Jumat, 21 Desember 2018

Home » » Tadabur Surat Al-Kahfi (3): Seperti Apa Kata-kata yang Dapat Dipercaya?

Tadabur Surat Al-Kahfi (3): Seperti Apa Kata-kata yang Dapat Dipercaya?

Kesesatan terjadi ketika menerima pemikiran tanpa dalil

   
Tadabur Surat Al-Kahfi (3): Seperti Apa Kata-kata yang Dapat Dipercaya? | Ilustrasi
Mafaza
-Online |
Salah satu yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah ia dapat berbicara. Dengan berbicara manusia bisa menyatakan sikap, perasaan dan keyakinannya. Namun apakah manusia bisa seenaknya menggunakan nikmat lisan tersebut? 

Allah Taala berfirman:
وَيُنْذِرَ الَّذِينَ قَالُوا اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا. مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ وَلَا لِآبَائِهِمْ كَبُرَتْ كَلِمَةً تَخْرُجُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ إِنْ يَقُولُونَ إِلَّا كَذِبًا
“Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak”. Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah jeleknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta.” (Al Kahfi [18]: 4-5].

Mereka tidak mengenal Allah Taala. Karena yang benar, Allah Maha Esa, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Ketika mereka tidak mengetahui itu, kenapa mereka dengan beraninya membuat pernyataan seperti di atas?

Dalam berbicara ada aturan, yakni:

  • “Jangan kau katakan sesuatu sebelum kau ketahui”,
  • “Jangan kau katakan sesuatu yang tidak kau ketahui”,
  • “Jangan menentang kebenaran yang sudah kau ketahui”,
  • “Jika kau menyampaikan perkataan orang lain, pastikanlah kebenarannya”, dan
  • “Jika kau mengklaim sesuatu, ajukanlah buktinya”.

MOIIA Silky Pudding


Barangkali ada yang pernah liat...

Terus lupa siapa yg jual 😁 

💥Yes..I'm here 😃 

⇩⇩⇩

Silakan Klik:



Dalam ayat di atas, Allah Taala menyebut orang-orang kafir itu sebagai orang yang berbicara tanpa berfikir, tanpa pengetahuan, tanpa validasi perkataan, dan juga tanpa logika. Mereka adalah orang yang berkata sembarangan, asal-asalan, dan tidak berhati-hati.

Karena ada orang-orang seperti itu, kita sebagai pendengar dan penerima informasi harus bersikap hati-hati. Jika ada orang menyampaikan perkataan orang lain hendaknya kita pastikan apakah benar orang itu mengatakannya, karena sangat mungkin orang itu tidak mengatakannya. 

Allah Taala pun mewanti-wanti:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al Hujurat [49]: 6).

Kita tidak boleh menerima maupun menolak perkataannya tanpa dalil syariat dan dalil akal. Kesesatan terjadi ketika menerima pemikiran tanpa dalil. Baik itu Al Quran, hadits, ataupun perkataan ulama mujtahid yang dianggap perkataannya. Perkataan ulama itu pun hendaknya berdasarkan dalil juga.

Perlu ditekankan, berkata bohong adalah kejahatan yang sangat besar bagi seorang Muslim. Rasulullah bersabda:

“Seorang Mukmin diciptakan dengan kemungkinan mempunyai sifat bermacam-macam, kecuali berkhianat dan berbohong.” (HR. Ahmad).

Keimanan yang ada di hati seorang Mukmin seharusnya mendorong dia untuk selalu berkata benar dan menjaga amanah, sehingga dapat dipercaya. Kalau seorang Mukmin sudah berbohong dan tidak bisa memegang amanah, maka dapat dipastikan ada masalah dalam keimanannya.



Artikel Lainnya: 



Share this article :

Posting Komentar