Syekh Akbar Muhammad Fathurahman Mursyid Tarekat Idrisiyyah dalam sebuah kajian |
Murid yang tidak mengakui kepemimpinan dan kebijakan Gurunya adalah terputus mata rantai bimbingannya
Mafaza Online | Seorang murid satu dengan lainnya saling mempengaruhi -sebagaimana kami jelaskan pada bagian pertama tulisan ini- saling mengingatkan agar senantiasa istiqomah.
Seorang murid juga dapat mentransfer dan menjelaskan apa yang belum atau tidak diperoleh murid yang tidak hadir berupa karunia ilmu dan pemahaman.
Sebab metode tarbiyyah Mursyid di setiap zaman itu berbeda. Sama seperti menggarap sawah, amat berbeda cara dahulu dengan sekarang.
Dengan demikian seorang murid mesti meyakini betul bahwa limpahan karunia yang diberikan Gurunya adalah yang amat sesuai dengan kehidupannya masa itu.
Seorang murid yang tidak mengakui kepemimpinan dan kebijakan Gurunya adalah terputus mata rantai bimbingannya. Karena gejolak kehidupan senantiasa menuntut bimbingan yang sesuai.
Jika seseorang tidak mendapatkannya maka ia berada dalam bahaya besar namun tidak disadarinya.
Metode pendekatan dalam memberikan nasihat saat bersilaturahim adalah mendengarkan terlebih dahulu permasalahan yang dihadapi oleh murid yang didatanginya. Jika murid tersebut mampu memberikan apa yang diinginkannya maka berikanlah.
Jika tidak, kata-kata bijak dan doa adalah obat alternatif bagi hasratnya tersebut.
Setelah itu mulailah kita menyentuh hatinya, dan memancing kesadarannya agar kembali taat seperti masa-masa dahulu dengan mengingat karunia yang telah ia dapatkan sebagai seorang murid.
Kata-kata yang memotivasi dan memberikan kesadaran pemahaman adalah oleh-oleh yang ditunggu-tunggu oleh tuan rumah yang dilanda kemalasan beribadah.
Setelah itu persaudaraan dalam beribadah adalah bahasa yang bijak untuk memelihara komunikasi sesama murid agar terjalin watawaashow bil haqqi watawaashow bish shobr.
Sebelumnya: IKHWAH FILLAH Sahabat di Jalan Allah (1)
Posting Komentar