Selasa, 04 Agustus 2020

Home » » Kisah Marmer Penyerap Panas di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

Kisah Marmer Penyerap Panas di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

KISAH MARMER PENYERAP PANAS DI MASJIDIL HARAM DAN MASJID NABAWI
Kisah Marmer Penyerap Panas di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi


Insinyur yang merenovasi Masjidil Haram ini, Dia menolak bayaran untuk desain teknik dan pengawasan arsitekturalnya, meskipun ada upaya dari Raja Fahd dan perusahaan Bin Laden untuk membayar berapapun yang dia tuliskan dalam selembar cek.

Oleh: Dr. Zaglool Al Najjar | Ilmuwan Bumi

Mafaza-Online | Pria yang mendesain Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi Madinah, dia adalah insinyur dan arsitek Mesir.  Dia lebih suka menjauh dari pusat perhatian publik. Tidak diketahui banyak orang, ia adalah Muhammad Kamal Ismail (1908-2008).


Dia adalah:


▪︎Orang termuda dalam sejarah Mesir yang memperoleh ijazah sekolah menengah,

▪︎Orang termuda yang mendaftar di Royal School of Engineering dan yang menjadi wisudawan termuda,

▪︎Orang termuda dikirim ke Eropa untuk mendapatkan 3 gelar doctor dalam Arsitektur Islam,

▪︎Orang termuda yg mendapatkan Syal Nil dan Pangkat Besi dari Raja Saudi Arabia.


MOIIA 

Silky Pudding

 

 

 

 

Barangkali ada yang pernah liat...

 

Terus lupa siapa yg jual 😁 

 

 

💥Yes..I'm here 😃 

 

⇩⇩⇩

 

Silakan Klik:

 

Pudding Moiia Silky : Sebuah Rasa 

Dia adalah insinyur pertama yang melakukan perencanaan dan implementasi proyek perluasan Masjidil Haramain (Makkah dan Madinah). Dia menolak menerima bayaran untuk desain teknik dan pengawasan arsitekturalnya, meskipun ada upaya dari Raja Fahd dan perusahaan Bin Laden untuk membayar berapapun yang dia tuliskan dalam selembar cek.

Ketika dia mengembalikan cek kosongnya, dia mengatakan kepada Bakar Bin Ladan, "Mengapa saya harus menerima uang (untuk pekerjaan saya) di dua Masjid Suci (Makkah dan Madinah), bagaimana saya akan menghadapi Allah SWT pada Hari Pengadilan nanti?"

Dia menikah pada usia 44 tahun, istrinya melahirkan seorang putra, tetapi kemudian meninggal. Setelah itu ia tetap melajang dan mengabdikan seluruh waktunya untuk menyembah Allah sampai ia wafat.

Usianya dihabiskannya untuk melayani dua Masjid Suci tersebut dan jauh dari pusat perhatian media massa, ketenaran dan uang.

Jenius ini memiliki kisah yang luar biasa mengenai marmer Masjidil Haram, karena ia ingin menutupi lantai Masjidil Haram bagi mereka yang melakukan thawaf. Marmer khusus untuk menyerap panas. Marmer ini hanya ada di gunung kecil di Yunani.

Dia melakukan perjalanan ke Yunani dan menandatangani kontrak untuk membeli marmer dalam jumlah yang banyak untuk Masjidil Haram (marbling). Hampir setengah dari gunung marmer itu digunakan

Dia menandatangani perjanjian dan kembali ke Makkah, sampai marmer putih itu tiba di Makkah. Dia juga yang memulai dan mengawasi proses pemasangan marmer putih di lantai Masjidil Haram di Makkah sampai selesai.


Kisah Marmer Penyerap Panas di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi

Kisah Marmer Penyerap Panas di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi


Setelah 15 tahun, pemerintah Saudi memintanya kembali untuk menggunakan jenis marmer yang serupa agar dipasang di Masjid Nabawi di Madinah.

Insinyur Muhammad Kamal berkata, "Ketika Raja meminta untuk menggunakan jenis marmer yang sama untuk Masjid Nabawi, saya sangat bingung, karena hanya ada 1 tempat di bumi ini yang terdapat marmer jenis ini, yaitu Yunani, dan saya sudah membeli setengah dari deposit marmer yang ada di gunung tersebut."

Lantas Kamal pergi ke perusahaan yang sama di Yunani dan bertemu CEOnya, langsung  bertanya kepadanya tentang deposit marmer yang tersisa. CEO mengatakan bahwa setengah deposit marmer itu telah dijual segera setelah Kamal pergi 15 tahun yang lalu.

Kamal menjadi sangat sedih. Kamal meninggalkan pertemuan,  ketika meninggalkan kantor itu, dia bertemu dengan Sekretaris Kantor. Dia memintanya untuk mencari informasi keberadaan orang yg telah membeli sisa deposit marmer itu.

Sekretaris Kantor mengatakan bahwa hal itu akan sulit diketahui jika tidak membuka arsip karena proses bisnis nya telah berlalu begitu lama. Atas permintaan Kamal, dia berjanji untuk mencari datanya di arsip. Kamal memberikan alamat dan nomor kamar hotelnya, serta berjanji akan mengunjungi kembali keesokan harinya.

Pada hari berikutnya, beberapa jam sebelum berangkat ke bandara, Kamal menerima panggilan telepon dari sekretaris. Dia  mengatakan bahwa dia telah menemukan alamat pembeli, lantas Kamal menuju kantor yg dimaksud. Ternyata pembelinya sebuah perusahaan di Saudi Arabia.


Silakan Klik


DUNIA PUSTAKA

Menyediakan Buku 

Pelajaran Sekolah

PAKET dan TEMATIK


Kemudian Kamal terbang ke Arab Saudi pada hari yang sama. Begitu tiba, dia langsung pergi ke kantor perusahaan tersebut dan bertemu dengan Direkturnya. Dia bertanya kepadanya apa yang telah dia lakukan dengan marmer yang dia beli bertahun-tahu lalu dari Yunani.

Direktur itu berkata, dia tidak ingat. Dia menghubungi bagian stok (perusahaan) dan bertanya kepada mereka tentang marmer putih dari Yunani. Bagian Stok melaporkan, semua marmer masih ada, tidak pernah digunakan.

Kamal mulai menangis seperti bayi dan selanjutnya menceritakan kisah lengkapnya kepada pemilik perusahaan.

Kamal menyodorkan cek kosong (tanpa menulis besaran nilai transaksi) kepada pemilik marmer, dan memintanya menuliskan jumlah yang inginkan, berapa pun besarnya.

Ketika Pemilik marmer mengetahui bahwa marmer itu untuk pembangunan Masjid Nabawi di Madinah, dia berkata: "Saya tidak akan menerima 1 Riyal pun. Allah yang membuat saya membeli marmer ini dan melupakannya, itu artinya marmer ini memang sudah ditakdirkan oleh Allah harus digunakan untuk Masjid Nabawi."


Semoga Allah memberkati Kamal tempat tertinggi di Jannah, Aamiin yaa rabbal alamiiin


MEDCOM


Silakan Klik

Mafaza-Store

Lengkapi Kebutuhan Anda



Share this article :

Posting Komentar