Senin, 27 Maret 2023

Home » » Manajemen Ramadhan

Manajemen Ramadhan

Apa target Ramadhan kita kali ini?
Apa target Ramadhan Anda kali ini? Apapun targetnya semua butuh persiapan

Mafaza-Online | Sebuah ungkapan menarik mengatakan, Tidak ada tujuan yang gagal, yang ada adalah perencanaan yang kurang matang. Tidak ada anak buah yang salah yang ada adalah pemimpin yang tidak becus. Pekerja yang buruk selalu menyalahkan peralatan dan lingkungan sekitar. Setelah itu barulah takdir menjadi sebutan.


Baca juga:

Kisah Mualaf Artis Chicha Koeswoyo, Bermula dari Hilangnya Remot Televisi


Apa target Ramadhan Anda kali ini? Apakah ingin itikaf sepuluh hari full, tiga kali khatam al-Qur’an atau menyumbang untuk ifthar setiap harinya. Apapun targetnya semua butuh persiapan. Anda harus memiliki perencanaan, mengatur setiap detik, menit dan harinya. Kita harus mampu memenejnya sehingga target pun tercapai.      


Mengutip Wikipedia, kata manajemen berasal dari bahasa Perancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan diterima secara universal.  


Mary Parker Follet, misalnya, mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi.  


Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal.


Rasulullah bersabda: Barang siapa yang melakukan qiyam Ramadhan dengan penuh iman dan perhitungan, maka diampuni dosanya yang telah lalu (Muttafaqun’aliahi)


Lihatlah bagaimana Rasulullah bersiap menghadapi Ramadhan. Rasulullah ﷺ memperbanyak puasa di bulan Sya’ban karena di antara keutamaan bulan Sya’ban adalah bulan dimana amal shalih diangkat ke langit. 


Rasulullah bersabda, dari Usamah bin Zaid berkata: Saya bertanya: “Wahai Rasulullah, saya tidak melihat engkau puasa disuatu bulan lebih banyak melebihi bulan Sya’ban”. Rasul bersabda:” Bulan tersebut banyak dilalaikan manusia, antara Rajab dan Ramadhan, yaitu bulan diangkat amal-amal kepada Rabb alam semesta, maka saya suka amal saya diangkat sedang saya dalam kondisi puasa” (Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Huzaimah)


Persiapan ruhi juga dilakukan dengan membersihkan hati dari segala penyakit, seperti penyakit RSTU (Riya, Sum’ah, Takabbur, Ujub). Sesuai dengan hakikat puasa itu sendiri, menahan. Manusia memang memiliki hawa nafsu, dan Islam sebagai agama fitrah tidak mematikan hawa nafsu, tapi mengendalikan. 


Dengan membersihkan ruhiyah, maka Insya Allah kita akan dapat menerima segala keberkahan di bulan mulia ini serta dapat mengoptimalkannya dengan berbagai ibadah yang diperintahkan seperti puasa, shalat tarawih, tadarus al-Qur’an, menunaikan zakat, memperbanyak shadaqah, do’a dan zikir, i’tikaf dll.


Pendek kata, Ramadhan adalah Mahaththah Imaniyah (terminal keimanan) untuk men-charges kembali iman kita. Ramadhan adalah sarana untuk membangkitkan energi spiritual.  Agar optimal, maka lembaran hati dan elemen-elemen jiwa kita harus dibersihkan dari segala karat-karat maksiat.


I’tikaf misalnya, sebenarnya tak ada alasan untuk tidak melakukannya. Karena Rasulullah  adalah orang paling sibuk. Kegigihan Rasulullah dalam berdakwah tak ada yang bisa mengalahkannya. Tapi Rasulullah i’tikaf. Jadi persoalannya bukan bisa atau tidak, sejauhmana kita bisa mengendalikan hawa nafsu.


Sayangnya akhir Ramadhan, umat Islam (khususnya di Indonesia) disibukkan dengan hal-hal yang berbau materi. Tak heran bila pusat perbelanjaan dan terminal menjadi ramai. Akhirnya masjid pun kehilangan jamaahnya. Padahal hakikat sebuah pertandingan, final berada di akhir waktu. Apalagi Allah menjanjikan lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan.


Bagi seorang dai, setiap momen adalah dakwah. Ramadhan adalah saat yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai Islam kepada obyek dakwah. Bila mad’u (sasaran dakwah) sadar dengan manajemen waktunya, insya Allah derajat takwa bisa kita raih. 


Mudah-mudahan Ramadhan kali ini bisa  me-revolusi etos kerja umat Islam. Dengan demikian lahirlah insan-insan yang produktif. Tumbuhlah sosok Muslim mandiri, bekerja dengan tangan sendiri. Maka terwujudlah negeri yang baldatun thayyibathun wa rabbu ghafur. Gemah ripah loh jinawi. Amin  | Eman Mulyatman 


MafazaTV👇



Baca juga:


#takwin  #ramadhan


        

Share this article :

Posting Komentar

 
Copyright © 2011. Mafaza Online: Manajemen Ramadhan . All Rights Reserved