Rabu, 26 Desember 2018

Home » » Tadabur Surat Al-Kahfi (4): Mari Bayangkan Kasih Sayang Rasulullah Ini

Tadabur Surat Al-Kahfi (4): Mari Bayangkan Kasih Sayang Rasulullah Ini

فَلَعَلَّكَ بَاخِعٌ نَفْسَكَ عَلَى آثَارِهِمْ إِنْ لَمْ يُؤْمِنُوا بِهَذَا الْحَدِيثِ أَسَفًا
“Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati sesudah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al Qur’an).” (Al-Kahfi [18]: 6)

   
Kasih sayang | Ilustrasi
Mafaza
-Online |
Rasulullah sedih memikirkan orang-orang yang menolak dakwahnya hingga beliau sakit dan hampir-hampir meninggal dunia karenanya. Itulah setting turunnya ayat ini.

Para ulama menyampaikan sebuah kaidah, “Mencintai sesama makhluk adalah bukti kecintaan kita kepada Allah Taala.”

Kita mencintai sesama manusia sebanding dengan kita mencintai Allah Taala. Setiap kali cinta itu bertambah, bertambah pula cinta kita kepada mereka.
Karena itulah Rasulullah saw. bersabda, 

“Dan sesungguhnya orang yang paling jauh dari Allah adalah orang yang hatinya keras.” (Tirmizi).

Sementara Allah Taala berfirman, “Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah.  Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (Az-Zumar [39]: 22).

Kaidah ini bisa dijelaskan, bahwa seluruh makhluk adalah keluarga (tanggungan) Allah Taala. Maka hamba yang paling dicintai-Nya adalah yang paling bermanfaat untuk keluarga-Nya.

Ini mencakup seluruh manusia, tidak dipandang keimanannya. Orang yang mencintai Allah Taala dan ingin dicintai-Nya hendaknya jika berinteraksi dengan orang Majusi, Kristen, dan Yahudi, misalnya, harus memperlakukan mereka sebagai makhluk Allah Taala.

Bagaimana? Menghormati mereka, menasihati, memberikan perlakuan yang terbaik, dan sebagainya. Tidak berlaku curang tidaklah dikhususkan dalam interaksi sesama Muslim. Maka mencurangi Non-Muslim adalah terlarang, sesuai dengan hadits Rasulullah :

“Tidak termasuk golongan kami orang yang berlaku curang.” (Abu Daud).

Berdasar kaidah ini, maka orang yang paling penyayang adalah Rasulullah . karen beliau adalah orang yang paling dekat kepada Allah Taala. Terbukti beliau memikirkan keselamatan semua orang.

MOIIA Silky Pudding


Barangkali ada yang pernah liat...

Terus lupa siapa yg jual 😁 

💥Yes..I'm here 😃 

⇩⇩⇩

Silakan Klik:




Kalau ada orang mengatakan, “Aku hanya bertanggung jawab atas keselamatan diriku saja,” maka setiap kali menyempit lingkup perhatiannya semakin jauh juga dari Allah Taala. Sementara ruang lingkup kasih sayang Rasulullah   meluas hingga kepada binatang dan lainnya. Beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah Taala mewajibkan perbuatan baik dalam segala hal. Maka jika kalian membunuh, membunuhlah dengan cara yang baik (ada alasan seperti perang, hukuman mati, dan sebagainya). Jika kalian menyembelih (binatang), maka sembelihlah dengan cara yang baik, tajamkanlah pisaunya, dan nyamankanlah binatang sembelihannya.” (Bukhari).

Ketika melihat seorang sahabat menyembelih binatang berdekatan dengan binatang yang lain, beliau berkata, “Apakah engkau ingin memberinya kematian dua kali? Kenapa tidak dipisahkan keduanya?” Benar-benar kasih sayang yang sangat tinggi.

Beliau juga yang bersabda, “Tidak termasuk golongan kami orang yang memisahkan.” Baik anak dari ibunya, maupun anak dari induknya. Orang yang membeli anak binatang dianjurkan membeli sekalian induknya. Jangan memisahkan.

Kaidah ini juga bisa berkembang, “Setiap kali hubungan kita dengan Allah Taala menguat, maka kasih sayang kita kepada sesama juga membesar.” 

Tidak hanya sesama Mukmin, tapi kepada seluruh manusia. Umat Islam tidak boleh membangun kejayaannya di atas kehancuran bangsa lain. Kalau demikian kepada orang lain, bagaimana lagi jika sesama Muslim?

Umar bin Khattab ra. pernah mendapat kiriman hadiah berupa makanan dari Azerbaijan. “Ini adalah makanan spesial yang hanya diproduksi di Azerbaijan,” kata orang yang membawanya.

Umar ra. pun bertanya, “Apakah umat Islam di sana makan makanan ini juga?” Orang itu menjawab, “Tidak. Makanan ini hanya untuk kalangan khusus saja.”

Umar ra. kembali bertanya, “Apakah engkau juga akan memberikannya kepada orang-orang Madinah yang miskin-miskin?” Orang itu menjawab, “Tidak. Hanya untukmu.”

Saat itulah Umar ra. mengatakan, “Haram bagi perut Umar merasakan manisan yang tidak bisa dinikmati oleh penduduk miskin di Madinah.” 





Share this article :

Posting Komentar