Kamis, 07 September 2017

Home » » Peran Mursyid Sufi dalam Menggelorakan Dakwah (1)

Peran Mursyid Sufi dalam Menggelorakan Dakwah (1)

Dr. Abdullah Nashih Ulwan, dalam kitabnya ‘Ruhaniyyah ad Da’iyyah’ mengungkap bukti sejarah peran Tarekat Sufi dalam penyebaran, pengembangan dan tarbiyah ruhiyyah Islam di berbagai pelosok dunia

Oleh: Luqmanul Hakim

  
Peran Mursyid Sufi Sepanjang Masa (bagian 1)
Mafaza
-Online |
Guru Besar Muhammad Abu Zahroh Rahimahullah mengungkapkan hal yang sama, "Tarbiyah ruhiyah sebagaimana kata ustadz Faudah, memiliki berbagai keistimewaan. Dia mempunyai pengaruh yang sangat jelas. Misalnya kaum Muslimin di Afrika, baik bagian barat, tengah atau bagian selatan. Keimanan yang mereka miliki merupakan buah dari tarbiyah ruhiyah.”

Tarbiyah Ruhiyah adalah langkah awal Imam besar As Sanusi untuk memperbaiki kondisi kaum muslimin. Diangkatnya beberapa orang untuk menjadi murid, sistem kaderisasinya menggunakan pola pesantren. Pesantren pertama yang beliau dirikan terletak di pegunungan. Setelah berkembang dipindahkan ke padang pasir. Berkat kerja keras beliau dan para pengikutnya mereka berhasil menggali sumur, mengalirkan air, bercocok tanam, dan akhirnya menghasilkan buah-buahan.Tentu, kawasan itu pun menjadi subur di tengah padang pasir. Kemudian santri-santrinya menjadi tokoh-tokoh operasional.

Tak hanya Materi dan Ruhani Syekh Sanusi juga menggembleng fisik mereka dengan latihan perang. Tarekat Sanusiyah menjadi lawan berat penjajahan ltalia. Selama lebih dari dua puluh tahun, Tarekat Sanusiyah yang personilnya guru madrasah, menggempur Italia padahal tentaranya alumni akademi militer. Syekh Sanusi terus maju meski ketika itu pasukan Turki tak mampu lagi memberikan bantuan kepada penduduk Libya. Perlawanan As-Sanusiyah terus berlangsung dengan metode pesantren hingga Allah menurunkan kehinaan (kekalahan) untuk penjajah ltalia.

Ustadz Sabri Abidin dalam majalah Liwa al Islam mengungkapkan, "Sebenarnya para Mursyid Robbani atau Pembimbing Ruhani-lah yang menyebarkan Islam ke seluruh pelosok bumi. Lima puluh tahun yang lalu Syekh Al Bakri menulis sebuah buku. Di dalamnya tercantum kata-kata yang diucapkan Missionaris Kristen, "Setiap kami pergi ke pelosok-pelosok daerah di Afrika yang jauh dari peradaban dan kemajuan pasti di sana kami temukan mereka (para Mursyid). Mereka telah mendahului kami dan sekaligus mengalahkan kami”.

Di perbatasan Etiopia, Sudan dan Eritria, masih dari Majalah Liwa’ul Islam, edisi 12, Sya’ban 1364 H – 1960 M, ketika menjumpai missionaris Kristen dari Swedia di desa-desa di Afrika, maka ditemukan pula di samping mereka gubuk yang dihuni Mursyid. Mursyid ini berhasil menjegal langkah missionaris Swedia selama mereka tinggal di sana.

Seorang da'i besar, Abul Hasan An Nadawi, dalam kitab beliau ‘Rijalul fikri wal da'wah wal lslam’ (Tokoh-tokoh Intelektual Da'wah dan Islam) hal 249, mengisahkan kehidupan seorang da'i robbani, Syekh Abdul Qodir Jaelani. Beliau mengatakan, “Majelis beliau (Abdul Qadir) dihadiri  tujuh puluh ribu orang. Di tangannya lebih dari lima ribu orang Yahudi dan Nasrani masuk Islam dan lebih dari seratus orang bertaubat.”

Beliau buka pintu bai'at dan taubat di bawah bimbingannya. Maka masuklah ke dalam bimbingannya orang-orang yang jumlahnya hanya diketahui oleh Allah SWT. Sehingga keadaan umat semakin membaik dan keislaman mereka pun semakin mendalam.

Syekh Abdul Qodir terus mendidik, membimbing dan mengontrol perkembangan masyarakat. Sehingga mereka menyadari tangung jawab yang mereka pikul setelah mereka berbaiat, bertaubat dan memperbarui keimanan. Kemudian Syekh Abdul Qodir memberikan ijazah kepada murid-muridnya yang cerdas, istiqomah dan punya kemampuan untuk mentarbiyah.

Murid-murid beliau kemudian menyebar ke seluruh pelosok bumi. Mengajak umat manusia ke Jalan Allah SWT, mentarbiyah jiwa mereka dan memberantas syirik, bid'ah, nifaq dan berbagai bentuk kejahiliyahan lainnya. Maka tersebarlah da'wah Islamiyah dan berdirilah markas-markas keimanan, madrasah-madrasah kebaikan, barak-barak jihad. Ramailah perkumpulan-perkumpulan ukhuwah Islamiyah di seluruh penjuru dunia Islam .

Pengikut Syekh Abdul Qadir, murid-muridnya dan generasi berikut yang mengikuti langkahnya dalam dakwah dan perbaikan jiwa manusia. Mereka mempunyai peran besar dalam menjaga semangat Islam, pelita iman, da'wah dan jihad serta kemampuan menolak syahwat dan cinta kekuasaan. Seandainya tak ada perlindungan Allah SWT kepada mereka, tentulah materialisme—yang berkembang di bawah bendera kemajuan—akan melumatkan umat ini. Pelita kehidupan serta kasih sayang yang ada dalam dada pun akan padam.

Mursyid Tarekat memiliki andil besar dalam menyebarkan Islam ke negeri-negeri yang tak bisa dicapai oleh pasukan Islam atau tak bisa ditundukkan secara militer. Atas andil mereka Islam menyebar di Afrika, Indonesia, kepulauan lautan Hindia, Cina, India dan negeri-negeri lain.

Seorang Ustadz besar Syekh Muhammad Ragib Athobbakh dalam kitabnya 'Tsaqofah Islamiyah' mengungkapkan, "Di antara keutamaan orang-orang yang memberi bimbingan dan tarbiyah serta pengaruhnya yang dominan dalam kehidupan umat Islam, adalah ketika para raja dan pemimpin pemerintahan merencanakan jihad, diminta atau tidak, mereka (para mursyid) mendorong para pengikutnya untuk ikut serta. Berkat kepercayaan masyarakat dan ketaatannya kepada para mursyid, mereka bergegas mengikuti langkah mujahidin dan berkumpullah jumlah yang sangat besar dari pelosok-pelosok daerah. Kebanyakan mereka terjun langsung bersama tentara regular. Itulah salah satu sebab kemenangan pemerintahan Islam”.

Penulis terkenal Syakib Arsalan -rahimahullah- dalam bukunya Hadirul Alam lslami (Dunia Islam Masa Kini) dalam sub Judul 'Nahdlatul Islam fiI Afriqiya Wa Asbabuha' (Kebangkitan Islam di Afrika) menulis sbb:

Pada abad ke-18 dan 19 M terjadi kebangkitan baru di kalangan pengikut madrasah Qodiriyah dan Syadziliyah. Qodiriyah adalah para penyebar agama Islam yang sangat bersemangat di daerah Afrika Barat. Mereka menyebarkan Islam dengan cara berdagang dan taklim. Mereka mengajarkan Islam kepada anak-anak Afrika. Mereka pilih anak-anak yang cerdas, kemudian mengirimkannya ke sekolah di Tripoli, Qoiruwan, Fas atau Universitas Al-Azhar di Mesir dengan biaya dari markas dakwah mereka. Setelah menamatkan studi-nya serta menguasai ajaran-ajaran Islam, mereka kembali ke negerinya untuk menghadang gerakan Kristenisasi.

Berbicara tentang pemimpin (Syekh) Madrasah Al-Qodiriyah, penulis mengungkapkan,

"Syekh Abdul Qodir Jaelani yang tinggal di daerah Jailan merupakan seorang mursyid agung yang brilian. Beliau mempunyai pengikut yang tak terbilang jumlahnya, thariqah (bimbingan)nya sampai ke Asbania (Spanyol). Ketika pemerintahan Arab (Islam) lenyap dari Spanyol, madrasah Qodiriyah pindah ke Fas. Berkat cahaya yang terpancar dari madrasah ini, berbagai bentuk bidah yang ada pada orang-orang Barbar berhasil dilenyapkan. Untuk selanjutnya mereka berpegang teguh pada ajaran Ahli Sunnah Wal Jamaah".

Selanjutnya penulis berkisah tentang madrasah Asy-Syadzaliah dan pemimpinnya:

“Asy-Syadzaliyah dinisbatkan kepada Syekh Abul Hasan Asy Syadzali, beliau berguru kepada Syekh Abdul Salam bin Masyisy, sedangkan Abdul Salam sendiri adalah murid Syekh Abu Madyan.

Asy-Syadziliyah adalah madrasah angkatan pertama yang memasukkan tarbiyah ruhiyah ke Afrika, markasnya bertempat di Marakesy (Maroko). Diantara tokohnya adalah Syekh Al Arabi Ad-Darqawi yang berhasil membangkitkan pengikutnya dengan semangat Islam yang kemudian merambah sampai ke Maghrib bagian tengah. Para pengikutnya punya andil besar dalam perjuangan melawan penjajah Prancis".

(bersambung)

idrisiyyah.or.id

Artikel lainnya:

Silakan klik:
                                                         Lengkapi Kebutuhan Anda
 
Share this article :

Posting Komentar