Mafaza-Online | MOTIVASI - Dalam hidup ini, Sahabat pasti pernah merasakan hari-hari berat penuh tekanan? Dari rumah uring-uringan, di jalan kena macet plus senggolan, Eh sampai kantor masih kena omel atasan? Apes… sumpek!
Apakah Sahabat juga dalam kebingungan? Arah hidup tidak jelas, gelisah tidak berujung, ketakutan tapi tidak tahu penyebabnya? Sudah super sibuk bekerja, bahkan tak sempat sekadar untuk rehat. Nyatanya, gagal dan gagal lagi, buntu!
Kondisi-kondisi di atas, tentu sangat mengganggu mood dan berakibat turunnya produktivitas.
Kalau Sahabat masih merasakannya, yuk..mari kita cari solusinya bersama. Kita mulai dari scanning kebiasan-kebiasaan. Karena aktivitas dimulai dari bangun tidur, mari kita review sejenak; apa saja yang kita lakukan dari sejak beranjak dari kasur?
Arti Produktivitas
Tony Schwartz, seorang pakar produktivitas -sekaligus penulis dan jurnalis dari Amerika Serikat- menyatakan, manusia akan produktif jika mengoptimalkan Empat energi dalam dirinya.
Ke-empat energi tersebut adalah:
- Energi Spiritual,
- Energi Emosional,
- Energi Mental intelektual dan
- Energi Fisikal
Arti produktivitas menurut Dewan Produktifitas Nasional, sikap mental yang selalu berpandangan, mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini.
Dalam konteks manajemen saat ini, produktivitas bisa diukur dengan menggunakan metode kuantitatif.
Sebagai seorang muslim, produktivitas tidak hanya diukur dari capaian materi semata. Produktivitas diukur dengan seberapa capaian kita membangun amal-amal shalih yang mendekatkan kita dengan Rabb kita, Allah SWT.
Dus! Sudah barang tentu, untuk membangun produktifitas muslim, wajib mengawali hari-hari dengan memompa ke dalam tubuh dan jiwa kita ini dengan energi spiritual. Kemudian dilanjutkan dengan asupan-asupan energi yang lain.
Orientasi Jangka Panjang
Mari kita simak Hadits Nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani, yang artinya, “Barangsiapa yang bangun di pagi hari namun hanya dunia yang dipikirkannya sehingga seolah-olah dia tidak melihat hak Allah padanya, maka Allah akan menanamkan Empat penyakit dalam dirinya: kebingungan yang tiada putusnya, kesibukan yg tidak ada ujungnya, kebutuhan yang tidak terpenuhi dan keinginan yg tidak tercapai.”
Silakan disimak baik-baik matan atau redaksi hadits diatas. Tegas sekali Allah SWT memberikan panduan bagaimana produktivitas seorang muslim itu dibangun dengan orientasi akhirat terlebih dulu. Allah memberikan ancaman yang mengerikan, jika kita lalai mengingat Allah saat mengawali aktivitas harian.
Mengingat Allah dalam memulai aktivitas dilakukan dengan sesuai tuntunan Kanjeng Nabi Muhammad ﷺ. Dimulai dengan doa bangun tidur, shalat malam, shalat sunnah fajar, sholah subuh berjamaah bagi ikhwan, dzikir matsurat, memperbanyak membaca istighfar, sedekah subuh dan lain-lain.
Dengan ragam energi spiritual tadi, InsyaAllah Allah akan memberikan kemudahan bagi kita membangun produktivitas sejak dari rumah ke tempat kerja sampai kembali ke rumah lagi.
Asupan energi positif dalam membangun produktivitas selanjutnya adalah energi emosional. Ini adalah pancaran energi cinta yang dibangun dalam keluarga. Bagaimana suami istri anak-anak saling membangun relasi dalam rumah tangga, merupakan gambaran bagaimana energi emosional ini dibangun.
Belajar atau membaca dipagi hari bada subuh merupakan bagian energi mental intelektual. Aktivitas ini mampu merangsang syaraf-syaraf di otak lebih fokus. Sebuah penelitian yang dilakukan Oxford Learning menyimpulkan bahwa otak cenderung akan lebih fokus dan memiliki performa terbaik terhadap suatu hal di waktu pagi hari. Sehingga, waktu pagi hari ini merupakan waktu yang sangat baik bagi seorang pelajar atau pekerja untuk melatih fokus dan konsentrasi.
Untuk menjadi produktif selanjutnya adalah dengan memberikan asupan energi baik berupa energi fisikal. Hal ini sangat penting mengingat fisik merupakan media dalam melakukan aktivitas produktif. Jika fisik kita lemah, maka kontribusi terhadap pembangunan produktifitas sudah tentu akan sangat terganggu.
Keberhasilan membangun mental produktif tidak bisa dilakukan dengan cara instan. Perlu waktu yang tidak sebentar dan pembiasaan yang berkelanjutan, agar energi-energi produktif bisa tertanam dalam jiwa kita. Semua dimulai dari lintasan pikiran yang produktif.
Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyah dalam kitab Al Fawaaid mengatakan bahwa kebiasaan atau karakter bermula dari lintasan pikiran (al khatirah), yang berkembang lebih lanjut menjadi pemikiran (al fikrah). Bila ia telah menjadi pemikiran, maka pemikiran ini menggumpal menjadi keinginan (al ‘iradah), dan berkembang lebih lanjut menjadi tekad dan niat (al ‘azimah).
Setelah tekad dan niat ini membulat dan menguat, maka ia akan menjadi tindakan (al ‘amal), yang kemudian berakhir menjadi sebuah kebiasaan (al ‘adah) yang akan menghiasi hari-hari kita. Dengan kata lain bisa dikatakan bahwa kebiasaan produktif harus dimulai dari lintasan pikiran yang baik, agar menghasilkan kebiasaan yang baik pula.
Langkah Awal
Dari paparan singkat diatas, sesungguhnya tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk diam berpangku tangan, apalagi menyerah. Sudah tersedia paket panduan lengkap agar hari-hari selalu produktif, menghasilkan karya. Amal shalih yang pasti akan memberikan kemanfaat bagi peradaban umat.
Sebagus apa pun buku panduan di laci tak akan berarti tanpa aksi. Tapi darimana memulai? Semua itu dimulai dari diri sendiri, Scanning kebiasaan rutin: "Sudahkah kita menghadirkan Allah dalam segala aktivitas?"
*Konsultan di FORSA Consulting bidang Keunggulan SDM dan Organisasi
Tenaga Ahli Bappeda Kab Kutai Timur bidang Perencaan Keunggulan Daerah Berbasis Integritas, Produktivitas dan Inovasi.
Baca juga 👇
MENJAGA AMANAH Titipan Uang dari Zaman Utsmaniyyah
Ikuti kami di channel Telegram : https://t.me/mafaza_online | Facebook : MafazaOnline | Twitter: @mafazanews
Silakan Klik
Lengkapi Kebutuhan Anda
#produktif #motivasi #sdm
Posting Komentar