Sabtu, 22 Desember 2018

Home » » Tuntunan Al Quran dalam Menjaga Perkembangan Seksual Anak

Tuntunan Al Quran dalam Menjaga Perkembangan Seksual Anak

Hubungan seksual bukan sekadar aktivitas asyik-masyuk, tapi memiliki tujuan yang agung

   
Jaga Perkembangan Seksual Anak 
Mafaza
-Online |
Sudah umum bila orangtua dibayang-bayangi rasa cemas, kalau-kalau anaknya mengalami penyimpangan seksual dalam perkembangannya. Alih-alih membuat sisi seksual anak tumbuh normal, pendidikan seksual sekular malah membuat anak-anak semakin rentan untuk mengalami penyimpangan.

Disisi lain, ada fenomena kurangnya tingkat kejahatan dan penyimpangan seksual di dunia Islam. Fenomena ini tentu ada sebabnya. Umat Islam yang masih kuat memegang teguh ajaran Al-Quran akan terhindar dari penyakit dan kerusakan modern ini. Kenapa? Sebagai pedoman hidup yang sempurna, Al-Quran adalah tuntunan yang paling tepat untuk mendampingi perkembangan seksual anak.

Seorang anak Muslim akan mendapati dalam firman Allah SWT: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (Al-Israa’ [17]: 32). 

   
Mendengar ayat ini, seorang anak akan berhati-hati dengan perbuatan zina.

Orang tua berperan menjelaskan apa itu zina; sesuatu yang sangat buruk ketika seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang perempuan yang bukan muhrimnya, dan memperlakukan seperti istrinya, (khalwat).

Anak tidak dibiarkan ketakutan, tapi diarahkan dengan firman Allah Taala: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (Ar-Ruum [30]: 21).

Otak anak akan merekam, bahwa pernikahan adalah sesuatu yang baik dan normal. Sebaliknya, zina, seks bebas dan penyimpangan seks lainnya adalah hal yang bertentangan dengan fitrah manusia, dan akan mendatangkan kemurkaan Allah Taala, sekaligus menghancurkan hidupnya.

Kemurkaan Allah Taala di antaranya tergambar dalam kisah dihancurkannya kaum Nabi Luth as. “Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Lut itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi.” (Huud [11]: 82).

Kisah ini akan bereaksi kuat dalam diri anak, sehingga dia benar-benar akan menjaga syahwatnya, dan tidak terjerumus dalam penyimpangan, karena hukuman dari Allah Taala ternyata sangat mengerikan.

Ketika anak harus mengetahui apa itu hubungan seksual, Al-Quran menerangkan hal itu dengan sangat elegan, jauh dari pornografi. 

Allah Taala berfirman, “Istri-istrimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki. Dan kerjakanlah (amal yang baik) untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah [02]: 223).

Apa yang ada dalam benak anak? 

Akan ada penerimaan bahwa wanita adalah tanah tempat menanam. Seorang laki-laki hanya akan menanam sesuatu yang sangat berharga baginya, benih milik laki-laki bukanlah sesuatu yang bisa dibuang ke mana-mana dengan mudahnya. Dia akan menunggu Allah Taala memberinya tanah terbaik dan terindah untuk dia menanam benihnya.

Anak akan menyadari bahwa hubungan seksual bukan sekadar aktivitas asyik-masyuk, tapi memiliki tujuan yang sangat agung. Tujuan itu adalah mendapatkan buah yang berkualitas, seorang anak yang akan meneruskan prestasi hidupnya.

Anak akan meyakini bahwa hubungan seks adalah sesuatu yang suci, bukan menjijikkan. 

Allah Taala berfirman, “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: “Haid itu adalah kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah [02]: 222).

Dalam benak anak, hubungan seksnya akan sesuai dengan yang diperintahkan Allah Taala. Hubungan yang bersih dan suci, karena Allah Taala mencintai orang-orang yang membersihkan diri. Semua yang kotor, seperti seks di dubur, akan jauh dari keinginan anak.

Dengan demikian, otak anak akan terprogram untuk selalu memelihara fitrah dirinya. 

Pernikahan adalah satu-satunya yang diridhai Allah Taala dalam menyalurkan hasrat seksnya.

MOIIA Silky Pudding


Barangkali ada yang pernah liat...

Terus lupa siapa yg jual πŸ˜ 

πŸ’₯Yes..I'm here πŸ˜ƒ 

⇩⇩⇩

Silakan Klik:



Ada satu hal lagi yang harus ada dalam diri anak. Diperlukan sebuah dinding yang melindunginya dari penyimpangan seks. Dinding itu adalah rasa takut untuk melakukannya. 

Allah Taala berfirman, “Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (An-Nuur [24]: 02). 


Lainnya: 



Share this article :

Posting Komentar