Mafaza-Online | Mursyid Tarekat Idrisiyyah Syekh Muhammad Fathurahman M.Ag kembali mengisi tausiyah dalam program Islami unggulan TVRI Nasional Serambi Islami, ditayangkan secara langsung, Jumat (11/08/2017) pukul 05.00 WIB.
Kali ini Syekh Fathurahman menyampaikan kajian tasawuf bertema Dzikrul Maut (mengingat kematian).
“Mengapa harus mengingat kematian?” kata Syekh Fathurahman dalam nada tanya.
Terlebih, masih kata Syekh Fathurahman, dzikrul maut dikaji khusus dalam Ilmu Tasawuf.
Menurut Syekh Fathurahman dengan dzikrul maut akan membangun kesadaran, manusia punya batas akhir dari panggung dunia ini. Kematian akan menghantarkan kita kepada kehidupan berikutnya. Manusia akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang dilakukan di dunia.
“Ketika melihat orang meninggal, ingatlah kita akan menyusul mereka,” ujar Syekh Fathurahman.
Namun, masih kata Syekh Fathurahman, jangan takut pada kematian. Karena itu bekali diri untuk menghadapi kematian. Setelah alam dunia ini, ada perjalanan berikutnya sampai kita berhadapan dengan Allah, “Ini poin penting dzikrul maut,” jelasnya.
Lalu apa yang menyebabkan manusia lupa akan kematian? Panjang angan-angan membuat orang tidak malu berbuat dosa. Hiasan dalam hayalan membuat orang tidak mengambil pelajaran dari orang yang sudah mendahului kita.
“Penyebab utama manusia melupakan kematian karena terlalu cinta kepada dunia,” tegas Syekh Fathurahman.
Dalam tausyiahnya Syekh Fathurahman mengingatkan, Dzikrul maut bukan amalan hablum minallah (Hubungan dengan Allah SWT) saja, tapi juga kepada sesama manusia. Kesadaran ini harus diterapkan dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk sosial, mencari nafkah dan aspek kehidupan lainnya.
Rasulullah saw bersabda,
مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Apa peduliku dengan dunia?!
Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.”
(HR. Tirmidzi di shohih oleh Syaikh Al Albani)
“Dzikrul Maut mengingatkan kita, kehidupan dunia hanya sepenggal perjalanan tapi sangat menentukan,” demikian kesimpulan ceramah Syekh Fathurahman.
Kali ini Syekh Fathurahman menyampaikan kajian tasawuf bertema Dzikrul Maut (mengingat kematian).
“Mengapa harus mengingat kematian?” kata Syekh Fathurahman dalam nada tanya.
Terlebih, masih kata Syekh Fathurahman, dzikrul maut dikaji khusus dalam Ilmu Tasawuf.
Menurut Syekh Fathurahman dengan dzikrul maut akan membangun kesadaran, manusia punya batas akhir dari panggung dunia ini. Kematian akan menghantarkan kita kepada kehidupan berikutnya. Manusia akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang dilakukan di dunia.
“Ketika melihat orang meninggal, ingatlah kita akan menyusul mereka,” ujar Syekh Fathurahman.
Namun, masih kata Syekh Fathurahman, jangan takut pada kematian. Karena itu bekali diri untuk menghadapi kematian. Setelah alam dunia ini, ada perjalanan berikutnya sampai kita berhadapan dengan Allah, “Ini poin penting dzikrul maut,” jelasnya.
Lalu apa yang menyebabkan manusia lupa akan kematian? Panjang angan-angan membuat orang tidak malu berbuat dosa. Hiasan dalam hayalan membuat orang tidak mengambil pelajaran dari orang yang sudah mendahului kita.
“Penyebab utama manusia melupakan kematian karena terlalu cinta kepada dunia,” tegas Syekh Fathurahman.
Dalam tausyiahnya Syekh Fathurahman mengingatkan, Dzikrul maut bukan amalan hablum minallah (Hubungan dengan Allah SWT) saja, tapi juga kepada sesama manusia. Kesadaran ini harus diterapkan dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk sosial, mencari nafkah dan aspek kehidupan lainnya.
Rasulullah saw bersabda,
مَا لِى وَمَا لِلدُّنْيَا مَا أَنَا فِى الدُّنْيَا إِلاَّ كَرَاكِبٍ اسْتَظَلَّ تَحْتَ شَجَرَةٍ ثُمَّ رَاحَ وَتَرَكَهَا
“Apa peduliku dengan dunia?!
Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.”
(HR. Tirmidzi di shohih oleh Syaikh Al Albani)
“Dzikrul Maut mengingatkan kita, kehidupan dunia hanya sepenggal perjalanan tapi sangat menentukan,” demikian kesimpulan ceramah Syekh Fathurahman.
Mari
kita dukung Program ini dengan memberi komentar di twitter: Serambi Islami TVRI
@serambi_islami
IDRISIYYAH
Silakan klik:
Lengkapi Kebutuhan Anda
Posting Komentar