Hj Irena Handono, Pakar Kristologi, Pendiri Irena
Center
|
Hj Irena Handono,
Pakar Kristologi, Pendiri Irena Center
Kontroversi NATAL memang tidak pernah surut dibahas tiap
tahun apalagi menjelang peringatannya 25 Desember. Berbagai tulisan mengupas
tentang asal-asul peringatan ini berulang-ulang dimuat kembali untuk
membentengi umat Islam agar tidak terseret dalam peringatan ini. Tapi bukannya
peringatan ini menjadi surut, tapi tiap tahun peringatan ini justru makin
meriah walau coreng dibalik peringatan ‘suci’ kelahiran tuhan ini terkuak.
Buku Paus mengupas kebohongan Natal
Kejadian yang cukup menghebohkan dunia Kristen baru saja
terjadi adalah pengungkapan jujur dari tokoh besar Kristen yakni Paus
Benedictus XVI. Ia menulis sebuah buku, ‘Jesus of Nazareth: The Infancy
Narrative’ yang diluncurkan Rabu (21/11/2012). Ia membongkar beberapa fakta
yang mengejutkan seputar kelahiran Yesus Kristus. Antara lain menurutnya,
- Kalender Kristen salah. Perhitungan tentang kelahiran
Yesus yang selama ini diyakini adalah keliru. Kemungkinan, Yesus dilahirkan
antara tahun 6 SM dan 4 SM.
- Materi-materi yang muncul dalam tradisi perayaan Natal,
seperti rusa, keledai dan binatang-binatang lainnya dalam kisah kelahiran
Yesus, menurutnya sebenarnya tidak ada. Alias hanya mengada-ada.
- Paus Benediktus XVI juga mempermasalahkan tempat kelahiran
Yesus, menurutnya Yesus bukan lahir di Nazareth sebagaimana yang diyakini
secara umum.
“Kami bahkan tidak tahu pada musim apa dia (Yesus)
dilahirkan. Semua pemikiran tentang perayaan kelahirannya selama masa paling
gelap dari sepanjang tahun, kemungkinan berkaitan dengan tradisi pagan dan
titik balik matahari di musim dingin.” John Barton, profesor pakar tafsir
naskah-naskah suci Kristen di Oriel College, Universitas Oxford.
Apa kata sumber Kristen tentang Natal?
a. Catholic Encyclopedia edisi 1911 bab “Christmas” : Natal
bukanlah upacara gereja yang pertama … melainkan ia diyakini berasal dari
Mesir, perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada
bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus. Dalam bab “Natal Day”:
Di dalam kitab suci tidak ada seorangpun yang mengadakan
upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus.
Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta
pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.
b. Encyclopedia Britannica edisi 1946 : Natal bukanlah
upacara gereja abad pertama. Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah
menyelenggarakannya, dan Bibel juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini
diambil oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.
c. Encyclopedia Americana edisi 1944 : Menurut para ahli,
pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada
umumnya umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja,
dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut … Perayaan Natal yang
dianggap sebagai hari kelahiran Yesus mulai diresmikan pada abad ke-4 Masehi.
Pada abad ke-5 Masehi Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk
merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang
merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari”. Sebab tidak seorangpun mengetahui
hari kelahiran Yesus.
d. New Schaff-Herzog Encyclopedia of Religious Knowledge,
Christmas :
Adat kepercayaan pagan Brumalia dan Saturnalia yang sudah
sangat akrab di masyarakat Roma diambil Kristen … Perayaan ini dilestarikan
oleh Kristen dengan sedikit mengubah jiwa dan tatacaranya. Para pendeta Kristen
di Barat dan di Timur Dekat menentang perayaan kelahiran Yesus yang meniru
agama berhala ini. Di samping itu Kristen Mesopotamia yang menuding Kristen
Barat (Katholik Roma) telah mengadopsi model penyembahan kepada Dewa Matahari.
Bibel Mengutuk Pohon Natal
Tidak ada perayaan Natal tanpa pohon Natal. Padahal
sebagaimana dapat dibaca dari buku-buku sejarah, perayaan Natal dan pohon Natal
sudah ada semenjak zaman dahulu kala, jauh sebelum Yesus dilahirkan. Perayaan
Natal ini sesungguhnya merupakan tradisi lama dari para penganut penyembah
berhala (paganisme).
Nimrod atau Raja Namrudz adalah salah satu tokoh yang
diyakini dalam paganisme yang tetap hidup abadi meski jasadnya telah tiada.
Semiramis ibunya menjadikan pohon evergreen (cemara) yang bisa tumbuh dari kayu
yang sudah mati sebagai simbol kehidupan baru Nimrod setelah mati. Dan Nimrod
dianggap selalu ada di pohon tersebut tiap hari kelahirannya tiba, sehingga
sering dihiasi dengan aksesoris yang gemerlap dan di bawahnya sering diletakkan
aneka bingkisan. Mari kita telaah terlebih dahulu Yeremia 10: 2-5,
Beginilah firman Tuhan: “Janganlah biasakan dirimu dengan
tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit,
sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa
adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari
hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tukang kayu? Orang memperindahnya
dengan emas dan perak; orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan
goyang.
Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun.
Tidak dapat berbicara; orang harus mengangkatnya, sebab ia tidak dapat
melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat
jahat, dan berbuat baik pun ia tidak dapat.
Dalam kitab Yeremia (bagian dari Perjanjian Lama) tersebut
begitu jelas bahwa Bibel menentang adanya pemberhalaan terhadap pohon kayu.
Pertanyaannya, bagaimana dengan pohon Natal? Bibel mengutuk keras pembuatan
pohon Natal tapi mengapa umat Kristen yang mengklaim Bibel sebagai pedoman
hidupnya malah justru menodai firman Tuhannya sendiri?
Natal Menjadi Budaya
Natal sesungguhnya adalah perayaan penyembah berhala atau
kaum paganis yang telah di “baptis” oleh Gereja. Namun apakah umat Kristen
berhenti merayakan Natal 25 Desember? Mungkin mereka, golongan orang yang berpikir
akan berhenti, tapi ada juga yang tidak. Natal sudah menjadi bagian dari budaya
masyarakat dunia.
Namun yang ironis, mengapa umat Islam kok malah ikut-ikutan
memeriahkan Natal? Padahal hukum mengucap selamat Natal dalam Islam sudah
sangat jelas, haram.
Dalam “Pesan Natal Bersama Tahun 2012” yang ditandatangani
Ketua Umum dan Sekretaris Umum Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dan
Konferensi Waligereja Indonesia (KWI)”, dinyatakan sebagai berikut:
“Saudara-saudari terkasih, setiap merayakan Natal, pandangan
kita selalu terarah kepada bayi yang lahir dalam kesederhanaan, namun menyimpan
misteri kasih yang tak terhingga. Allah menjadi manusia dan tinggal di antara
kita. Inilah perayaan penuh suka cita atas kedatangan Tuhan. Dialah Sang Juruselamat
yang menjadi manusia….”
Jelaslah bahwa Natal bukan urusan duniawi, sosial dan
seremonial semata, tapi perayaan doktrin ketuhanan Yesus yang sungguh sangat
berlawanan dengan aqidah Islamiyah.
Sumber :
Baca pula tulisan : Sekilas Sejarah Natal
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Buat
Kamu yang ingin tampil cantik dan shalihat, segera beralih ke pengobatan Herbal
non alkohol
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Posting Komentar