Minggu, 11 Oktober 2015

Home » » SILATURRAHIM TOKOH DAN AKTIVIS SOLO: Ukhuwah Jangan Sebatas Dalil

SILATURRAHIM TOKOH DAN AKTIVIS SOLO: Ukhuwah Jangan Sebatas Dalil

Umat Islam diminta waspada adanya penyusupan 





Silakan klik:
Lengkapi Kebutuhan Anda
Mafaza-Online.Com | SOLO - Merasa prihatin dengan isu kondisi umat Islam yang ada di Solo khususnya, maka diadakanlah acara, Silaturrahim Tokoh dan Aktivis Islam dalam Rangka Memperkuat Ukhuwah Islamiyah dan Menghindari Ghibah, demikian penuturan Sofwan F Sifyan Ketua Panitia. Tampak jamaah memenuhi masjid Ainul Yaqin Solobaru,yang berkapasitas 800 orang di acara yang berlangsung Rabu 30 September 2015, bada shalat Isa ini.

Prihatin karena belum bisa berlapang dada terhadap adanya perbedaan yang ada diantara ormas-ormas, aliran dan metode dakwahnya. “Akhirnya, keluarlah statemen yang selayaknya tidak keluar dari mulut seorang muslim,” kata Sofwan dalam kata sambutannya.

Ini terjadi, masih menurut Sofwan, karena egosime dan kefanatikan kelompok sehingga membatasi rahmat Allah SWT. Merasa hanya kelompoknya yang benar. “Ini sangat berbahaya,” tegasnya

Berbahaya, karena jika aktivis Islam sendiri memecah belah, menyerang sana sini dan menulis di media sosial tanpa peduli dengan perasaan orang yang dituduh, ini sungguh memprihatinkan. Makanya harus duduk bersama menjalin silaturrahim agar ada kesepahaman diantara tokoh umat Islam. “Saya yakin tujuan sebenarnya liilaikalimatillah,” jelasnya.

Sebelum acara berlangsung Sofwan mengakui, memang sempat dikecam. “Saya tidak masalah dibodoh-bodohin, tapi tolong jangan membodoh-bodohi para ulama yang hadir ini, karena beliau semuanya alim,” tuturnya.

Dia menghimbau semua pihak menyejukkan umat ini, agar bisa tenteram untuk ibadah. Mengapa mengolok-olok sesama kita. “Kita tidak ingin ukhuwah Islamiyah hanya sebatas dalil tapi aplikasinya di lapangan masih banyak yang belum menerapkan sepenuh hati,” katanya.

Ketua MUI Kabupaten Sukoharjo KH Yazid Anwari menyambut acara ini dengan senang hati, menurutnya acara seperti ini tidak boleh berhenti hanya disini, tapi bisa terus berlangsung. Menurutnya anggota MUI itu dari pusat sampai ke daerah-daerah terdiri dari pimpinan Ormas-ormas Islam. “MUI memiliki pemahaman umat Islam itu satu kesatuan,” terangnya.

Diakui, masih kata KH Yazid Anwari, perbedaan dalam gerak memang ada, namun visi misi Ormas Islam itu sama. MUI memiliki sikap menghadapi perbedaan itu memang sah saja, tapi sudah barang tentu ada batas-batasnya. 

“(Batas-batas) Inilah yang harus kita jaga,” himbaunya.
Kalau ada perbedaan bersifat furuiyah diantara umat Islam harus memiliki kesepahaman, kalau masalah perbedaan itu di ranah ijtihad, harus dihormati jangan diperuncing. Kalau perbedaan ushuliyah (pokok), misalnya menyakini ada nabi setelah Muhammad saw. “Itu harus diluruskan, karena keluar dari pemahaman Islam,” tegasnya.    

Selanjutnya KH Ahmad Baidlowi dari Syuriah PCNU Sukoharjo yang menyampaikan mauidzah hasanah mengawali dengan membaca petikan al Quran surat Al Hujurat yang artinya kamar-kamar, menurutnya agar hadirin tidak salah masuk kamar. Lalu membaca surat Fathir, Allah Maha Pencipta agar ketika ada masalah mari kita kembalikan kepada nash dari Allah SWT, Al Quran dan As sunah. “Duduknya para ulama disini, membuktikan bahwa kita umat Islam masih bersatu,” tuturnya.

Diakhiri dengan surat as Shaff yang artinya merapatkan barisan. Dia yakin, kalau di Indonesia, Jawa Tengah dan Sukoharjo ini terbangun suasana merapatkan barisan maka gangguan dari orang-orang kafir tidak akan masuk, “Kita bukan kelompok yang mudah dikompori, tidak mudah diadu domba,” tegasnya.

Sedangkan KH Mudzakir Pengasuh Pondok pesantren  Al Islam Gumuk Solo dalam kesempatan yang sama, mengajak hadirin agar senantiasa memperbaharui niat ikhlas berbuat semata karena Allah SWT. Dengan Tawadhu dan Tadharu, tidak menganggap diri paling baik, paling bersih. Karena sebaik apapun amalan seseorang itu tidak cukup untuk menebus jannah Allah SWT. Masuk surga semata-mata karena ridha Allah SWT. Seorang hamba bisa masuk ke surga karena amalan yang pahalanya dikembangkan berlipat-lipat oleh Allah SWT. Selanjutnya dia mengingatkan, “Islam-lah yang menyatukan kita semua.”    

Ustadz Ahmad Sukino Pimpinan Majelis Tafsir Al Quran (MTA), menyambut gembira dan sangat baik diadakan apalagi bila melihat tujuan diadakannya pertemuan ini terbangunnya kesepahaman atas tujuan besar Islam melalui saling menghargai terhadap perbedaan furuiyyah, khilafiyyah dan metode dakwah didalam fiqih sosial. Terhindarinya sifat taashub (egoism kelompok) yang menyebabkan perselisihan ditubuh umat Islam sendiri. “Tujuannya sangat mulia,” tegasnya.

Memang sekarang ini kita rasakan, masih kata Sukino, Ukhuwah Islamiyah saat ini sudah tercabik-cabik hanya karena beda paham dianggap lawan. Beda metode dianggap musuh. Padahal haditsnya sangat jelas, “Sesama muslim itu haram darahnya, haram kehormatannya dan haram hartanya.”

Padahal perbedaan sudah ada di zaman sahabat, sejak Nabi Muhammad saat masih hidup. Jangan sampai kita umat Islam jatuh kepada ashabiyah, karena itu bisa menjadi syirik. Maksud syirik disini bukan menyembah patung, tapi agama Islam yang satu dipecah belah. Lalu tiap golongan merasa bangga dan menganggap golongannya yang paling benar. “Mari kita saling menghormati, fastabiqul khairat!” serunya.

Bagi H Mudrick Malkan Sangidoe, datang dan bisa memberikan sambutan di acara seperti ini merupakan suatu kehormatan. Dia berharap acara seperti ini tidak hanya diadakan di Sukoharjo tapi kalau bisa terus bergulir se-Indonesia. Dia mengingatkan umat Islam untuk senantiasa waspada terhadap penyusupan agen komunis. Gonjang ganjingnya negara dan ancaman kerusuhan yang dimulai dari krisis ekonomi, politik dan sosial maka yang rugi adalah umat Islam. “Kalau hatinya tidak terbuka, maka tidak akan ada persaudaraan,” himbau Mudrick.

Masjid Ainul Yaqin memang berkapasitas 800 orang, tapi kali ini dipadati pengunjung hingga tumpah ruah memenuhi setiap sudutnya baik tangga maupun pelatarannya. Dari seribuan peserta yang hadir salah seorang jamaah yang diberi kesempatan berbicara menghimbau agar acara seperti ini jangan menjadi kamuflase. Acara yang baik ini harus diteruskan. “Jangan lagi setelah keluar dari acara ini kita terus mengolok-olok dan menghujat sesama muslim,” katanya yang disambut aplaus jamaah.         
   



Silakan Klik:




Share this article :

Posting Komentar