Rivai Hutapea |
“Gocekan” Anies hingga berhasil menciptakan peluang yang ditangkap Cak Imin menjadi Cawapresnya tersebut, berhasil membalik keadaan. Elektabilitas Anies yang sempat terpuruk langsung terkerek naik.
Mafaza-Online | Tidak mudah “meminang” untuk tidak menyebut “mencopet” pasangan yang telah lama digadang-gadang lawan.
Ibarat mengambil daging di muka macan yang sedang kelaparan. Salah-salah langkah dan strategi, kita yang justru jadi sasaran empuk kemarahannya.
Pastinya, orang yang memiliki keahlian lebih di atas rata-rata alias jeniuslah yang bisa melakukannya. Berhasil merebut pasangan lawan, tanpa membuat pesaingnya marah besar..
Kurang lebih seperti itulah gambaran ketika Anies —termasu juga barisan partai pendukungnya di Koalisi Perubahan dan Persatuan (KPP)— berhasil “menggaet” Cak Imin.
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu sebelumnya digadang-gadang menjadi Cawapres dari Koalisi Indonesia Maju.
Selama dua periode PKB tercatat sebagai partai pendukung rezim Penguasa. Bahkan, sejak lama digadang-gadang bakalan menjadi “permaisuri” Capres Gerindra Prabowo Subianto (PS).
Cak Imin berhasil dipinang menjadi pasangan Anies di Pilres 2024. Luar biasa, memang
“Gocekan” Anies hingga berhasil menciptakan peluang yang ditangkap Cak Imin menjadi Cawapresnya tersebut, berhasil membalik keadaan.
Elektabilitas Anies yang sempat terpuruk langsung terkerek naik.
Sebagaimana mafhum, dari berbagai survei, tingkat keterpilihan alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu, terpuruk di dua lumbung suara, yaitu Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Analisanya siapa yang berhasil menguasai dua provinsi tersebut, berpeluang besar memenangkan pertarungan.
Sebagai Ketua Umum PKB lebih dari 18 tahun, ketokohan dan pengalaman Cak Imin, tidak diragukan.
Pengalaman berorganisasi mulai dari aktivis mahasiswa FISIPOL Universitas Gadjah Mada (UGM), Ketua Umum PKB yang dekat dengan para kiai, anggota DPR, hingga menteri, juga cukup menggambarkan porto folio anggota Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) ini.
Walhasil, pasca deklarasi Anies-Imin di Surabaya beberapa hari lalu, tak hanya membuat kalkulasi politik berubah, elektabilitas Anies-Imin ikut “meroket”, bahkan membuka peluang memenangi Pilres 2024.
Jeli menangkap peluang. Ya, itulah yang semestinya dimiliki seorang pemimpin. Tak cukup berpegang pada nilai-nilai etika dalam berkoalisi dan berkomunikasi politik, dibekali ilmu yang luas, retorika yang baik.
Pemimpin juga kudu jeli melihat momentum dan menangkap peluang. Sebab, momentum dan peluang, tidaklah datang berkali-kali. Hanya pemimpin yang jeli menangkap peluang yang akan berhasil memutar balik “kekalahan” menjadi “kemenangan”.
Pemimpin yang piawai mengelola momentum yang berpeluang menutup kontestasi Pilpres 2024 dengan “kemenangan manis”.
Meski jalan yang ditempuh tidak mudah karena “disumbat” di sana sini. Namun partai-partai pengusung KPP, yaitu PKS, NASDEM, sebelumnya PD dan saat ini PKB, tetap lihai memanfaatkan peluang dan momentum.
Keberhasilan KPP menggaet Ketua Umum PKB Cak Imin yang notabene representatif kalangan nahdiliyyin pemegang kantong elektoral di Jawa Tengah dan Jawa Timur, menjadi bukti kepiawaian KPP memanfaatkan peluang dan momentum tersebut.
Bandul “kemenangan” sedang berada di Koalisi Perubahan dan Persatuan.
Dengan kematangan politik para petinggi Partai Demokrat, SBY, AHY dan sahabat kami dari FH Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Denny Indrayana dan banyak negarawan PD lainnya, Penulis percaya Partai Demokrat (PD), tidak akan menyia-yiakan momentum dan peluang “kemenangan” ini.
Bila ingin mewujudkan perubahan yang lebih baik untuk bangsa dan negeri ini ke depan dengan mengoreksi yang kurang dan meneruskan yang telah baik, PD seyogianya “akur” balik ke barisan KPP.
Tidak ada kata terlambat untuk sebuah cita-cita besar “perubahan” Indonesia yang lebih baik.
Saulus Rivai Hutapea, Rawajati, Senin 4 September 2023
Baca juga :
INILAH RAHASIA AMALANNYA Empat Tahun Dimakamkan Jenazah Mbah Moen Tetap Utuh
Mafaza TV
Silakan Klik:
Hanya dengan Rp 50.000 Anda sudah ikut berdakwah
Posting Komentar