Rabu, 06 Juli 2022

Home » » Kisah Orangtua yang Diantar Jemput Iblis ke Masjid

Kisah Orangtua yang Diantar Jemput Iblis ke Masjid

Begitu besar keutamaan shalat berjamaah di masjid bagi diri sendiri dan lingkungan, hingga Iblis pun berupaya sekuat mungkin untuk menghalangi turunnya keberkahan itu

Mafaza-Online | Ini adalah kisah tentang Abdullah bin Ummi Maktum ra, sahabat Nabi Muhammad yang tidak bisa melihat karena buta sejak lahir.


Sejarah mencatat dengan tinta emas Sosok istiqamah yang awalnya dikenal sebagai Umar atau Amr, kemudian diganti Rasulullah   menjadi Abdullah. 


Beliau salah seorang sahabat senior dan  termasuk di antara assabiqunal awwalun (orang-orang yang pertama memeluk Islam). Dia sepupu dari istri Rasulullah , Khadijah binti Kuwailid dari jalur ibu.


Nama Ayahnya Qays bin Zaidah bin al-Usham dan ibunya Atikah binti Abdullah. Sedangkan nama Ummi Maktum, sebenarnya hanya gelar atau sekadar nama panggilan yang melekat pada sang ibu, yang secara umum bisa diartikan sebagai "Ibu dari yang tersembunyi”. 


Itu sebuah sebutan yang mengacu kepada bayi Abdullah, buah hatinya yang lahir dalam keadaan buta.


Sebagai salah satu dari orang yang awal-awal mengimani Islam, sudah pasti beliau juga termasuk salah seorang sahabat yang mengalami banyak persekusi oleh kaum musyrikin di Makkah.


Luar biasanya, meski sering mendapat perlakuan keji dari kaum musyrikin Quraisy, beliau justru semakin membulatkan tekad untuk istiqamah berpegang pada agama Allah, karenanya Allah SWT berkenan memberikan karunianya berupa ilmu dan adab yang istimewa. 


Kebutaan matanya tergantikan dengan kejernihan hati yang terus bersandar dan bergantung hanya kepada Allah SWT. Sehingga atas hikmah Allah SWT, mata hatinya menjadi peka, selalu menuntunnya pada kebaikan. Hati yang layaknya indera penglihatan selalu menuntunnya ke jalan terbaik. 

Minta Keringanan


Suatu hari, Abdullah bin Ummi Maktum ra mengajukan dispensasi untuk tidak melaksanakan salat berjamaah lima waktu di masjid. Sebagaimana layaknya laki-laki muslim baligh lainnya. 


"Ya Rasulullah, saya tidak memiliki penuntun jalan untuk bisa mendatangi shalat lima waktu berjamaah di masjid, 

sementara mata saya buta dan kesehatan saya juga menurun. 

Padahal rumah saya cukup jauh dari masjid. 

Dengan kondisi seperti itu, apakah saya memiliki rukhshah atau keringanan bisa menjalankan shalat di rumah?" urai Abdullah bin Ummi Maktum ra kepada Rasulullah


"Ya!" Jawab Rasulullah singkat dan jelas. Demi mendengar jawaban Rasulullah atas pertanyaanya tersebut, Abdullah bin Ummi Maktum langsung pamit. Ketika dia beranjak keluar, tiba-tiba Rasulullah memanggilnya.


“Wahai Abdullah, apakah engkau mendengar seruan untuk shalat lima waktu?” tanya Rasulullah .


"Kumandang azan ya Rasulullah?"  Abdullah bin Ummi Maktum balik tanya kepada Rasulullah .


"Ya Abdullah!"  Jawab Rasulullah lagi.


"Saya mendengarnya ya Rasulullah," jawab Abdullah bin Ummi Maktum ra.


"Kalau kau mendengar seruan shalat, saya tidak menemukan rukhshah (keringanan) buatmu! 

Jadi engkau harus tetap berusaha untuk mendatangi masjid dan shalat berjamaah bersama kita semua" Jawab Rasulullah .


Mendengar jawaban Rasulullah yang jelas dan lugas, Abdullah bin Ummi Maktum ra. yang sedari awal sejatinya memang sudah membulatkan tekadnya untuk mengimani Islam secara kaffah, semakin bersemangat untuk istiqamah dalam menjalankan perintah Allah SWT.

Istiqomah Berjamaah


Abdullah bin Ummi Maktum ra memang tidak bisa melihat apapun, termasuk jalanan berbatu yang wajib dilaluinya untuk menuju masjid, tapi telinganya tetap mendengar kumandang azan sebagai seruan untuk mendirikan shalat berjamaah lima waktu di masjid. 


Karenanya, agar tidak terlambat tiba di masjid, atas izin dan hikmah Allah SWT, sebelum azan berkumandang, beliau selalu berusaha berangkat ke masjid. Bersiap lebih awal meskipun harus dengan meraba-raba. 


Berbekal tongkat menyusuri jalan demi menyambut panggilan-Nya. Tidak terkecuali untuk shalat Subuh di pagi buta yang gelap gulita.


Jatuh bangun di jalanan sampai bagian tubuhnya terluka merupakan hal biasa bagi Abdullah bin Ummi Maktum ra. Suatu pagi saat berangkat ke masjid di pagi buta, tanpa sepengetahuannya beliau tersandung sebuah batu yang lumayan tajam. Dia tersungkur, dari kaki dan wajahnya mengalir darah segar.


Luar biasanya, tanpa mengaduh sama sekali, beliau langsung berdiri dan sama sekali tidak mengindahkan darah yang keluar dari luka-luka di kaki dan wajahnya. Dia hanya mengusap untuk membersihkannya saja. Tetap bersemangat melanjutkan perjalanan menuju masjid.


Beberapa saat setelah berjalan dengan sedikit tertatih-tatih karena lukanya, tiba-tiba datang seorang laki-laki ramah yang memegang tangannya dan terus menuntun jalan sampai ke masjid. Luar biasanya, lelaki murah hati tersebut ternyata juga berkenan mengantar  Abdullah bin Ummi Maktum ra pulang ke rumah.


Ternyata, "lelaki asing" baik hati tersebut tidak hanya datang untuk mengantar  Abdullah bin Ummi Maktum ra pulang-pergi ke masjid pada hari kejadian saat beliau terjatuh saja. Untuk selanjutnya setiap hari, bahkan setiap datang seruan shalat berkumandang dari masjid. Hingga membuat penasaran Abdullah bin Ummi Maktum ra.


"Wahai sobat, bolehkah aku mengetahui nama dan asal-usulmu, agar aku bisa mendoakan perbuatan baikmu kehadirat Allah SWT?" tanya  Abdullah bin Ummi Maktum ra kepada sosok lelaki asing baik hati tersebut.


"Kau tidak perlu mengetahui nama dan asal-usulku dari mana dan jangan juga mendoakanku!" kata lelaki itu.


Sejenak Bengong


"karena sesungguhnya aku ini iblis!" Jawab si lelaki asing baik hati tersebut, menyadarkan Ummi Maktum


"Bagaimana mungkin kau selalu mengantarku pulang pergi ke masjid, sedangkan pekerjaanmu mengganggu dan menghalangi orang yang beribadah kepada Allah?" jawab Abdullah bin Ummi Maktum ra yang belum hilang dari rasa terkejutnya.


"Ingatkah, saat kau tersandung batu tajam dan akhirnya terjatuh, sehingga kaki dan wajahmu terluka parah mengeluarkan darah segar?"


Ummi Maktum mengangguk, tanda mengiyakan.


"Saat itu, teman-temanku mencuri dengar berita dari langit, ketika para malaikat saling berbagi kabar dan berkata bahwa Allah SWT telah mengampuni setengah dosamu karena jatuh dan lukamu saat itu....


Ketika engkau jatuh kali kedua, aku mendengar bahwa Allah telah mengampuni dosa keluargamu.


Aku takut, jika engkau terjatuh lagi, Allah akan mengampuni dosa orang-orang sekampung di sekitarmu,” kisah si Iblis. 


Itulah alasan yang membuat Iblis terpaksa membantu Abdullah ke masjid dan pulang ke rumahnya agar tidak terjatuh lagi.


EKONOMI IDRISIYYAH Semangat Mengembangkan Ekonomi Berlandaskan Tasawuf


Silakan Klik 

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda


Share this article :

Posting Komentar