Setiap muslim menginginkan ibadah yang totalitas akan tetapi dalam prosesnya ada halangan. Rintangan ini yang membuatnya malas dalam beribadah kepada Allah SWT. Berikut Empat Penghalang dalam Ibadah dan solusi mengatasinya
Khatib: Ustadz Adang Nurdin, MS, M.Pd.
Motivator Sufi Training Centre
MafazaOnline | Imam Al-Ghazali dalam kitab Minhajul Abidin menjelaskan ada Tujuh Aqabah atau tanjakan dalam menjalankan ibadah kepada Allah SWT. Diantara Tujuh Aqabah itu, ada yang disebut dengan: Awaiq atau Penghalang Ibadah.
Setiap muslim menginginkan ibadah yang totalitas akan tetapi dalam prosesnya ada halangan. Rintangan ini yang membuatnya malas dalam beribadah kepada Allah SWT.
Menurut Mursyid Tarekat Idrisiyyah, Syekh Muhammad Fathurahman, M.Ag , ada empat penghalang dalam ibadah:
Menurut Mursyid Tarekat Idrisiyyah, Syekh Muhammad Fathurahman, M.Ag , ada empat penghalang dalam ibadah:
Pertama, DUNIA Kesenangan yang menipu
Hati yang tidak terbimbing, berpotensi untuk terlena dengan kehidupan dunia. Akibatnya, manusia lalai dan tergila-gila dengan dunia bahkan melupakan Sang Pemberi nikmat. Adanya imajinasi kecintaan dunia dalam hati akan membuat kita lupa kepada Allah SWT, sehingga malas dalam menegakkan ibadah kepada-Nya.
Lantas bagaimana caranya agar kita dapat terhindar dari semua itu. Tak lain kita harus senantiasa menegakkan maqam zuhud dalam hati. Akan tetapi, zuhud bukanlah meninggalkan dunia. Dalam terminologi tasawuf, zuhud diartikan usaha untuk memproteksi hati dari dampak negatif dunia.
Kehidupan dunia merupakan kehidupan yang penuh dengan kenikmatan, namun ketika kenikmatan itu tidak diantisifasi maka dibalik semua itu ada tipu daya setan
Firman Allah SWT,
ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٞ وَلَهۡوٞ وَزِينَةٞ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٞ فِي ٱلۡأَمۡوَٰلِ وَٱلۡأَوۡلَٰدِۖ كَمَثَلِ غَيۡثٍ أَعۡجَبَ ٱلۡكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصۡفَرّٗا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمٗاۖ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ عَذَابٞ شَدِيدٞ وَمَغۡفِرَةٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضۡوَٰنٞۚ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al-Hadid [57] : 20)
Silakan Klik:
Kedua, Makhluk (Pergaulan)
Dengan siapa kita bersahabat, sangatlah berpengaruh terhadap ibadah. Sebagaimana Rasulullah ﷺ menjelaskan ketika manusia bersahabat dengan orang shalih maka keshalihan itu akan menular kepadanya.
Sebaliknya ketika bergaul dengan sahabat yang berprilaku buruk keburukannya pun akan menular kepada kita. Rasullah ﷺ bersabda:
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَثَلُ الجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ، كَحَامِلِ المِسْكِ وَنَافِخِ الكِيرِ، فَحَامِلُ المِسْكِ: إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الكِيرِ: إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً “
“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”. (HR Bukhari dan Muslim)
Maka patutlah kita berhati-hati dalam menjalin perhabatan, bahkan dianjurkan untuk bersahabat dengan orang-orang yang shalih.
Ketiga, Hawa Nafsu
Allah SWT memberikan hawa nafsu kepada manusia sebagai ujian, apakah manusia akan terjebak oleh nafsunya? Terjebak, karena menjadikan hawa nafsunya sebagai Raja. Sementara akal dan hatinya justru menjadi tawanan.
Firman Allah SWT,
۞وَمَآ أُبَرِّئُ نَفۡسِيٓۚ إِنَّ ٱلنَّفۡسَ لَأَمَّارَةُۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيٓۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٞ رَّحِيمٞ
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS. Yusuf [12] : 53)
Maka agar hawa nafsu tidak selalu mengajak kepada keburukan haruslah melakukan proses Mujahadah. Tundukkan hawa nafsu, sehingga kontrol hawa nafsu mengalami peningkatan. Dari level terendah atau nafsu ammarah terus meningkat hingga nafsu mutmainnah, radhiyah dan mardiyah. Diantara bentuk mujahadah adalah menjalankan syariat puasa yang didalamnya bertujuan untuk mendidik hawa nafsu.
Keempat, Setan
Setan senantiasa menggoda orang yang beriman agar lalai dalam melaksanakan setiap bentuk ibadah. Al-Quran mengabadikan ketika Iblis memproklamirkan dirinya untuk terus menggoda manusia hingga hari akhir masa.
Firman Allah SWT,
قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٨٢ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٨٣
“Iblis menjawab: "Demi kekuasaan Engkau, aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka,” (QS Shad [38] : 82-83)
Ayat ini menjelaskan, godaan iblis dapat diantisipasi dengan maqam ikhlas. Murni beribadah kepada Allah SWT sebagai tujuan dan tidak ada motivasi lain selain Allah SWT.
Transkripsi
MUHAMMAD SYARIF | MAJELIS JURNALISTIK
Silakan
Klik
Lengkapi Kebutuhan Anda
Posting Komentar