Rabu, 21 November 2018

Home » » Datangi Neraka itu dan Peluk Neraka itu, Dinginkan Neraka itu

Datangi Neraka itu dan Peluk Neraka itu, Dinginkan Neraka itu

Usaha itu bukanlah fokus ke hasil, usaha adalah pembelajaran bagi jiwa kita untuk mengenal dirinya (kemanusiaannya) meridhai dirinya dan menyerahkannya pada Allah SWT

   
Ilustrasi: Internet
Mafaza
-Online |
Fatimah(6 thn) menangis karena sering kalah saat bermain dengan Aisyah(9 thn). 
Lalu saya hampiri fatimah dan katakan padanya " Kalau masih sedih karena kalah, maka main terus, sampai tidak merasa sedih lagi saat kalah"

Latar belakang Nasihat saya adalah saya ingin bimbing anak saya untuk ikhlas, Bahwa sama saja rasanya menang atau kalah.

Dan Jika kita telah merasakan bahwa suatu kekalahan adalah hal yg biasa-biasa saja, Maka itu pertanda kalau kita menang kita juga akan biasa-biasa saja. Dan jika telah sampai pada keadaan ikhlas demikian, Berarti kita telah siap menang dengan selamat. Yaitu mendapat kemenangan/kesuksesan tanpa membuat kita ujub, tanpa merasa bahwa itu hasil prestasi kita, hasil usaha kita.

Kegiatan bermain yg kompetitif sangat baik bagi anak-anak, Tapi Harus ada pembimbing yang dewasa, yang menemani mereka dengan arahan-arahan yang tepat untuk melatih keikhlasan mereka.

Pembimbing yang memang telah memahami bahwa usaha itu bukanlah fokus ke hasil, usaha adalah pembelajaran bagi jiwa kita untuk mengenal dirinya (kemanusiaannya) meridhai dirinya dan menyerahkannya pada Allah SWT.

Kalau kita fokus ke hasil dan bimbing anak2 kita ke hasil, malahan kita akan membuat anak semakin rapuh dan semakin ujub dengan lingkungan yg kompetitif.

Anak-anak akan tumbuh jadi orang dewasa yang sangat sombong dan arogan serta suka pamer saat mencapai keberhasilan, dan sangat malu dan minder sampai depresi (bahkan bunuh diri) saat kalah, gagal.

http://mafaza-store.blogspot.com/2018/11/pudding-moiia-praktis-macam-macam.html
Silakan Klik:

Contoh bimbingan yang fokus ke hasil untuk kasus diatas adalah.

  1. Kita minta kakaknya untuk mengalah supaya adiknya tidak menangis. Karena kita tidak mau repot menemani anak untuk menenangkan dirinya. Jika ini yg kita lakukan, maka kita memberi pesan pada kakak dan adik, bahwa penghibur rasa sedih karena gagal adalah kemenangan.
  2. Kita katakan pada anak "kalau kamu gagal, terus coba, nanti juga kamu akan bisa dan menang". Nasihat ini akan mengajarkan anak untuk mau melakukan sesuatu yg tidak menyenangkan demi HASIL.

Ini melatih anak berambisi pada hasil. Anak tetap sedih dan depresi saat gagal, Tapi dia diminta abaikan itu demi mencapai kemenangan, dan hasilnya saat menang anak2 akan pamer dan sombong serta merasa itu semua hasil usahanya (ujub).

Ambisi (hawa nafsu untuk menang) akan melarang keras anak untuk tenang, bahagia sebelum mendapat hasil (kesuksesan, kemenangan) seperti yang dia mau. Itulah yang biasa kita sebut sebagai karakter perfeksionis, penyakit umum dari orang perfeksionis adalah insomnia. Tidak pernah tenang karena angan-angan panjang, gelisah memikirkan hal-hal diluar kendali dirinya.

Maka mulai sekarang jadikanlah definisi kesuksesan bagi kita adalah saat kita bisa kenal diri, menerima diri dan kenal Allah... Yaitu mengenali neraka-neraka kita, meridhainya dan mendinginkannya dengan menyerahkannya pada Allah.

Kalau sudah bisa ikhlas demikian, maka selanjutnya yang menunggu adalah kemenangan yang menyelamatkan diri kita dan orang disekitar kita, kemenangan yang tidak membuat kita kehilangan akal sehat.

Jadi siapakah kita? apakah si Sukses yang suka pamer ataukah si Kalah yang minder? Yang manapun kita maka kedua keadaan itu adalah gejala jiwa yang sama, yaitu jiwa yang ujub.

Orang minder adalah orang sombong yang tidak bisa sombong. Dan orang sombong yang suka pamer adalah orang-orang yang sedang mengumpulkan bahan untuk menjadi senjata maka tuan yang membuatnya terpuruk minder saat ketetapan Allah berbalik (dan pasti berbalik).

Wallahua'lam

Allahuma sholi 'ala sayyidina muhammad nabiyil umiyi wa 'alihi wa shohbihi wa salim


Share this article :

Posting Komentar