Aksi siram teh yang dilakukan Munarman kepada Tamrin Amal Tomagola pada acara diskusi di TV One 28 Juni lalu tidak bisa dilepaskan dari peran presenter yang berhasil "memanas-manasi" diskusi tersebut
MafazaOnline|Jakarta Suryadharma menyindir cara TV One dalam menjalankan diskusi tersebut. Menurutnya, televisi itu telah berhasil memuncakkan konflik sehingga berujung pada insiden siraman segelas teh itu.
"Presenternya perlu mendapatkan bintang dari perusahaan. Karena dapat membangun dialog yang panas. Dan itu sampai pada klimaksnya. Bukan hanya bertengkar mulut, tapi sudah ada penyiraman," kata Suryadharma di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (1/7) seperti dikutip detik.com.
Sementara itu, Wakil Ketua KPI Eski Tri Rezeki Widianty menegaskan, insiden siram teh itu harus menjadi pelajaran bagi TV One ke depan. Mereka harus mendefinisikan kembali siapa yang layak menjadi narasumber sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pemilihan narasumber, terutama untuk acara live.
"Kami sebenarnya sudah berkali-kali mengingatkan stasiun televisi untuk memilih narasumber yang sesuai. Acara tadi pagi itu saya sudah lihat. Ini harus menjadi pelajaran bagi TV One," kata Eski seperti dilansir Merdeka.com, Sabtu (29/6).
Menurut Eski, acara diskusi itu berkaitan dengan organisasi kemasyarakatan (ormas). Namun televisi itu memilih narasumber dari Front Pembela Islam (FPI). Dia menilai, pemanggilan FPI itu lebih banyak sensasinya dari pada muatan pengetahuan.
"TV kita memang cenderung lebih banyak mengedepankan sensasi, dari pada informasi yang mendidik untuk publik. Jadi jangan hanya mengejar sensasi," tambahnya.
Elki mengaku, jika sudah seharusnya tvone meminta maaf kepada publik atas insiden yang tidak patut ditonton tersebut. Pihaknya berharap, agar siaran TV lebih mengedepankan muatan pengetahuan dibandingkan hanya mengejar sensasi semata.
"Mereka berjanji akan mengevaluasi internal, dan berjanji ke depan tidak akan terjadi lagi," pungkasnya. (bersamadakwah)
MafazaOnline|Jakarta Suryadharma menyindir cara TV One dalam menjalankan diskusi tersebut. Menurutnya, televisi itu telah berhasil memuncakkan konflik sehingga berujung pada insiden siraman segelas teh itu.
"Presenternya perlu mendapatkan bintang dari perusahaan. Karena dapat membangun dialog yang panas. Dan itu sampai pada klimaksnya. Bukan hanya bertengkar mulut, tapi sudah ada penyiraman," kata Suryadharma di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (1/7) seperti dikutip detik.com.
Sementara itu, Wakil Ketua KPI Eski Tri Rezeki Widianty menegaskan, insiden siram teh itu harus menjadi pelajaran bagi TV One ke depan. Mereka harus mendefinisikan kembali siapa yang layak menjadi narasumber sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang pemilihan narasumber, terutama untuk acara live.
"Kami sebenarnya sudah berkali-kali mengingatkan stasiun televisi untuk memilih narasumber yang sesuai. Acara tadi pagi itu saya sudah lihat. Ini harus menjadi pelajaran bagi TV One," kata Eski seperti dilansir Merdeka.com, Sabtu (29/6).
Menurut Eski, acara diskusi itu berkaitan dengan organisasi kemasyarakatan (ormas). Namun televisi itu memilih narasumber dari Front Pembela Islam (FPI). Dia menilai, pemanggilan FPI itu lebih banyak sensasinya dari pada muatan pengetahuan.
"TV kita memang cenderung lebih banyak mengedepankan sensasi, dari pada informasi yang mendidik untuk publik. Jadi jangan hanya mengejar sensasi," tambahnya.
Elki mengaku, jika sudah seharusnya tvone meminta maaf kepada publik atas insiden yang tidak patut ditonton tersebut. Pihaknya berharap, agar siaran TV lebih mengedepankan muatan pengetahuan dibandingkan hanya mengejar sensasi semata.
"Mereka berjanji akan mengevaluasi internal, dan berjanji ke depan tidak akan terjadi lagi," pungkasnya. (bersamadakwah)
Posting Komentar