۞وَمَن يُهَاجِرۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ مُرَٰغَمٗا كَثِيرٗا وَسَعَةٗۚ وَمَن يَخۡرُجۡ مِنۢ بَيۡتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدۡرِكۡهُ ٱلۡمَوۡتُ فَقَدۡ وَقَعَ أَجۡرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِۗ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمٗا ١٠٠
"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS an Nisaa [04] : 100)
Masjid Al Fattah Tasikmalaya | Marcomm Idrisiyyah |
Perintah Hijrah secara hakikat terus berlaku hingga kini, tak hanya berpindah tempat dari Makkah ke Madinah. Allah SWT menjanjikan, "Barang siapa hijrah di jalan Allah". Hal ini menunjukkan perintah hijrah tidak berhenti sampai kiamat. Kalimat itu menggunakan fii sabilillah bukan Min Makkah ilal Madinah (dari Makkah ke Madinah).
Jadi, makna Hijrah tak hanya sebatas berpindah tempat. Individu yang berhijrah akan menemukan tempat yang kondusif untuk membina kualitas diri. Mereka yang berhijrah karena Allah SWT, akan mendapati bumi Allah yang luas.
Makna hijrah yang luas sebagaimana yang terkandung di dalam ayat ini, telah dijelaskan pula oleh Nabi Muhammad saw dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar, “Orang yang hijrah adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang yang dilarang oleh Allah.”
"Hijrah adalah proses pahit"
Hijrah adalah proses pahit, sebagaimana dulu Nabi Muhammad ﷺ beserta sahabatnya terusir dari Makkah Kampung kelahirannya, akan tetapi, melalui pintu gerbang hijrah Nabi ﷺ dan para Sahabat mendapat futuh (kemenangan). Terbukanya agama Allah yang disebut dengan Fathul Makkah.
Konteks sekarang ini, apabila kita mau meningkatkan kualitas penghambaan kita kepada Allah SWT, maka pada akhirnya kita akan dibukakan hati kita menyaksikan keagungan agama Allah SWT. Walaupun prosesnya pahit. Allah SWT menjanjikan: jika kita mau berhijrah dijalan-Nya, maka Dia akan membekali kita dengan rezeki yang luas. Imam al Ghazali menyebutnya sebagai rezeki yang Allah SWT berikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertaqwa dan yang pandai bersyukur kepada-Nya. Sungguh berkah jalan hidup yang dipilihnya.
Firman Allah SWT:
وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَن يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا} [الطلاق
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberi jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (QS At Thalaq [65] 2-3)
Pada ayat yang lain Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim [14]: 7)
Pahala hijrah ini hanya akan dapat diperoleh melalui niat yang benar. Demikian pula berbagai bentuk ibadah lainnya, apabila niatnya karena Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan pahala yang sempurna.
Dari Amirul Mukminin, Abu Hafsh, Umar bin Khattab Radhiallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya (akan diterima) sebagai hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa berhijrah karena dunia yang ia cari atau wanita yang hendak dinikahinya, maka ia akan mendapati apa yang ia tuju. (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits masyhur di atas menunjukkan, Rasulullah saw sebagai wasilah turunnya agama Allah SWT kepada manusia, sehingga tidak bisa dipisah-pisahkan dengan Allah SWT. Perjalanan hijrah kita menuju kepada Allah SWT harus senantiasa ada dalam bimbingan petugas Allah SWT. Dulu ada Nabi dan Rasul --setelah ditutup oleh Nabi Muhammad SAW-- maka para pemimpin umat adalah al Ulama Warotsatul Anbiya, Ulama yang menjadi pewaris para nabi.
Dengan proses hijrah ini, umat Islam mendapatkan kemuliaan. Kemenangan demi kemenangan diraih sampai akhirnya Futuh Makkah, dibebaskannya kota Makkah dari kemusyrikan.
Kalender Hijriah
Khalifah Umar Bin Khattab ra berinisiatif, umat Islam harus memiliki kalender yang mandiri. Penanggalan yang tidak mengikuti kalender agama lain. Sayyidina Ali karamallahu wajhah berpendapat, awal penanggalan tahun Islam dimulai dari ketika umat Islam sahabat dan Nabi Muhammad ﷺ hijrah dari Makkah ke Madinah. Argumentasinya, karena itu adalah peristiwa yang sangat pahit.
Peristiwa Hijrah, Nabi ﷺ dan sahabat-sahabatnya terusir dari Makkah. Kala itu dengan semangat menuju kepada Allah dan rasulnya, mereka berhasil melakukan hijrah ke Madinah. Hijrah dijalani walaupun harus menempuh perjalanan yang sangat jauh dan berbahaya.
Adanya Kalender Hijriah ini, agar semangat hijrah terus dikenang oleh seluruh umat manusia di sepanjang zaman. Mudah-mudahan hijrah ini dapat memotivasi kita agar bersemangat meningkatkan kualitas diri.
Jangan takut akan berkurangnya rezeki karena Hijrah. Karena Allah SWT sudah menggariskan diantaranya; rezeki taqwa, rezeki syukur, rezeki muktasab (rezeki yang diberikan oleh Allah SWT karena manusia telah berusaha untuk mendapatkannya) dan rezeki yang telah Allah SWT tetapkan sebelum kita diciptakan.
Khutbah Jumat Ustadz Rijal Fauzi, M.Ag
Masjid Al Fattah Tasikmalaya Oktober 2017
Ditranskrip oleh: Adib Zainal Abidin SE
Posting Komentar