Selasa, 30 April 2013

Home » » Hamdan BASYAR, Konflik Suriah Meluas ke Negara-Negara Lain

Hamdan BASYAR, Konflik Suriah Meluas ke Negara-Negara Lain

MafazaOnline-JAKARTA-Konflik Suriah telah meluas ke negara-negara tetangganya seperti dalam bentuk pernyataan dukungan bagi salah satu pihak yang bertikai, kata peneliti LIPI Hamdan Basyar.
"Keikutsertaan Hizbullah lewat pernyataanya mendukung Bashar, Iran juga mendukung, itu ciri kecil bahwa konflik ini sudah meluas," kata Hamdan saat dihubungi di Jakarta, Senin.

Hizbullah yang memang menyatakan mendukung rezim pemerintahan Presiden Bashar al-Assad pada akhir Februari lalu juga sempat menuduh kelompok oposisi bersenjata Suriah melakukan penyerangan ke sejumlah desa Syiah di perbatasan Suriah-Libanon.

Iran dalam beberapa pernyataannya jelas menunjukkan keberpihakan kepada pemimpin rezim berkuasa saat ini di Suriah.

Pada 13 April lalu misalnya, Duta Besar Iran untuk Libanon Ghazanfar Roknabadi, menyatakan mayoritas rakyat Suriah menyerukan pembaruan di negeri mereka di bawah pimpinan Presiden Bashar.

"Kami mendukung keinginan rakyat Suriah yang mendukung pembaruan, yang dipimpin oleh Bashar al-Asaad," katanya dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi setempat di Beirut, Libanon.

Namun beberapa hari kemudian, Iran melalui Menteri Pertahanan Brigadir Jenderal Ahmad Vahidi pada 18 April mengeluarkan pernyataan yang menegaskan campur tangan asing di Suriah akan menyebabkan rentetan ledakan peristiwa di Timur Tengah.

Keberpihakan Liga Arab yang pro terhadap pihak oposisi juga menjadi ganjalan lain, serta bukti bahwa konflik Suriah telah meluas.

Keberpihakan tersebut, menurut Hamdan, sekaligus menghentikan peluang Liga Arab untuk dapat menengahi penyelesaian konflik tersebut.

"Sulit mengharapkan Liga Arab menjadi penengah karena mereka sudah jelas pro-oposisi. Suara Bashar sudah dicoret dari Liga Arab dan digantikan dengan perwakilan dari pihak oposisi," kata Hamdan.

Sementara oposisi ini belum menjadi pemerintahan resmi tapi sudah mendapat pengakuan dari Liga Arab dan beberapa negara lain, ujarnya.

Keadaan tersebut mengharuskan dunia menantikan munculnya pihak kuat yang dapat menengahi penyelesaian konflik Suriah, yaitu pihak tanpa keberpihakan, selain juga mengharapkan agar konflik tersebut tidak menjalar secara fisik ke tempat lain.

Sekarang mungkin dunia hanya bisa berharap supaya konflik ini tidak menjalar ke tempat lain, kata pengamat itu.

"Kalau pihak-pihak lain bisa menahan diri, termasuk Israel bisa menahan diri supaya tidak ikut masuk ke dalam lingkaran konflik, saya kira tidak akan terjadi perluasan. Kelihatannya itu yang dijaga supaya tidak terjadi pelebaran konflik ke negara lain," kata Hamdan menambahkan.

Sekitar 70.000 orang telah tewas di Suriah sejak awal pemberontakan terhadap rezim Bashar, menurut hitungan PBB.

Konflik di Suriah terjadi sejak Maret 2011 dengan demonstrasi damai yang berujung bentrokan melawan rezim Presiden Bashar yang sudah berkuasa selama empat dekade. Demonstrasi itu berubah menjadi revolusi berdarah setelah pemerintah melakukan tindakan represif terhadap demonstran.

Kedua kelompok dituduh melakukan kekejaman dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari 21 bulan itu. Namun, PBB mengatakan bahwa pihak pemerintah dan sekutunya lebih bersalah.

Perang saudara di Suriah disebut-sebut merupakan konflik terpanjang dan paling mematikan dalam gerakan masyarakat sipil yang mulai meluas di dunia Arab pada tahun 2011.

Dalam dua tahun terakhir, pusat konflik terjadi di Damaskus, Aleppo dan Homs. Tiga kota besar itu menjadi pertaruhan dua pihak yang bertikai yakni oposisi dan rezim pemerintah Bashar.(antara)



Nasi Jagung Manglie: Solusi untuk Penderita Diabetes
Share this article :

Posting Komentar