Pengamat politik Rocky Gerung saat menyoroti peristiwa pelarangan yang terjadi kepada Anies Baswedan untuk mengisi kuliah umum di UGM, Yogyakarta. Rocky kali ini berkomentar terkait naturalisasi.
Rocky mengatakan bahwa yang namanya tim nasional itu harusnya datang dari pembinaan, bukan naturalisasi |
Mafaza Online | Kritikan terhadap program naturalisasi Timnas Indonesia terus berlanjut. Setelah Peter Gontha, kali ini giliran Rocky Gerung yang mengemukakan pandangannya mengenai komposisi skuad Garuda sekarang yang banyak dihuni oleh para pemain hasil naturalisasi.
Dalam sebuah wawancara yang diunggah di channel YouTube pribadinya, Rocky mengatakan bahwa yang namanya tim nasional itu harusnya datang dari pembinaan, bukan naturalisasi.
"Betul bahwa olahraga sepak bola itu sudah mendunia dan orang akan saksikan kegembiraan di lapangan, tetapi timnas itu harusnya datang dari bibit-bibit kita. Dan, karena belum ada bibit, maka kita naturalisasi," kata Rocky Gerung.
Baca Juga : Komentari Naturalisasi Timnas, Ronald Koeman: Belanda Seperti Pabrik Pemain untuk Timnas Indonesia!
Selain itu, Rocky Gerung juga menilai, menghadirkan naturalisasi seolah jadi pembenaran. Fakta itu membuat pembibitan dan pembinaan usia muda jadi berhenti. Nah, menurutnya, hal itu tidak dilakukan. Rocky menyebut Timnas Indonesia seharusnya berprestasi lewat pembinaan.
"Jadi, kita harus anggap bahwa walaupun kita kalah melulu, tetapi kita ada upaya untuk menghasilkan prestasi melalui pembibitan, melalui kurikulum yang bahkan bisa dibantu dengan ilmu-ilmu olahraga mutakhir," terangnya.
"Kita harus hidupkan kembali bahwa sepak bola itu kebanggaan nasional, bukan hasil dari naturalisasi, kira-kira dalilnya itu," tambah Rocky Gerung.
Timnas Indonesia saat ini memang berbeda dengan sebelumnya, terutama pada dua laga awal putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, di mana Garuda sukses menahan imbang Arab Saudi (1-1) dan Australia (0-0).
Tapi, di balik keberhasilan itu, tak sedikit yang menyoroti komposisi skuad Timnas Indonesia dalam dua laga tersebut. Dalam starting eleven, minim sekali pemain asli atau yang lahir dan besar di Tanah Air.
Saat melawan Arab Saudi, misalnya. Dalam daftar susunan pemain 11 pertama, hanya Rizky Ridho Ramadhani dan Witan Sulaeman yang merupakan pemain asli Indonesia.
Sementara saat laga kontra Auatralia, hanya Rizky Ridho dan Marselino Ferdinan. Sisanya adalah pemain naturalisasi.
Rocky Gerung pun menyoroti hal tersebut. Menurut Rocky, sensasi menyaksikan pertandingan sepak bkla itu harus dipahami berdasarkan prinsip-prinsip patriotisme.
"Hari-hari ini kita mungkin melihat ada euforia di dalam persepakbolaan kita, tapi euforia itu membatalkan atau membuat kita lupa bahwa yang bermain di lapangan itu sebetulnya adalah bukan grup (timnas) yang kita idealkan sebetulnya, karena apa yang sekarang disebut sebagai naturalisasi, itu semacam penipuan terhadap sensasi itu," katanya.
Komentar Rocky ini menambah panjang daftar orang yang kontra terhadap kebijakan PSSI dalam menjalankan proses naturalisasi pemain di tubuh Timnas Indonesia.
Sebelumnya, kritikan terkait naturalisasi Timnas Indonesia dilontarkan oleh mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Polandia, Peter Gontha. Melalui media sosialnya, dia mengkritik langkah PSSI yang menaturalisasi banyak pemain untuk Timnas Indonesia.
Setidaknya ada delapan poin yang dipersoalkan Peter Gontha dalam kegalauannya melihat Garuda banyak dihuni oleh pemain kelahiran luar Indonesia. Salah satunya terkait status kewarganegaraan dan paspor mereka.
Peter Gontha mengaku bahwa naturalisasi para pemain Timnas Indonesia hanya sementara, karena mereka punya paspor ganda. Menurutnya, jika karier para pemain naturalisasi itu bersama Garuda tuntas, mereka akan membuang status WNI-nya.
Peter Gontha juga merasa para pemain naturalisasi tak mau membuang sejumlah tunjangan sosial di negara awalnya begitu saja. | JawaPos.com
Baca juga : Komentator asal Vietnam Kagum Sama Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia
Silakan Klik:
Posting Komentar