Kamis, 31 Agustus 2017

Home » » QINI NASIONAL 135 Dr. Damanhuri Basyir, MA: Idrisiyyah Menjadi Contoh Peningkatan Ekonomi Umat

QINI NASIONAL 135 Dr. Damanhuri Basyir, MA: Idrisiyyah Menjadi Contoh Peningkatan Ekonomi Umat

  
Dr. Damanhuri Basyir, MA menyampaikan sambutan | FOTO: Idrisiyyah
Mafaza
-Online |
Dosen dan Mantan Dekan Fakultas Ushulluddin UIN Ar-Raniry Banda Aceh Dr. Damanhuri Basyir, MA ikut menghadiri Qini Nasional 135 di Tasikmalaya. Pada malam kedua, Jumat (25/08/2017), dia menyampaikan kesan dan pesannya tentang Tarekat Idrisiyyah.

“Saya takjub dengan perkembangan Tarekat Idrisiyyah,” katanya mengawali sambutan.

Sebelumnya di acara Qini 2014, Damanhuri doktor di bidang tasawuf ini juga sempat datang ke Tarekat Idrisiyyah dan menginap selama empat hari.

Banyak Tarekat yang saya pelajari, masih kata Dr Damanhuri, sebagian besar dari Tarekat mengajarkan untuk menjauhi dunia. Padahal ajaran yang benar tentang zuhud, “bukan menjauhi dunia namun menjauhi dari dampak negatif pergaulan dunia,” jelasnya.

Menurutnya, makna menjauhi dunia ada dua:

Pertama, meninggalkan makhluk untuk berkhalwat (menyepi untuk berzikir).

Kedua, tetap bersama dengan manusia namun hatinya senantiasa bersama dengan Allah SWT.

Namun dia juga mengingatkan, manusia mahluk sosial ibadah juga akan lebih baik bila dilaksanakan dengan berjamaah. Selain itu, ibadah juga perlu dana. Ekonomi dibutuhkan untuk membangun umat.

“Insya Allah tarekat idrisiyyah akan menjadi contoh tarekat lain di dunia, hal itu semua tidak terlepas dari kebarokahan seorang guru mursyid dan doa dari umat orang-orang yang sholeh,” ungkapnya.

Selain masalah ekonomi, dia juga menyinggung tentang pentingnya ilmu. Pondasi tasawuf adalah tauhid apabila krisis tauhid maka egolah yang akan muncul. Menurut pengamatannya, selain masalah rumahtangga, yang lebih parah adalah krisis kepercayaan rakyat kepada penguasa yang menjabat sebagai wakil rakyat. Krisis kepercayaan timbul karena masing-masing mengutamakan egonya. Padahal harusnya Allah SWT yang menjadi tujuan.

“Zikir adalah upaya untuk mengokohkan tauhid!’ tegasnya.

Namun setiap amalan harus ada sandaran ilmunya. Seorang santri butuh manhaj/metologi, mujahadah, maka setelah mengamalakan amalan itu maka akan musyahadah merasakan Allah dekat dengan diri dan senantiasa mengawasi seglaa gerak-geriknya.
“Maka kemanapun kita pergi ketika ditanya datang ke suatu majelis maka niatkan untuk menuntut ilmu,” jelasnya.

Ilmu sendiri merutut pandangan Dr. Damanhuri Basyir, MA terdiri dari kata  'ain (alyyun) ketinggian. Manusia berilmu akan mendapatkan kemuliaan dimanapun ia berada dan sesantiasa menghormati kepada Allah SWT. Meski sudah memiliki gelar Professor, tapi dirinya jauh denga Allah SWT belum dikatakan ilmuan Islam yang sesungguhnya,” tegasnya.

Orang yang berilmu sifatnya, Latif (lembut), tambah tinggi ilmunya tambah dimulyakan oleh manusia. Selanjutnya, insya Allah akan Mulkun (kekuasaan)

“Saya berpesan kepada pemuda agar membekali diri dengan ilmu yang manfaat, karena anak muda akan menjadi penetus generasi kedepan,” pungkasnya.

MUHAMMAD SYARIF | SALMAN AL-FARIZI | IDRISIYYAH


Artikel lainnya:

Silakan klik:
                                                         Lengkapi Kebutuhan Anda
Share this article :

Posting Komentar