Oleh : Eman Mulyatman
Dalam kepala manusia ada Trilyunan sel otak yang memiliki fungsi spesifik tetapi saling berhubungan. Karena jumlahnya trilyunan, otak manusia merupakan perangkat yang paling kompleks di dunia. Mengendalikan seluruh aspek fisik dan psikis manusia. Baik secara sadar ataupun tidak.
Tak ada hardisk komputer yang bisa menandingi kapasitas penyimpanan memori di dalam otak. Otak memiliki kemampuan menangani algoritma rumit secara bersamaan dalam jumlah tak terbatas. Kemampuan ini jauh melebihi kemampuan prosesor komputer tercanggih sekalipun.
Sayangnya manusia tidak mampu mengoptimalkan seluruh potensi otak tersebut. Orang genius sekelas Einstein pun ternyata baru menggunakan kemampuan otaknya tak lebih dari 4%. Bayangkan jika kemampuan otak tersebut digunakan 100%, maka seluruh permasalahan paling rumit di dunia ini bisa diselesaikan oleh seorang manusia saja!
Kapasitas yang demikian hebatnya, memungkinkan otak mampu merekam semua kejadian sejak manusia lahir hingga mati. Sehingga kapan saja orang bisa mengakses memory tentang sebuah kejadian di masa lalu dengan runut.
Tapi, manusia bisa lupa. Bila tidak ada lupa, otak akan hang, mati tidak hidup pun tidak. Diam saja. Dan lupa ada gunanya juga, misalnya peristiwa yang tidak nyaman, lebih baik kita lupakan. Dan otak akan lebih kuat menyimpan memori yang menyenangkan. Seiring usia otak pun berkurang kemampuannya dan sering lupa.
Salah satu nikmat yang sangat besar atas umat manusia adalah nikmat lupa. Cobalah perhatikan nikmat Allah pada penciptaan daya hafal dan lupa ini, padahal keduanya sangat kontradiktif. Dan masing-masing dari kedua hal tersebut memiliki maslahat tersendiri.
Jadi Anda tidak perlu berkecil hati kalau lupa karena kesempurnaan manusia adalah dia punya sifat lupa. Tapi lupa harus kita lawan karena itu manusia membuat album atau agenda sebagai tempat mengumpulkan keping ingatan, mengenang jejak dari setiap persinggahan.
Pena /hukum diangkat dari orang yang lupa hingga dia sadar. Orang pun bermain-main dengan lupa. Lupa juga dipakai sebagai alat politik. Perjuangan manusia melawan kekuasaan, kata Kundera, adalah perjuangan ingatan melawan lupa.
Lupa memang benar sebuah nikmat, tetapi lupa akan nikmat yang talah Allah berikan, atau tidak bersyukur malah bisa dicap menjadi kufur.
Silakan Klik
Lengkapi Kebutuhan Anda
Posting Komentar