Selain imut, molen khas Tawangmangu juga manis. Rasanya yang khas ini karena bahan baku molen berasal dari Pisang Tanduk khas Tawangmangu, masyarakat biasanya menyebutnya ‘Bawen’
"Datanglah ke Karanganyar dan belilah produk lokalnya di warung-warung lokal," himbau Rohadi dalam sambutannya didepan ratusan peserta Kopdar.
Kami pun segera berburu kuliner khas daerah ini. Dari penulusuran di Pasar Wisata Tawangmangu, kami temukan deretan Penjual Gorengan. Diantara gorengan yang tersedia, ada yang mencuri perhatian kami, Pisang Molen.
Benar sekali, Pisang Molen, merupakan camilan yang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Hampir seluruh kota besar di Pulau Jawa ini bertebaran tukang gorengan pisang molen. Tapi, Pisang Molen Tawangmangu beda lho! Pisang molen Tawangmangu, lebih kecil dari kebanyakan molen lain. Kecilnya, membuat kesan imut.
Selain imut, molen khas Tawangmangu juga manis. Rasanya yang khas ini karena bahan baku molen berasal dari Pisang Tanduk khas Tawangmangu, masyarakat biasanya menyebutnya ‘Bawen’. Pisang ini terkenal manis dan tahan lama. Selain itu, rasa manis juga karena adanya tambahan gula halus yang dikemas dalam plastik kecil sebagai pelengkap sajian.
"Karena ukuran Molen yang kecil-kecil imut, saya menjadi tidak bosan saat menikmatinya apalagi ditambah dengan bubuk gula yang bisa dicocol untuk menambah rasa manis," komentar Woro wisatawan lokal dari Magelang atas pengalaman barunya.
"Datanglah ke Karanganyar dan belilah produk lokalnya di warung-warung lokal"
Pisang Bawen
Kami menyapa Warsi (28) yang penjual gorengan di jalan Raya Lawu 50 meter sebelah timur Pasar Wisata Tawangmangu. Dia mengaku sudah berjualan selama lima tahun. Menurut keterangannya, Pisang Bawen Tanduk berwarna kuning emas, bentuk seperti tanduk panjang, dan rasa manis yang khas.
"Berbeda dengan jenis pisang jenis lainnya, Pisang Bawen memiliki kekhasan tersendiri. Jika pisang semakin lama disimpan dengan jangka waktu tertentu, maka rasa pisangnya akan semakin manis dan tidak pula cepat busuk," terang Warsi.
Warsi tidak bekerja sendiri, selama mangkal dari pukul 08.00 hingga tengah malam, ia dibantu Darni (35) sepupunya. Selesai memotong-motong pisang bawen, dengan cekatan Warsi membalutnya dengan adonan tepung terigu, telur, gula, dan mentega yang telah digiling Darni. Disela-sela aktivitasnya, Warsi membagikan tips dan trik agar hasil gorengan yang diperoleh bisa optimal.
"Kalau bisa, balutan tepung terigunya jangan terlalu tipis, agar hasil gorengannya nanti bisa garing dan tidak terlalu berminyak," jelas ibu yang dua anak ini.
Molen imut nan manis khas Tawangmangu, cocok dijadikan camilan dan oleh-oleh baik warga lokal maupun wisatawan. Jadi, tidak hanya warga lokal, tetapi banyak juga wisatawan luar kota menjadi penikmat Molen khas Tawangmangu ini. Ada juga yang memesan molennya sebagai oleh-oleh kaum kerabat dan keluarga sebagai tombo kangen (obat rindu-red). Bagi yang ingin membelinya sebagai oleh-oleh, Warsi menyarankan agar membeli yang masih dalam keadaan setengah matang karena tahan lama.
"Molen dalam kondisi masih setengah matang, kualitasnya masih bisa bertahan dengan baik selama dua pekan jika disimpan dalam kulkas,” ungkap Darni yang pernah melayani pembeli dari luar kota seperti Jakarta dan Bali dengan jumlah pesanan hingga 10 kardus.
Lebih lanjut Warsi menuturkan, sebelum usaha pisang molen ini dia berjualan ayam goreng. Seingat Warsi lebih kurang satu tahun lamanya dia berjualan ayam goreng. Sambil berjualan ayam goreng dia membantu kakaknya yang memiliki usaha pisang molen dan gorengan. Saat itulah ia mendapatkan pengalaman berjualan molen dan gorengan.
Karena sering disambi, bisnis ayam gorengnya agak terbengkalai. Apalagi melihat peluang bisnis pisang molen lebih menjanjikan, dia pun segera beralih ke usaha pisang molen.
“Saat berjualan ayam goreng, waktu luang yang tersisa saya gunakan untuk membantu kakak berjualan molen dan gorengan. Pada awalnya saya sama sekali tidak berfikir untuk membuka usaha seperti kakak saya,” kenang Warsi.
Omset bisnis gorengan dan molen Warsi dan Darni pada hari-hari biasa dapat mencapai Rp 300.000 hingga Rp 500.000. Sedang pada masa liburan bisa mencapai dua kai lipatnya. Dalam sehari produksi, dia bisa menghabiskan pisang satu tandan dan 8-12 kg tepung terigu.
Jajanan rakyat ini terhitung murah meriah. Hanya dengan merogoh kocek seribu rupiah, Anda dapat menikmati kelezatan tiga potong molen imut nan manis khas Tawangmangu.
Ketika ditanya perihal persaingan antarpedagang gorengan di kawasan Pasar Wisata Tawangmangu, Darni menyatakan dengan tegas, tidak ada persaingan. Harga disetiap penjual sama, yang membedakan hanya di resep komposisi adonan tepungnya yang dapat mempengaruhi rasanya.
"Tidak ada persaingan, karena Allah yang member rezeki. Kalau rasanya enak, pasti tuman (ketagihan-red)," ungkapnya sambil membalik molen di penggorengan dengan panas minyak yang bergejolak.
Keyakinan, rezeki itu sudah diatur Allah SWT ternyata terbukti benar. Tidak lama kemudian datanglah seorang pelanggannya, Riani (25) salah satu pelanggannya. Dia menyatakan kepuasan terhadap kualitas molen yang dijual Bu Warsi.
"Hm.. alasannya ya karena rasa molennya enak, kalau ke Tawangmangu pasti mampir beli ini dulu," ungkap Riani, wisatawan asal Solo.
Setelah Riani, datang lagi pembeli yang lain. Seiring hari yang beranjak siang, pembeli pun mulai ramai.
Pembaca, tentu Anda jadi penasaran dengan molen Tawangmangu yang imut dan manis ini? Silakan datang dan nikmatilah kerenyahan dan kehangatannya. Nikmati pisang molen sambil minum teh atau kopi. Pisang molen Tawangmangu cocok dijadikan bekal saat menikmati segarnya Air Terjun Grojogan Sewu atau dinginnya cuaca di Puncak Gunung Lawu.
Srikandi Puji Lestari | Fotografer: Agung J.S. | RPF Kota Magelang
Silakan Klik:
Silakan klik:
Lengkapi
Kebutuhan Anda
Posting Komentar