Selasa, 09 September 2014

Home » » Syarat Caketum Golkar, Konsisten di Luar Pemerintahan

Syarat Caketum Golkar, Konsisten di Luar Pemerintahan

Partai Golkar yang saat ini berada dalam koalisi Merah Putih dan telah menyatakan diri menjadi kekuatan penyeimbang adalah konsekuensi logis dari sebuah kompetisi politik


  
Mafaza-Online.Com | JAKARTA – Keputusan Partai Golkar untuk di luar pemerintahan dan bergabung koalisi Merah Putih memiliki potensi besar secara politis dan harus dikelola dengan baik. Sebab, hal ini merupakan tangga kemenangan bagi Golkar pada pemilu yang akan datang. Kader yang konsisten dengan pilihan inilah yang pantas dipilih menjadi calon ketua umum Golkar.

“Siapa pun tokohnya yang dapat menjamin konsistensi Partai Golkar untuk tetap berada dalam koalisi Merah-Putih, visioner, memiliki rekam jejak yang terpuji, berprestasi, telah terbukti dedikasi dan loyalitasnya kepada partai, itulah calon ketua umum Partai Golkar berikutnya yang pantas dipilih,” kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional SOKSI, Ade Komarudin, saat diskusi panel Golkar, di Yogyakarta. Minggu (7/9).

Acara ini dihadiri seluruh DPD I Golkar, dan serta sejumlah petinggi Golkar beserta pimpinan organisasi sayap (Kosgoro, Soksi, dan MKGR). Bertindak sebagai Keynote Speaker sekaligus membuka acara, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Dr. Ir Akbar Tandjung. Acara ini ditutup malam harinya oleh Ketua Umum Partai Golkar Ir. Aburizal Bakrie.

BELUM RAIH PRESIDEN

Ade Komarudin mengatakan Partai Golkar yang saat ini berada dalam koalisi Merah Putih dan telah menyatakan diri menjadi kekuatan penyeimbang adalah konsekuensi logis dari sebuah kompetisi politik. ‎ Dengan demikian, melalui koalisi Merah-Putih yang menguasai kursi terbanyak di parlemen, Golkar harus mampu menjalankan fungsi-fungsinya sebagai partai politik dengan baik.

“Meskipun di luar pemerintahan, namun kekuatan koalisi Merah-Putih adalah mayoritas di parlemen, ini akan menentukan setiap pengambilan kebijakan. Oleh karena itu, Partai Golkar harus jeli melihat dinamika tersebut,” kata Sekretaris Fraksi Partai Golkar ini.

Dijelaskannya, sejak pemilu digelar di era reformasi, Partai Golkar belum pernah meraih jabatan Presiden tetapi selalu menjadi bagian dari pemerintahan. Hal ini menyebabkan kinerja politik Partai Golkar tidak maksimal. “Bahkan selalu mendapatkan dampak negatif terutama ketika masyarakat menilai kinerja pemerintah tidak berhasil,” katanya.

Sementara, manakala kinerja pemerintah dinilai berhasil, justru yang mendapat keuntungan adalah partai yang kadernya menjadi Presiden. Hal ini karena masyarakat menilai keberhasilan kinerja pemerintah identik dengan kesuksesan kinerja Presiden dan partainya.

“Jadi, Partai Golkar tidak memainkan peran utama melainkan hanya sebagai pelengkap saja . Akibatnya, perolehan suara atau kursi DPR cenderung turun. Realitas ini sudah semestinya kita renungkan kembali,” katanya.

JAM TERBANG

Menurut Ade, untuk kepentingan jangka panjang yang akan menentukan masa depan partai, maka Partai Golkar tidak boleh terjebak pada pilihan-pilihan pragmatis yang hanya menguntungkan sesaat tetapi masa depan partai menjadi suram.

Di tingkat pusat, kata Ade, Partai Golkar harus mampu memaksimalkan perannya dalam koalisi Merah-Putih yang menguasai kursi mayoritas di parlemen. Sedangkan di daerah, dimana kader-kader Partai Golkar menempati jabatan sebagai Kepala Daerah yakni Gubernur, Bupati atau Walikota, maka Partai Golkar harus mampu bekerja dengan sebaik-baiknya sehingga dapat memenangkan hati rakyat.

Diyakininya, ‎bahwa dengan pengalaman dan jam terbang yang tinggi, pelembagaan organisasi yang cukup baik, dan memiliki sumber daya kader yang berkualitas merupakan modal utama untuk Partai Golkar akan menjadi aktor utama baik dalam koalisi Merah-Putih maupun dalam skala yang lebih besar.

Dengan demikian, lanjutnya, maka kekuatan baru yang dipelopori Partai Golkar ini akan memberikan warna tersendiri dalam dinamika politik nasional 2014-2019.

SINGKIRKAN PENYAKIT

Terkait untuk perbaikan internal partai Golkar, Ketua DPP Partai Golkar ini juga menyampaikan bahwa secara internal, Partai Golkar dihadapkan pada sejumlah persoalan mendasar, khususnya terkait dengan konsolidasi, kaderisasi, dan regenerasi.

“Sebagai partai modern, mutlak harus dikedepankan aspek-aspek yang bersifat programatis, obyektif, rasional, fairplay, profesional, mandiri, kritis, fungsional, merit system, dan proses sirkulasi elit yang tertata,” katanya.

Dengan demikian, ‎penyakit-penyakit yang tanpa disadari hadir harus disingkirkan, sehingga Partai Golkar sehat, dalam arti semua fungsi organisasi modern berjalan dengan lancar. “Sebagai partai kader, misalnya, Partai Golkar harus mampu mengembangkan sistem dan pola perkaderan yang obyektif, benar-benar menghargai kinerja dan prestasi. Demikian juga dengan regenerasi, Partai Golkar harus mengabaikan pertimbangan-pertimbangan kolutif-primordial dan menggantinya dengan prinsip merit system atau prestasi kinerja,” katanya.

Selain itu, ‎Partai Golkar juga harus semakin responsif terhadap aspirasi masyarakat yang terus berkembang. Serta, harus mampu menjadi kekuatan sebagai pendorong tumbuhnya kultur yang demokratis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Oleh karena itu, penting kiranya bagi Partai Golkar untuk terus berbenah diri agar mampu menjadi aktor utama dalam mengawal jalannya demokrasi ke arah yang substantif.

“Dengan cara itulah, Partai Golkar akan dinantikan dan dirindukan oleh masyarakat sehingga tumbuh menjadi partai besar dan modern. Oleh karena itu, Partai Golkar harus mandiri dalam pembiayaan politik,” tegasnya.

WINOTO | POS KOTA


 

Share this article :

Posting Komentar