Suasana di Masjid Al Fattah Tasikmalaya | Ilustrasi
وَعَنْ جَابِرٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، يَقُوْلُ : (( أَفْضَلُ الذِّكْرِ : لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ )) . رَوَاهُ التِّرْمِذِي ، وَقَالَ : (( حَدِيْثٌ حَسَنٌ ))
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Zikir yang paling utama adalah laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah).” (HR. Tirmidzi, ia menyatakan bahwa hadits ini hasan) [HR. Tirmidzi, no. 3383. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan]
Mafaza-Online | Seluruh rangkaian ibadah hakikatnya adalah zikir. Zikir dilakukan setiap waktu dan tempat, sebagaimana diisyaratkan.
“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman,” (QS. An-Nisa [4]: 103).
Nabi Muhammad ﷺ pun mendapatkan talqin zikir dari Gurunya, Jibril As: fa'lam annahu lailaha illallah. Kemudian Nabi Muhammad ﷺ menalqinkan kepada Sahabat-sahabatnya Ra.
Kalimat lailaha illallah adalah kalimat sentral. Beliau ﷺ bersabda:
وَعَنْ جَابِرٍ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، يَقُوْلُ : (( أَفْضَلُ الذِّكْرِ : لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ )) . رَوَاهُ التِّرْمِذِي ، وَقَالَ : (( حَدِيْثٌ حَسَنٌ ))
Dari Jabir ra, ia berkata, bahwa ia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Zikir yang paling utama adalah laa ilaha illallah (tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allah).” (HR. Tirmidzi, ia menyatakan bahwa hadits ini hasan) [HR. Tirmidzi, no. 3383. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan].
Nabi Muhammad ﷺ pun menalqinkan dengan sendirian (furada) kepada Sayidina Ali KaramallahuWajhah. Sayidina Ali meminta kalimat yang mudah dibaca, paling dekat kepada Allah ﷻ dan besar pahalanya. Kemudian ia diajarkan tentang lailaha illallah.
Tapi, Sayidina Ali ra mengatakan kalimat itu banyak yang mengucapkannya. Nabi ﷺ menyatakan bahwa apabila kalimat itu ditimbang dengan seluruh langit dan bumi, maka ia lebih berat (kualitasnya)'.
Ditalqinkan maksudnya meresapkan makna kebesaran kalimat Allah. Kalimat itu masuk merembes dalam jiwa. Agar diberi kekuatan dan terjaga dari tipuan dunia.
Mengucapkan lailaha illallah bukan sembarang ucap, karena anak kecil juga bisa. Tapi yang dimaksud adalah mengisinya dengan makna oleh orang yang bebas dari kezaliman dan suci dari kepentingan dunia dan makhluk. Bukan sembarang orang yang menalqinkan.
MUTIARA TALQIN Islam itu Berjamaah |
Dalam kitab Sirrul Asrar disebutkan bahwa yang berhak menalqinkan dzikir adalah orang yang bertaqwa (taqiyyin wa naqiyyin).
Dengan talqin zikir akan memiliki pemimpin dalam agama.
Ibnu ‘Umar berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِىَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِى عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa yang melepaskan tangannya dari ketaatan pada pemimpin, maka ia pasti bertemu Allah pada hari kiamat dengan tanpa argumen yang membelanya. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak ada baiat di lehernya, maka ia mati dengan cara mati jahiliyah.” (HR. Muslim no. 1851).
Dengan ditalqin, seseorang menjadikan Mursyid sebagai Imam, sehingga agama dan kehidupannya berada dalam bimbingan.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Hendaklah kalian berjamaah dan jangan bercerai-berai, karena syetan bersama yang sendiri daripada dengan dua orang lebih. Barangsiapa ingin masuk kedalam surga maka hendaklah komitmen dalam jama’ah” (HR At-Tirmidzi).
Telegram Channel: @MK_IDRISIYYAH
MINHAJUL ABIDIN Jalan Para Ahli Ibadah
Menurut Imam Al-Ghazali ada tujuh 'aqobah yang dapat menghambat kualitas ibadah serta faktor-faktor yang menghambat komunikasi personal seorang hamba dengan Tuhan.
Dalam teks indonesia 'aqobah diterjemahkan sebagai tanjakan.
Posting Komentar