Kamis, 20 Desember 2018

Home » » Tadabur Surat Al-Kahfi (2): Jangan Tertipu Kondisimu Hari Ini

Tadabur Surat Al-Kahfi (2): Jangan Tertipu Kondisimu Hari Ini

قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا
“Sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik.” (Al-Kahfi [18]: 2)



   
Tadabur Surat Al-Kahfi (2): Jangan Tertipu Kondisimu Hari Ini | Ilustrasi
Mafaza
-Online |
Sangat mudah bagi kita untuk merasa tenang karena keadaan kita saat ini. Apalagi kalau memang kondisi kita baik-baik saja, bahagia, merasa aman, dan sebagainya. Tapi apa kira-kira yang akan kita alami di masa mendatang? Hari-hari ke depan sungguh gelap dan menyimpan banyak rahasia.

Beruntunglah kalau kita mengenal Allah Taala, sehingga hari-hari ini hingga masa depan  kita jalani sesuai dengan tuntunan-Nya. Menjalani sesuai dengan yang kita ketahui, yaitu tuntunan agama, kita pun akan selamat.

Orang yang tidak bisa menemukan Allah Taala dalam masa-masa sejahtera, tidak akan bisa menemukan-Nya dalam masa-masa sulit.

MOIIA Silky Pudding


Barangkali ada yang pernah liat...

Terus lupa siapa yg jual 😁 

💥Yes..I'm here 😃 

⇩⇩⇩

Silakan Klik:



Padahal Al-Quran mengabarkan bahwa ada kematian bersama kehidupan, dan ada kehinaan bersama kemuliaan. Allah Taala mengawasi dan menghitung semuanya. Tidak ada yang terlepas dari pantauan-Nya. Kebaikan pasti akan dibalas kebaikan, keburukan pasti akan dibalas keburukan.

Hidup kita tidak akan tetap dalam satu keadaan. Bagi yang saat ini masih remaja, besok pun akan menginjak dewasa, lalu tua dan renta. Itulah saatnya datang malaikat kematian yang akan mengantar kita kepada kehidupan baru yang kenikmatannya abadi atau kesengsaraannya tak berujung.

Janganlah kau tertipu dengan kondisimu hari ini, karena yang penting adalah bagaimana kondisimu di masa mendatang. Apakah engkau bisa selamat di masa tuamu? Di akhir hidupmu? Saat meninggalkan dunia dan bertemu dengan Penciptamu? Saat itulah baru bisa dikatakan kau hebat atau pecundang.

Kebanyakan kita tertipu. Pemuda tertipu dengan mudanya. Orang kaya tertipu dengan hartanya. Pejabat tertipu dengan kedudukannya. Ada juga yang tertipu dengan garis keturunan dan bentuk rupanya. Orang yang mengandalkan itu semua telah benar-benar tertipu:

“Maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah.” (Lukman [31]: 33).

Ayat ini menyadarkan bahwa kehidupan dunia ini ada akhirnya, kemuliaan akan berubah kehinaan, kekayaan akan berubah kemiskinan, kehidupan akan berubah kematian, kemakmuran akan berubah kesusahan. Karena tidak ada yang tidak berubah. Yang tidak berubah hanyalah perubahan itu sendiri.

Oleh karena itu, janganlah kita terlalaikan dalam kenikmatan dunia, dan tenggelam dalam mengumpulkan serpihan-serpihan harta dunia. Rasulullah   bersabda:

“Siapa saja yang menjadikan akhirat sebagai pikiran yang menyibukkannya, maka Allah akan menjadikan rasa kaya di hatinya, menyempurnakan konsentrasinya, dan dunia akan mendatanginya dengan hina. Sementara siapa saja yang menjadikan dunia sebagai pikiran yang menyibukkannya, maka Allah akan menjadikan perasaan miskin ada di matanya, memecah konsentrasinya, dan dunia yang mendatanginya hanyalah yang telah ditetapkan Allah Taala.” (Tirmizi).

Kepastian bukanlah hari ini. Hari ini akan berlalu, akan dipersaksikan baik dan buruknya. Kepastian juga bukan pada hari kemarin yang telah hilang dalam gelapnya lorong waktu. Kepastian adalah jika engkau bisa menjalani hari-hari ini hingga akhir masa mendatang nanti sementara dirimu tetap tercatat sebagai penduduk surga.

Maka, bacalah Al-Quran. Al-Quran memberikan peringatan kepada siapa saja yang lalai kepada Allah Taala dan lalai dengan masa mendatang, hanya karena dunia yang dimiliki hari ini. Jangan sampai kita merasa aman lalu mengesampingkan Al-Quran, dan meninggalkannya.

Yakinilah bahwa semua orang yang meninggalkan Al-Quran dalam kehidupannya akan mengalami kebinasaan saat hidup di dunia sebelum di akhirat. Termasuk mereka yang hanya membaca Al-Quran untuk mendapatkan berkah dan mengumpulkan pahala, lalu menyelisihi Al-Quran dalam kehidupan ekonominya, kehidupan keluarganya, kehidupan bermasyarakatnya. Orang seperti ini termasuk yang binasa, karena dia telah meninggalkan Al-Quran.

Sementara bagi orang yang selalu berusaha untuk berada dalam ketaatan, maka membaca Al-Quran akan semakin menenangkannya. Karena Al-Quran akan memberikan kabar gembira berupa pahala kenikmatan akhirat yang tiada tara. Kenikmatan yang abadi.

Apa yang bisa kita bayangkan tentang keabadian? Sesuatu yang berada di luar daya cerna otak kita. Seribu tahun, sejuta tahun, semiliar tahun, dan jauh lebih lama dari itu semua tanpa batasan. Sesuatu yang benar-benar berada di luar khayalan kita. Mengkhayalkannya pun kita tidak sanggup.

Bisakah kita membayangkannya? Misalnya, kita punya sekarung tepung gandum. Kita ambil sesendok saja tepung itu. Lalu kita lihat butiran-butirannya dengan mikroskop. Kita bayangkan setiap satu butir itu adalah satuan waktu yang panjangnya satu juta tahun. Maka ada berapa juta tahun yang ada dalam sendok kita? Lalu ada berapa juta tahun lagi dalam karung gandum kita? Sungguh tidak terbayangkan. Dan itu belum ada apa-apanya dibanding dengan kata ‘abadi’.

Kita bisa juga membayangkan sederetan angka. Kita tuliskan angka 1 (satu) di sebuah titik di Jakarta, lalu menuliskan deretan angka 0 (nol) hingga ke Papua. Sementara spasi antar angka hanya satu milimeter. Berapa jumlah yang tertuliskan? Lalu jika angka itu berakhir di kutub utara, berapakah jumlahnya? Benar-benar di luar khayalan kita. Dan itu belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kata ‘abadi’.

Oleh karena itu, sekaya apapun kita di dunia, setinggi apapun derajat kita, dan sebahagia apapun kehidupan kita, walaupun hidup kita sepanjang hidup Nabi Nuh as. Hal itu tidak berarti apa-apa kalau berisi kemaksiatan yang akan berujung dengan kesengsaraan di Akhirat.

“Bukanlah sebuah kebaikan kalau berujung dengan neraka. Bukanlah sebuah keburukan kalau berujung dengan surga. Kenikmatan apapun kalau menghalangi kita dari surga bukanlah kenikmatan. Kesusahan apapun kalau menghalangi kita dari neraka bukanlah kesusahan.” 



Sebelumnya:



Silakan klik:
Lengkapi Kebutuhan Anda


Share this article :

Posting Komentar