Kamis, 28 Juli 2022

Home » » LAKSAMANA SAYYIDA AL HURA Muslimah Tangguh ditakuti Angkatan Laut Eropa

LAKSAMANA SAYYIDA AL HURA Muslimah Tangguh ditakuti Angkatan Laut Eropa

LAKSAMANA SAYYIDA AL HURA Muslimah Tangguh ditakuti Angkatan Laut Eropa | Ilustrasi

Nenek Moyangku | Ibu Sud

Nenek moyangku seorang pelaut

Gemar mengarung luas samudra

Menerjang ombak tiada takut

Menempuh badai sudah biasa


Angin bertiup layar terkembang

Ombak berdebur di tepi pantai

Pemuda brani bangkit sekarang

Ke laut kita beramai-ramai


Nenek moyangku seorang pelaut

Gemar mengarung luas samudra

Menerjang ombak tiada takut

Menempuh badai sudah biasa


Angin bertiup layar terkembang

Ombak berdebur di tepi pantai

Pemuda brani bangkit sekarang

Ke laut kita beramai-ramai

Mafaza-Online | Awalnya sedang mencari-cari gambar bajak laut, untuk ilustrasi tulisan. Lalu menemukan tiga bajak laut wanita yang mendunia di masanya. Dari sekian banyak bajak laut, ada 3 bajak laut wanita yang sangat terkenal dan ikonik. Dari China, ada Ching Shih alias Madame Cheng, disusul dari Irlandia, Grace O'Malley dan dari Andalusia, Sayyida Al Hurra.


Lihat di urutan ketiga ada Sayyida Al Hurra. Wah ini pasti nama Islam, tapi kok nomer tiga. Ah maklum saja yang nulis bukan dari media Islam. Benar saja selain Laksamana Angkatan laut Ternyata dia juga dari Dinasti Idrisid Maroko. Tambah semangat deh menulisnya.


Seperti sering kita baca. Biasanya bajak laut didominasi oleh kaum laki-laki. Biasanya juga media menulis mujahidin di lautan dengan istilah bajak laut. Seperti Si Janggut Merah, Pirates of the Caribbean. Padahal mereka itu sebenarnya ingin membela agama dan mengembalikan tanah air mereka dari cengkeraman penjajah.


Begitulah perang memang penuh dengan tipu daya propaganda. Istilah yang berkonotasi negatif pun disematkan kepada lawannya. Pejuang tanah air, disebut inlander, fundamentalis, fanatik hingga teroris. 


Seperti, Sayyida Al Hurra ratu bajak laut Muslimah pertama di dunia yang sangat pemberani dapat menjadi inspirasi. Dengan keberaniannya itu, Sayyida Al Hurra sangat dibenci dan ditakuti oleh musuh-musuh Islam di Eropa.


Angkatan Laut Sayyida Al Hurra sendiri terkenal di wilayah barat Mediterania karena sering menargetkan kapal-kapal pedagang Portugis dan Spanyol. Dia juga menjadi aliansi Khayr ad-Din Barbarossa, yang dikenal sebagai bajak laut ternama di Eropa yang juga seorang Muslim. Dia lah Si Janggut Merah, Laksamana Angkatan Laut Muslim. Lantas, siapakah sosok Sayyida Al Hurra?


Sayyida Al Hurra

Sayyida Al Hurra adalah seorang wanita bajak laut terkenal yang hidup antara abad ke-15 dan 16. Selain menjadi Laksamana, ia juga menjabat sebagai Gubernur Tetouan, dan akhirnya menikah dengan Sultan Maroko.


Kekuasaannya hancur bukan karena serangan dari luar, melainkan karena kerusuhan di wilayah kekuasaanya yang digulingkan oleh menantunya sendiri. Inilah kelemahan kita umat Islam, dikhianati.


Nama besar ratu bajak laut ini tidak begitu dikenal sebagian besar kaum Muslimin, tetapi justru namanya tertulis dalam catatan agama lain di Portugis dan Spanyol. Sumber tersebut menyebut Sayyida Al Hurra diterjemahkan sebagai wanita berdaulat atau Sovereign Lady. Sehingga, nama aslinya pun menghilang dari sejarah dan diasumsikan sosok itu adalah Aisha.


Nama sebenarnya adalah Lalla Aicha binti Ali ibn Rashid al Alami. Sayyida Al Hurra lahir sekira tahun 1485 di Granada, negara Muslim terakhir di Semenanjung Iberia. Ayahnya adalah Abu al Asan Ali ibn Moussa ibn Rashid Al Alami yang mendirikan Kota Chefchaouen, Maroko. Ibunya adalah Zohra Fernandez, seorang Nasrani yang masuk Islam.


Keluarganya merupakan bangsawan yang dikenal sebagai Rashid, keturunan Nabi Muhammad   dari Ali dan Fatimah. Mereka mendirikan Dinasti Idrisid di Maroko selama akhir abad ke-8.


Ketika Granada jatuh ke pasukan Reconquista tahun 1492, banyak Muslim melarikan diri ke Afrika Utara, termasuk keluarga Sayyida Al Hurra. Kemudian Granada ditaklukan oleh Raja Katolik, Isabel I Saka Kastilia dan Ferdinand II dari Aragon.


Isabella dan Ferdinand memang dikenal karena mampu menyelesaikan Reconquista. Mereka memerintahkan umat Muslim untuk mendukung dan membiayai perjalanan Christopher Columbus pada 1492.


Semuanya mengarah pada pembukaan Dunia Baru. Mereka membentuk Spanyol sebagai kekuatan global pertama yang mendominasi Eropa dan sebagian besar dunia selama lebih dari satu abad.


Kemudian di usia 16 hingga 25 tahun, Sayyida Al Hurra menikah dengan Abu Hassan Al Mandari yang 30 tahun lebih tua. Al Mandari adalah pengungsi yang melarikan diri ke Spanyol, menetap di Tetouan dan menjadi gubernur di sana sekira tahun 1515 hingga 1519. Setelah suaminya wafat, Sayyida Al Hurra menggantikan posisi menjadi gubernur di Tetouan.


Pada 1515, Sayyida merupakan orang terakhir dalam sejarah Islam yang secara sah memegang gelar Al Hurra atau Ratu. Lalu, bagaimana awal kisah Sayyida Al Hurra menjadi bajak laut atau lebih tepatnya Laksamana?


Sejarah menceritakan Sayyida Al Hurra tidak pernah melupakan jatuhnya Granada. Dia bersumpah membalas kekalahan dan melawan Eropa. 


Sayyida berencana merebut kembali Andalusia dari orang-orang agama lain. Meskipun saat itu tidak bisa menghadapi Spanyol dan Portugis secara langsung, Sayyida berhasil membuat kekacauan perdagangan laut dengan cara pembajakan.


Tidak lama setelah kejadian itu, Sayyida membentuk aliansi dengan bajak laut terkenal bernama Oruc Reis atau bajak laut Barbarossa yang ternama di Eropa. Sosok ini juga dikenal sebagai Red Beard yang meneror bagian timur Mediterania. Dia dikenal sebagai saudara laki-laki dari Khayr ad din Barbarossa, laksamana Utsmaniyah dari armada yang lahir di pulau Lesbos.


Sayyida Al Hurra membajak di wilayah barat yang menargetkan kapal dagang Portugis dan Spanyol. Kru kapal dagang berhasil diserbu dan ditawan olehnya. Alhasil, Portugis dan Spanyol pun dipaksa bernegosiasi dengan Sayyida Al Hurra, mereka terpaksa membayar tebusan dengan jumlah yang besar kepada Sayyida.


Kekayaan dan kekuatan armadanya membuat Sayyida diperhitungkan di Afrika Utara. Sultan Maroko, Ahmad Al Wattasi, menyadari situasi tersebut dan mengusulkan untuk menikahi janda ini. Tidak lama kemudian, mereka berencana membentuk aliansi. Sayyida pun setuju dengan syarat, sang sultan berangkat ke Tetouan untuk menikahinya.


Syarat ini belum pernah terjadi sebelumnya, karena di zaman itu wanita yang harus pergi ke kota calon suaminya untuk menikah. Setelah menikah, keduanya tinggal di kotanya masing-masing. Tentu saja, pernikahan ini jelas murni untuk tujuan politik.


Pada 1542, Maroko berperang dengan Portugis. Situasi negara pun mulai kacau. Ahmad Al Hassan Al Mandari, menantu Sayyida Al Hurra sekaligus kerabat suami pertamanya, tiba-tiba membentuk aliansi dengan musuh-musuh Ahmad Al Wattasi. Mereka kemudian berhasil menggulingkan pasukannya.


Sejak saat itulah Sayyida Al Hurra menghilang dari sejarah. Namun menurut cerita yang beredar, dia kembali ke Chefchaouen dan meninggal di sana 20 tahun kemudian.


Begitulah nasib pejuang-pejuang Islam lebih sering dikalahkan oleh musuh dalam selimut.   Padahal Rasulullah telah menegaskan bahwa orang-orang yang tidak bisa memelihara amanat yang dibebankan kepadanya, maka sifat-sifat munafik melekat dalam kepribadiannya. Sedangkan balasan bagi orang munafik adalah neraka.


“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (QS. An-Nisa [04] : 145). 


Wallahu a'lam bishawab.


Baca Juga:

KISAH PILU ERA INQUISISI Tangisan Sang Jenderal Setelah Menyiksa Tahanan Tua Renta yang Cinta Qur’an


Silakan Klik 

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda


Share this article :

Posting Komentar