Kamis, 19 September 2013

Home » » ENERGI HARAKI Menjadi Kader yang Bangkit Menggerakkan bukan Generasi Rebahan

ENERGI HARAKI Menjadi Kader yang Bangkit Menggerakkan bukan Generasi Rebahan


“Wahai manusia, sembahlah Tuhan Penciptamu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang yang bertakwa”. (QS al-Baqarah [02]: 21)

Silakan Klik:

۞Gerakan Wakaf al Quran۞

Hanya dengan Rp 100.000 Anda sudah ikut berdakwah


Mafaza-Online.Com | TAKWIN - Batas kewajiban minimalis seorang dai yang haraki adalah liqo, infaq dan mabit. Menghadiri liqo adalah semacam mengecas baterai untuk energi yang mulai melemah. Apalagi di era informasi ini, seorang kader akan begitu saja tertinggal bila kehilangan informasi pekanannya. Seorang kader dakwah menghadapi liqo pekanan ibarat sahabat nabi menerima ayat yang baru saja diturunkan Allah SWT melalui nabi-nya, begitu gembira dan bersemangat.

Infaq adalah bukti pengorbanan dan kesetiaannya, sedangkan mabit menunjukkan ukhuwah atau kebersamaan. Jamaah ini bukan jamaah liqo semata. Dari pribadi menjadi liqo dan dari sebuah liqo menjelma jamaah. Sekali lagi ini adalah batas minimalis.

Terkait dengan orisinilitas Islam dan syumuliyyatul manhaj (konprehensifitas manhaj), dalam Risalah Muktmar al-Khamis, Hasan Al-Banna menjelaskan, “ Karena itu, saya wakafkan diri saya sejak kecil untuk satu tujuan, yaitu menunjukkan manusia kepada Islam, hakikat dan praktiknya. Sebab itu, fikrah (ideologi) Ikhwanul Muslimin adalah Islam murni, baik dalam tujuannya, maupun sarananya dan tidak ada kaitannya sama sekali dengan selain Islam.”

Untuk lebih mudah dipahami, Beliau mengatakan,  “Fikrah Ikhwanul Muslimin itu mencakup semua makna ishlah (reformasi). Sebab itu, dapat disimpulkan dengan : 1) Dakwah Salafiyah. 2) Thariqah Suniyyah. 3) Haqiqah Shufiyyah. 4) Hai-atun Siyasiyyah. 5) Jama’ah Riyadhiyyah. 6) Rabithatun Ilmiyyah Tsaqafiyyah. 7) Syirkatun Iqtishadiyyah dan 8) Fikrah Ijtimaiyyah.

Simaklah penuturan sahabat Huzaifah radhiallahu `anhu tentang pengalaman beliau saat shalat tarawih bersama Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam.

"Pada suatu malam di bulan Ramadhan, aku shalat bersama Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam di dalam bilik yang terbuat dari pelepah kurma. Beliau memulai shalatnya dengan membaca takbir, selanjutnya beliau membaca doa.

Selanjutnya beliau mulai membaca surat al-Baqarah, aku pun mengira bahwa beliau akan berhenti pada ayat ke-100, ternyata beliau terus membaca. Aku pun kembali mengira beliau akan berhenti pada ayat ke-200, tapi ternyata beliau terus membaca hingga akhir al-Baqarah, dan terus menyambungnya dengan surah Ali Imran hingga akhir.

Kemudian beliau menyambungnya lagi dengan surat an-Nisa' hingga akhir surat. Setiap kali beliau melewati ayat yang mengandung hal-hal yang menakutkan, beliau berhenti sejenak untuk berdoa memohon perlindungan. Sejak usai dari shalat Isya' pada awal malam hingga akhir malam, di saat Bilal memberi tahu beliau bahwa waktu shalat Subuh telah tiba beliau hanya shalat empat rakaat." (Riwayat Ahmad, dan al-Hakim)

Demikianlah cara Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam memperingati turunnya al-Qur'an pada bulan Ramadhan, membaca penuh dengan penghayatan akan maknanya. Tidak hanya berhenti pada mudarasah, tapi juga mentadaburi. Beliau juga banyak membaca al-Qur'an pada shalat beliau, sampai-sampai pada satu rakaat saja, beliau membaca surat al-Baqarah, Ali Imran dan an-Nisa', atau sebanyak 5 juz lebih. Bahkan diceritakan bahwa Huzaifah sempat ingin terloncat, pergi meninggalkan shalat itu.

Ada baiknya setiap orang atau setiap lembaga memiliki standar. Bagi seorang ustdaz, shalat menggunakan kaos akan menjadi aib. Apalagi bila dia shalat wajibnya di rumah. Tentu akan menjadi celaan bagi jamaahnya.

Kewajiban harian seorang kader dakwah adalah membaca al-matsurat kubra, melakukan qiyamullail dan tilawah satu juz. Ketika standar dibuat, maka kewajiban berikutnya adalah mujahadah.

Bermujahadah untuk memberi yang terbaik. Dalam mujahadah harus ada sabar. Betapa banyak kader beguguran karena menipisnya stok sabar. Iman bukanlah sesuatu yang statis. Iman itu labil. Ia dapat naik atau turun (al imanu yazidu wa yanqus). Secara prinsip, iman dapat naik bersamaan dengan bertambahnya ketaatan kepada Allah SWT. Sebaliknya, iman dapat turun bersamaan dengan semakin berkurangnya ketaatan kepada Allah SWT (banyak maksiat).
Nasihat yang baik dalam hal ini adalah perkataan seorang ulama, ”Ketika futur aku hanya mampu membaca sehari 3 juz dari al-Qur’an,” subhanallah.

Shalat dan ibadah pada hakikatnya bertamu pada Allah. Momen ini harus diluangkan. Sering bertemu dengan lurah saja, minimal bikin KTP gampang.  Allah SWT adalah pemilik skenario di semesta alam ini. Jihad politik, ekonomi dan pendidikan adalah dalam rangka menjalankan skenario Allah SWT. Karenanya, harus dekat dengan sang pemilik skenario. Agar Anda memiliki peran (hidup) yang berarti. (Eman Mulyatman)

Sebelumnya :

Video


Silakan klik:


#liqo    #takwin    #tarbiyah
 
Share this article :

+ komentar + 1 comment

Anonim
13 Desember 2023 pukul 07.46

Alhamdulillah

Terimakasih Anonim atas Komentarnya di ENERGI HARAKI Menjadi Kader yang Bangkit Menggerakkan bukan Generasi Rebahan

Posting Komentar