Oleh : Ustadz Salmin
Rezeki sudah digariskan dan ditentukan kadarnya, namun perlu ikhtiar untuk menggapainya.
Kita hanya perlu mencari dan menjaga keberkahannya. Rezeki yang berkah selalu mencukupi biarpun jumlahnya sedikit.
Kita pernah melihat orang yang hanya bekerja sebagai petani, hanya bekerja di kebun. Berangkat pagi, siang sudah pulang. Tapi bisa menyekolahkan anak-anaknya, mereka bisa makan biarpun dengan lauk seadanya, bisa punya rumah meskipun sederhana. Dengan yang sedikit tapi berkah, kebutuhannya terpenuhi.
Rezeki yang berkah menimbulkan ketenangan. Sebaliknya rezeki yang tidak berkah menimbulkan kegelisahan. Banyak uang tapi merasa tidak cukup, tidak puas dan tidak bisa menikmati.
Belum tentu orang yang memiliki rumah besar dan mobil mewah dikatakan memiliki rezeki yang bagus. Ada seseorang yang bahkan penghasilannya dalam sehari mencapai angka 1 milyar, tapi untuk tidur saja susah. Ia harus minum obat tidur, dan ketika bangun di pagi hari belum juga merasakan ketenangan karena harus memikirkan bisnisnya. Setiap saat was-was jika sahamnya jatuh.
Rezeki yang sebenarnya adalah kenikmatan, kedekatan pada Allah SWT dan diberi kemudahan untuk bertaqwa.
Pulang membawa segepok uang, namun terlewat shalat subuh karena bergadang bekerja apakah disebut rezeki? Inginkah suami banyak uang tapi tidak shalat shubuh. Sibuk bekerja sampai tidak sempat membaca al-Qur'an?
Jika rezeki terasa sempit, banyaklah beristighfar dan berkaca diri. Bagaimana kedekatan dengan Allah SWT dan hubungan dengan orang-orang di sekitar, bermasalah atau tidak? Jika tidak musyrik kepada Allah SWT akan Allah beri kecukupan dan izzah. Bisa jadi terasa sempit karena iman masih belum bersih.
Silakan di Klik:
Masjid at Tahirin Terendam Banjir, Semoga Bisa Segera digunakan Kembali
Posting Komentar