Rabu, 06 November 2024

Home » » Deep Learning, Mendikdasmen Abdul Mu'ti Beri Bocoran Kurikulum Baru

Deep Learning, Mendikdasmen Abdul Mu'ti Beri Bocoran Kurikulum Baru

Mendikdasmen Abdul Mu'ti bocorkan konsep kurikulum baru calon pengganti merdeka belajar yang disebut dengan Deep Learning, digadang membuat kecerdasan otak melebihi AI (YouTube KEMENDIKBUD RI)

Kecerdasan Otak Manusia di Atas AI

Mafaza Online | Wacana mengkaji ulang kurikulum merdeka oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti tidak main-main.


Ia telah menyiapkan kurikulum baru yang saat ini masih digodognya.


Pertimbangannya, kurikulum merdeka masih baru dan belum diterapkan oleh seluruh satuan pendidikan di Indonesia.


Baca juga :  DPR Beri Sinyal, Mendikdasmen Abdul Mu'ti Mau Terapkan UN Lagi


"Kami juga harus mengkaji ya, ini kan masih baru kan kurikulumnya masih baru," kata Abdul Mu'ti dikutip dari kemdikbud.go.id pada Senin, 4 November 2024.


Mu'ti memberikan sedikit bocoran dengan menyebutnya kurikulum baru sebagai Deep Learning.


"Tak bocori ya, jadi arah pembelajaran ke depan itu mau saya arahkan yang namanya Deep Learning," ucap Abdul Mu'ti.


Dari beberapa data yang dihimpun klikpendidikan, Deep Learning dipakai dalam metode kecerdasan buatan (AI).


Diambil dari sistem kecerdasan otak manusia yang mengajarkan komputer untuk memproses data.


Seperti apa pembelajaran Deep Learning yang disampaikan Mendikdasmen Abdul Mu'ti? Berikut Bocorannya.


Mu'ti menyampaikan bahwa ke depan model dan materi pelajaran akan dikurangi tapi dipelajari secara mendalam.


"Materi pelajarannya dikurangi, sehingga materi pelajarannya itu mungkin ringan gitu, tetapi cara menjelaskannya itu mendalam," kata Mu'ti dikutip dari TikTok Kabar SatriMU.


Jika dijabarkan akan melahirkan 3 metode pembelajaran, yaitu:


Baca juga : 10 Alasan Mengapa Finlandia Memiliki Sistem Pendidikan Terbaik di Dunia


1. Pembelajaran Mind Full


Pembelajaran Mind Full terdiri dari dua domain utama, yakni kesadaran guru dan motivasi belajar siswa.


Guru harus sadar dan peka, sensitif dengan keberagaman anak didik baik secara karakter hingga kemampuan akademik dan non akademik.


Sedangkan siswa diajak atau didorong selama mengikuti pembelajaran untuk berfikir dan terlibat.


Guru dapat menjelaskan berbagai jenis air dengan menanyakan apa saja air yang ada di kehidupan sehari-hari.

Sebagai eksplorasi awal, siswa diberi kesempatan menjawab seluas-luasnya sesuai pengetahuan awal.


Jenis air secara visual dan di sekitar kehidupan sehari-hari seperti air laut, air kolam, air got, air sungai, dan lain-lain.


Tapi jika klasifikasi air dalam konteks kebutuhan ibadah hanya ada 3 jenis, yakni air muthlak, air musta'mal, dan air mutanajis.


Jadi mereka langsung tahu dan punya kemampuan mengklasifikasi jenis-jenis air dalam konteks yang berbeda-beda.


Baca juga : Mengadaptasi Model Pendidikan Di Finlandia Dengan Konsep Kurikulum Merdeka


2. Pembelajaran Mining Full


Kemudian pembelajaran yang disebut Abdul Mu'ti dengan Mining Full.


"Dia (murid) itu tahu, saya belajar ini tujuannya untuk apa, gunanya saya belajar ini itu untuk apa," tutur Mu'ti.


Menurut Mu'ti, masih banyak guru yang tidak menjelaskan manfaat dari ilmu yang dipelajari sehingga murid hanya belajar pokoknya belajar saja.


Contoh:

"Anak-anak kita buka halaman 13, terus kemudian untuk apa dibuka halaman 13, kenapa tidak halaman 14," lanjutnya.


Murid harus tahu apa yang ada di halaman 13 tersebut secara mendalam (Deep Learning), memahami dan mengetahui manfaatnya.


Sehingga mampu mengimplementasikan, mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari.


Dengan menemukan ilmu baru, mengetahui gunanya, maka murid akan lebih termotivasi untuk menguasai ilmu tersebut.


Inilah yang membuat motivasi belajar murid berkurang karena tidak mengetahui manfaat dari apa yang dipelajari.


"Ketika tidak menemukan gunanya dari yang dipelajari itu maka motivasinya menjadi kurang," terang Mendikdasmen.


Selain menjelaskan maksud dari apa yang dipelajari, guru juga harus menjelaskan manfaat dari apa yang dipelajari.


Ujungnya akan tercipta pembelajaran yang disebut Abdul Mu'ti dengan Joy Full.


Baca Juga : Maung MV3 Pope Mobil Buatan Pindad Jadi Kendaraan Operasional Paus Fransiskus di Indonesia


3. Pembelajaran Joy Full


Abdul Mu'ti menyebutnya pembelajaran Joy Full yang menyenangkan alias Fun Learning yang menggembirakan.


Bukan pembelajaran seperti yang saat ini dilakukan dengan kesan Funny Learning alias lucu-lucuan.


Menurut Abdul Mu'ti, menggembirakan tidak harus lucu, namun mengandung unsur penemuan baru, memahami, mengetahui manfaatnya dan mampu melakukannya.


"Menggembirakan tidak selalu lucu, menggembirakan itu ketika dia menemukan sesuatu yang baru," ucapnya.


Nah, tiga metode pembelajaran tersebut hanya dapat dilakukan dengan konsep belajar Deep Learning.


Belajar dengan orientasi mendalami sesuatu secara luas, detail, dan panjang hingga mencapai tahap mampu melakukan.


Bukan seperti konsep belajar Service Learning dan Achievment Learning yang sekarang dijalankan dengan orientasi yang penting diajarkan.


Murid hanya mengetahui pemahaman bersifat permukaan saja, tidak secara mendalam.


Terakhir, Mendikdasmen Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa menyampaikan ilmu ibaratnya menyajikan fakta.


Fakta yang dipahami murid sebagai ilmu baru, mengetahui manfaatnya dan mampu melakukannya


"Mengetahui fakta-fakta itu penting, tapi mereka (murid) sering kali tidak tahu gunanya fakta yang sudah diketahui," pungkasnya. | KLIK PENDIDIKAN


Baca Juga : Wacana Ujian Nasional Muncul Lagi Feriansyah: Mutu Pendidikan Sangat Beragam


Video

Silakan Klik:

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda

#kurikulummerdeka #pendidikan #deeplearning



Share this article :

Posting Komentar