰفِعِينَ ١٠٠  وَلَا صَدِيقٍ حَمِيمٖ ١٠١ 
"Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa´at seorangpun (101). dan tidak pula mempunyai teman yang akrab". (As-Su’ara [26] : 100-101)

Maka sibukanlah diri untuk beribadah dan mencari sarana untuk menundukan hawa nafsu. Ketika itu kita laksanakan tidak akan ada kemaksiatan kepada Allah SWT. Karena datangnya maksiat disebabkan dari lalai kepada Allah. Semua bentuk ibadah untuk membangun kualitas diri seorang muslim. Karena kehidupan dunia hanya sekejap saja. Kalau tidak memanfaatkannya maka penyesalan tidak akan ada ujungnya diakhirat nanti.

Ada pemahman yang berdalih bahwa bertarekat itu harus berusia 60 hahun. Padahal Syekh Muhammad Al-Mahdi diangkat menjadi mursyid ketika berusia 16 tahun, sebagaimana disebut dalam kitab Al-Harokah Sanusiyyah fi Libya. Sampai ketika itu para ulama yang sudah lanjut usia ada keraguan menjadi muridnya. Akan tetapi mereka melihat kepada yang menunjuknya dan yang ditugaskan oleh Allah.

Dalam kita Sairu As-salikin karangan Syekh Abdus Somad  Al Palimbangi mengutip dari Syekh Ibrahim Addasuki “Mencari seorang mursyid dalam Tarekat hukumnya wajib walaupun sudah  menjadi pembesar ulama” yang dimaksud ulama disini adalah ulama yang hanya menguasai ilmu lahir saja, maka yang demikian haruslah digenapkan dengan ilmu batinnya lewat Tarekat.

Sebab ilmu Tasawuf dengan Tarekatnya adalah membersihkan diri dari sifat yang buruk yaitu sifat Bahimiyyah (binatang ternak) dengan sifatnya yang hanya memperturutkan hawa nafsu, Sabuiyyah (hewan buas) yang memiliki sifat memangsa dan buas, Syaithoniyyah (Sifat Setan) sebagaimana sifat dari iblis yaitu ujub, takabur, dengki dan semua sifat itu diwariska kepada manusia.

MUHAMMAD SYARIF 

Silakan klik:
Lengkapi Kebutuhan Anda





Share this article :

Posting Komentar