Kamis, 13 Maret 2025

Home » » Duit Habis, Tambang Terkikis: Arah Baru Ekonomi Daerah Penghasil Sumber Daya Alam

Duit Habis, Tambang Terkikis: Arah Baru Ekonomi Daerah Penghasil Sumber Daya Alam

Duit Habis, Tambang Terkikis
Kekayaan dari perut bumi ini memiliki batas Jika tidak diantisipasi, kita bisa menghadapi kenyataan pahit: daerah yang dulu makmur berubah menjadi kawasan tertinggal begitu sumber daya mereka habis, inilah saatnya berbicara tentang ekonomi berkelanjutan

Oleh: Warsino, MM., M.Kom

Research Associate PEBS FEB UI - Tenaga Ahli Perencanaan Pembangunan Daerah

Mafaza Online | Sejak lama, daerah-daerah penghasil sumber daya alam di Indonesia menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Kalimantan Timur dengan batubaranya, Riau dengan minyaknya, dan Papua dengan emasnya, Maluku Utara dan Sulawesi Tenggara dengan nikelnya—semuanya telah menopang perekonomian negeri ini selama bertahun-tahun. Itu baru contoh kecil. Masih banyak daerah lain dan sumber daya lain yang dihasilkan. 


Baca juga : Zionis dan Syiah Bersatu Hantam Islam


Silakan Klik:

۞GERAKAN WAKAF AL QURAN۞

Hanya dengan Rp 50K Anda sudah ikut berdakwah

Namun, seperti hukum alam yang tak bisa dielakkan, kekayaan dari perut bumi ini memiliki batas. Cadangan makin menipis, sementara ketergantungan tetap tinggi. Jika tidak diantisipasi, kita bisa menghadapi kenyataan pahit: daerah yang dulu makmur berubah menjadi kawasan tertinggal begitu sumber daya mereka habis.


Inilah saatnya berbicara tentang ekonomi berkelanjutan. Indonesia memiliki mimpi besar menjadi negara maju pada 2045, yang disebut dengan Indonesia Emas. Namun, bagaimana bisa mencapai visi itu jika daerah penghasil sumber daya masih terjebak dalam pola ekonomi yang eksploitatif?  


Mengandalkan tambang dan perkebunan besar tanpa diversifikasi ekonomi adalah ‘resep’ menuju stagnasi. Tak sedikit daerah yang terjebak dalam resource curse, di mana kekayaan alam justru membawa ketergantungan, bukan kemandirian.


Peta jalan menuju ekonomi berkelanjutan bagi daerah kaya sumber daya harus segera digagas, bukan sekadar wacana. Hilirisasi memang penting, tetapi itu bukan satu-satunya jawaban. 


Transformasi ekonomi harus menyentuh berbagai aspek: dari industrialisasi berbasis sumber daya terbarukan, pengembangan ekonomi kreatif dan digital, hingga penguatan sektor pertanian dan perikanan yang berbasis ekologi. Sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal, bukan satu-satunya mesin pertumbuhan.


Lihat saja Norwegia. Negara ini juga kaya minyak, tetapi mereka tidak membiarkan diri terjebak dalam eksploitasi tanpa strategi jangka panjang. Mereka membentuk sovereign wealth fund, yang kini menjadi salah satu dana investasi terbesar di dunia. 


Baca juga : Hoaks Mike Tyson Dikabarkan Meninggal Dunia, Ini Faktanya


Dana itu digunakan untuk membiayai inovasi, pendidikan, dan kesehatan, sehingga ketika minyak habis, ekonomi tetap berjalan. Indonesia seharusnya belajar dari sini. Jangan sampai kita hanya menikmati hasil tambang saat ini, tetapi kehilangan arah ketika sumber daya itu menyusut.


Selain itu, kebijakan ekonomi daerah harus mulai mengintegrasikan konsep ekonomi hijau. Industri berbasis energi terbarukan, seperti bioenergi dan tenaga surya, harus didorong. 


Investasi di sektor ini bukan hanya menciptakan lapangan kerja baru, tetapi juga mengurangi dampak lingkungan yang selama ini menjadi momok utama eksploitasi sumber daya. Indonesia Emas 2045 tidak akan tercapai jika kita masih berkutat pada ekonomi berbasis ekstraksi tanpa keberlanjutan.


Tantangan terbesar tentu ada pada kebijakan dan kepemimpinan daerah. Jika kepala daerah masih melihat investasi hanya dari sisi pertambangan dan perkebunan besar, maka perubahan tidak akan terjadi. Perlu keberanian untuk beralih ke ekonomi yang lebih inovatif. 


Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja juga harus disiapkan sejak sekarang. Tidak bisa lagi kita hanya menghasilkan lulusan yang siap bekerja di tambang, tetapi juga harus mencetak wirausahawan dan inovator yang siap bersaing di era ekonomi digital dan berbasis keberlanjutan.


Kita tidak bisa lagi menunda. Jika sekarang kita tidak mulai mengubah cara pandang dan kebijakan, maka dalam 20 tahun ke depan, banyak daerah yang kini kaya akan sumber daya bisa berubah menjadi kota hantu. 


Baca Juga : TAHUKAH ANDA Fakta Unik Tentang Kaki Berjalanlah


Daerah-daerah penghasil batubara, minyak, dan kelapa sawit harus memanfaatkan sisa waktu yang ada untuk melakukan transformasi ekonomi. Jangan sampai kita hanya bisa menyalahkan keadaan ketika semuanya sudah terlambat.


Pada akhirnya, Indonesia Emas bukan sekadar soal pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga tentang ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan. Daerah penghasil sumber daya memiliki peran kunci dalam mimpi besar ini. 


Jika mereka bisa keluar dari jebakan ekonomi ekstraktif dan beralih ke model ekonomi yang lebih inovatif, maka kita benar-benar bisa melangkah menuju masa depan yang lebih cerah. Tetapi jika tidak, kita hanya akan mengulang sejarah: kaya sesaat, sengsara selamanya.


Baca juga : 50 Ciri-Ciri Gangguan Sihir atau Jin Dalam Tubuh


Video
Silakan Klik:

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda

#ekonomi #sumberdayaalam #investasi




Share this article :

Posting Komentar