Senin, 18 November 2019

Home » , » Astagfirullah! 30 persen Remaja Korsel Kecanduan Gadget

Astagfirullah! 30 persen Remaja Korsel Kecanduan Gadget

Perkemahan mirip Kamp Karantina di pusat detoks ini, remaja mengikuti sejumlah kegiatan seperti berburu, kesenian, kerajinan tangan, serta olahraga 


Kecanduan Gadget 
ilustrasi | MafazaOnline 
Mafaza-Online | Pemerintah Korea Selatan dibuat pusing dengan ulah remajanya yang kecanduan gadget. Anak muda, di Negeri Ginseng itu sulit lepas dari ponsel pintar mereka. 

Tengok saja Yoo Chae-rin, seorang remaja Korsel berusia 16 tahun. Pada pukul 4 dini hari, dia sadar telah menggunakan ponsel pintarnya selama 13 jam ke belakang. Padahal, kurang dari tiga jam ke depan, dia harus sudah berada di sekolah. 

"Meski saya tahu, harus berhenti menggunakan hape, tapi saya terus melakukannya," ujar Chae-rin. 

Chae-rin hanya satu dari sekian banyak remaja Korsel yang mengalami adiksi gawai. 

Untuk mengatasi persoalan ini, pemerintah Korsel menyelenggarakan kamp pusat detoksifikasi untuk remaja yang kecanduan gadget. Di pusat detoks yang mirip karantina ini, remaja bakal dikumpulkan dan diterapi agar lepas dari candu terhadap gawai. 



Tertinggi
Korsel merupakan negara dengan kepemilikan ponsel pintar tertinggi di dunia. Pada 2018, 98 persen remaja Korsel menggunakan ponsel pintar. 

Berdasarkan temuan Kementerian Sains dan Teknologi Informasi Korsel, 30 persen anak muda usia 10-19 tahun terlalu tergantung pada ponsel pintar. 

Terlalu tergantung pada gawai membuat anak mengalami penurunan kontrol diri. 

Tahun ini, Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korsel menggelar 16 kamp pusat detoksifikasi untuk 400 siswa sekolah menengah. 

"Saya pikir mereka mengirim anak-anak ke sini (kamp pusat detoksifikasi) karena rasa putus asa mereka untuk mendapatkan bantuan ahli," ujar Direktur Pusat Konseling dan Kesejahteraan Pemuda, Gyeonggi-do, yang mengelola kamp untuk remaja di Provinsi Gyeonggi Utara, mengutip CNN.

Lengkapi Pustaka Anda dengan:

Kamp Perkemahan
Pusat detoksifikasi ini bisa diikuti dengan gratis. Remaja atau orang tua hanya perlu membayar biaya makanan sebesar 100 ribu won atau Rp1,2 juta untuk dua minggu.

Setiap perkemahan akan berisi 25 siswa. Remaja laki-laki dan perempuan akan menempati kamp yang terpisah. 

Di kamp detoksifikasi yang jauh dari kota itu, remaja akan mengikuti sejumlah kegiatan seperti berburu, kesenian dan kerajinan tangan, serta olahraga. 

Mereka juga mendapatkan sesi konseling secara perorangan, kelompok, dan keluarga untuk membahas penggunaan telepon. Lalu, 30 menit jelang tidur, siswa akan melakukan meditasi. 

Selama beberapa hari pertama, remaja umumnya akan terlihat menderita karena jauh dari gadget. 

"Pada hari ketiga baru mereka bisa berubah. Mereka mulai senang bergaul dengan teman-teman," kata Yoo Sun Duk. 

Pusat detoksifikasi ini memberikan manfaat bagi remaja yang kecanduan telepon genggam. Chae-rin adalah salah satu peserta yang bisa lepas dari gawai. 

Biasanya, Chae-rin bisa menggunakan telepon hingga tujuh jam sehari. Setelah mengikuti pusat detoksifikasi, penggunaan gawai berkurang menjadi 2-3 jam perhari. 

"Sebelumnya, bahkan jika saya berpikir di kepala saya bahwa saya harus berhenti, saya tidak bisa. Tetapi sekarang, jika saya ingin berhenti, saya dapat segera berhenti," kata Chae Rin.


Silakan Klik:


Share this article :

Posting Komentar